Narkotika”. Sebagai petugas yang melaksanakan pengawasan kegiatan di bidang P4GN salah satunya adalah pelaksanaan wajib lapor, harus mengetahui tujuan
diadakannya PP. melihat pernyataan informan triangulasi , kenyataan dilapangan menunjukan bahwa petugas telah mengetahui dengan baik tujuan dari dibentuknya
PP ini. Bukan hanya petugas akan tetapi para pelaksana program di Puskesmas Poncol juga perlu untuk mengetahui tujuan dari PP ini sehingga, dimaksudkan
agar PP akan berjalan maksimal karena semua pihak mengetahui tujuan dibentuknya PP ini.
Peraturan Pemerintah No 25 Tahun 2011 dibuat dengan memandang “jauh kedepan”, yaitu agar masyarakat indonesia memahami betul bahwa pecandu
narkotika atau orang penyalahgunaan narkotika itu lebih baik direhabilitasi dan disembuhkan agar dapat menekan serta mengurangi permintaan terhadap
konsumsi narkotika yang dari tahun ke tahun terus meningkat. Namun saat ini, karena penyampaian informasi yang tidak jelas, menyebabkan konsep menandang
“jauh kedepan” ini menjadi hiang, yang ada adalah membuat wajib lapor menjadi legalitas untuk menghindari adanya hukum pidana yang dapat dikenakan kepada
pecandu narkotika.
5.1.3 Konsistensi Informasi
Konsistensi informasi artinya perintah yang diberkan dalam pelaksanaan suatu komunikasi harus konsisten dan jelas, tidak berubah-ubah. Perintah yang
berubah-ubah dan mendua akan menyebabkan kebingungan saat pelaksanaannya Subarsono,2013.
Menurut Randall B. Ripley dan Grace A. Franklin 1986 dalam Subarsono 2013:89 bahwa,
“Kompleksitas implementasi bukan saja ditunjukkan oleh banyaknya actor atau unit organisasi yang terliba, tetapi juga dikarenakan
proses implementasi dipengaruhi oleh berbagai variable yang kompleks, baik variable individual maupun variable organisasional, dan masing-masing variable
tersebut juga saling berinteraksi satu sama lain.” Teori tersebut menunjukan bahwa, keberhasilan pelaksanaan implementasi dipengaruhi oleh interaksi antar
variable - variabel peraturan ini. Variable terkait Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2011 adalah pejabat pelaksana kebijakan dan para institusi pelaksana wajib
lapor. Hasil penelitian menunjukan variable dalam pelaksanaan peraturan ini
belum berinteraksi dengan baik dalam memahami Peraturan Pemerintah no 25 Tahun 2011. Semua informan tahu peraturan tentang pelaksanaan wajib lapor bagi
pecandu narkotika, namun yang diketahui hanya alur pelaksanaannya saja bagaimana wajib lapor berjalan. Dari data yang ada pada tahun 2014 diPuskesmas
Poncol hanya terdapat 4 orang yang tercatat melaksanakan wajib lapor. Pada tahun 2015 Jawa Tengah hanya mampu mencapai 50 yaitu sebanyak 2000 orang
pecandu dari 4439 target yang ditentukan. Padahal kebijakan ini sudah dicanangan sejak tahun 2011, berarti kebijakan sudah berjalan 5 tahun. Sedikitnya angka
wajib lapor ini bisa disebabkan oleh komunikasi yang tidak jelas dan konsisten. Dikarenakan antar instansi yang belum berinteraksi dengan baik, akhirnya
menyebabkan interaksi antara pejabat pelaksana kebijakan dengan IPWL juga belum terlaksana dengan baik. Hal ini ditunjukan dengan pelaksana kebijakan
belum dapat mengkomunikasikan peraturan ini secara tepat kepada para IPWL, sehingga SDM dalam Pelaksanaan wajib lapor bagi pecandu narkotika tidak
mengetahui secara menyeluruh tentang pelaksanaan wajib lapor bagi pecandu narkotika. Pada kenyataannya, para pelaksana wajib lapor di IPWL merupakan
kunci utama berjalannya wajib lapor dikarenakan merekalah yang menguasi tindakan serta penatalaksanaan penyalahgunaan narkotika. Hal ini berimbas
terhambatnya pelaksanaan
implementasi Peraturan
Pemerintah. Imbas
terhambatnya pelaksanaan implementasi peraturan tersebut, ditunjukan dengan belum berjalannya wajib lapor ini secara optimal dan masih ditemukannya IPWL
yang belum ideal sesuai standar yang ada.
5.2 Ketersediaan Sumber Daya