81 produksi tidak ada hambatan yang saya alami. Namun pada saat
produksishooting ada beberapa faktor penghambat diantaranya faktor cuaca yang tidak bersahabat seperti hujan sehingga menghambat jalannya proses
shooting dan pada alatalat produksi beresiko rusak jika hujan deras yang disertai petir. Kemudian keterlambatan properties sebagai sarana penunjang
untuk shooting Pemain
Dewi Alam sebagai Soimah Dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji the series ini, tokoh Soimah
yang diperankan oleh Dewi Alam pada saat proses shooting ada pula faktor penghambat yang dialaminya. Beberapa faktor tersebut menurutnya adalah
ketika proses pengambilan gambar keadaan sekitarnya berisik sehingga mengganggu konsentrasi dalam dialog juga menghayati peran, tidak hafalnya
dialog yang harus diucapkan sehingga harus diulang beberapa kali proses pengambilan gambar, kemudian kurangnya feel dari tokoh yang diperankan
sehingga membuat membuat sutradar tidak puas akan aktingnya. Camera Person kameraman
Faktor penghambat berupa cuaca ketika hujan tibatiba turun menjadikan set yang sudah dipersiapkan untuk shooting harus dibereskan
kembali karena untuk menjaga keamanan agar tidak rusak akibat terpaan air hujan. Selain itu juga day for night atau usaha menampilkan malam seperti
siang, dikarenakan berbagai hal. Salah satunya karena banyak pemain yang memiliki kesibukan lain, sehingga harus disesuaikan jadwal pemain, atau
pembagian tim produksi menjadi tiga bagian menyebabkan tim yang satu
82 dengan tim yang lain saling menunggu giliran para pemain, sehingga menjadi
banyak waktu terbuang, bahkan jadwal tertunda sehingga tidak sesuai scene yang sudah ditargetkan. Namun dipihak lain, scene harus dituntaskan.
83
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif pada analisis produksi program sinetron sinetron
Tukang Bubur Naik Haji the series penulis menyimpulkan sebagai berikut: 1.
Terdapat enam tahapan pembentukan konstruksi sosial media massa dalam proses produksi program sinetron Tukang Bubur Naik Haji the
series dimulai dari tahap penyiapan komponen komunikasi, dalam
tahapan ini terdapat komponen komunikasi yang terdiri dari komunikator, komunikan, tujuan sinetron, format sinetron, serta biaya. komunikator
dalam tahapan ini terdiri dari penulis ide cerita yaitu H. Imam Tantowi, kerabat kerja produksi, aktoraktris utama, serta figuran. Komunikan
dalam untuk sinetron ini berasal dari semua kalangan lapisan masyarakat. Format sinetron ini ingin menceritakan kisah rakyat seharihari dengan
format drama religi komedi, untuk biaya bersal dari rumah produksi yaitu PT. Sinemart serta biaya dari iklan pada stasiun penayangannya yaitu
RCTI. Sinetron ini bertujuan untuk menyampaiakan dakwah sehingga materi produksi berasal dari AlQuran, Hadis, Bukubuku juga hasil
komodifikasi realita masyarakat seharihari. Penyampaian dakwahnya disampaikan oleh sutradara tidak secara gamblang. Dalam proses
penyiapan produksi atau perencanaan dilakukan dalam waktu kurang dari tiga bulan. Pihakpihak yang terlibat mulai dari produser, penulis ide
cerita dan skenario, sutradara juga pimpinan produksi. Dalam perencanaan
84 membicarakan selain ide cerita dan materi produksi juga kerabat kerja
yang bertugas, lokasi pengambilan gambar, biaya produksi serta para
pemain. Setelah tahapan penyiapan kemudian Tahap pemilihan realitas,
dalam tahapan ini berisi tentang awal munculnya sinetron ini. Sinetron ini diawali dengan penemuan ide, dimana ide merupakan kisah nyata yang
dialami Ustad Yusuf Mansur kemudian oleh H. Imam Tantowi dikembangkan kisah tersebut. Dalam pengembangan kisah tersebut oleh H.
Imam Tantowi ditampilkan tokohtokoh lain dengan nama perannya selain penjual bubur kemudian sukses diangkat ke layar kaca dalam bentuk FTV.
FTV Tukang Bubur Naik Haji the series terdiri dari 4 sequel kemudian ditayangkan terus menerus oleh stasiun televisi RCTI karena besarnya
animo masyarakat terhadap FTV tersebut. Berdasarkan itu kemudian dikembangankan kembali oleh H. Imam tantowi sehingga dibuat tayangan
the seriessinetron yang tayang setiap hari. Dilanjutkan dengan tahap pembingkaian skenario
, dalam proses membingkai skenario dilakukan oleh tim pembuat skenario yang terdiri dari H. Imam Tantowi sebagai
penulis ide cerita, satu orang peyuplai ideasisten, dan enam orang penulis persegmen dalam skenario. Setelah jadi rancangan naskah skenario
kemudian tahap pembentukan realitas subjektif, dalam tahap ini
hasilnya berupa naskah skenario yang siap digunakan untuk proses produksishooting tiap episode serta penonjolanpenonjolan kata dalam
bentuk verbal dan nonverbal dari setiap tokoh berdasarkan naskah skenario
yang digunakan. Tahap yang kelima yaitu tahap pengemasan realitas simbolik
, dalam tahapan ini berkaitan tentang apa yang telah ada dalam
85 naskah skenario kemudian di wujudkan visualisasinya dalam bentuk
gambar yaitu pada proses shooting sehingga dapat disaksikan di televisi. Dalam pengemasan realitas simbolik ini, terdapat tiga proses pengemasan
dimulai dari kekuatan priming yaitu berdasarkan rundown, kekuatan signing yaitu berdasarkan naskah skenario, dan kekuatan framing yaitu
cerita dalam sinetron tersebut. Tahap terakhir yaitu tahap penetapan realitas objektif
, dalam tahap ini meruakan tahap evaluasi dari tahap tahap sebelumnya.
2. Selama proses produksi dalam pra produksi, produksi juga pasca produksi
pihakpihak yang terkait memiliki faktor penghambat sehingga apa yang sudah direncanakan tidak dapat berjalan sesuai dengan yang sudah
direncanakan. Pada proses produksipeliputanshooting faktor penghambat dialami oleh kerabat kerja yang bertugas juga para pemain. Namun, faktor
penghambat tersebut bisa dilalui dengan baik tanpa berpengaruh besar terhadap apa yang telah di rencanakan. Tim kerabat kerja yang dibagi
menjadi tiga bagian memiliki faktor penghambat yang berpengaruh terhadap jalannya proses produksi, faktor penghambat tersebut berasal dari
alam yang berupa cuaca, teknis juga dari para pemain.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang berjudul analisis produksi sinetron Tukang Bubur Naik Haji the series penulis ingin memberikan saran terhadap pihak
terkait, sebagai berikut: 1.
Sebaiknya pada hari sabtu dan minggu jam tayang tidak dimulai pada waktu azan magrib, karena hal tersebut dapat mengganggu waktu ibadah