Landasan Teori Pengaruh penerapan PMK NO-121/PMK.011/2013 atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPNBM) terhadap daya beli konsumen pada barang elektronika: studi empiris konsumen barang elektronika di Wilayah DKI Jakarta
13
Definisi pajak menurut Soeparman dalam Suandy 2011:9: “Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut
oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam
mencapai kesejahteraan umum”. Definisi pajak menurut Andriani dalam Lubis 2007:
“Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemer
intahan.” Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pajak adalah : 1 Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang
serta aturan pelaksanaannya.Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi indinidual oleh pemerintah
2 Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
3 Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan
untuk membiayai public investment.
14
b. Fungsi Pajak Menurut Mardiasmo 2011:1 terdapat 2 dua fungsi pajak,
yaitu fungsi budgetair sumber keuangan Negara dan fungsi regularend mengatur.
1 Fungsi Budgetair Sumber dana bagi pemerintah Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu
sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan Negara,
pemerintah berupaya memasukan uanga sebanyak-banyaknya untuk kas Negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara
ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajakmelalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti pajak
penghasilan PPh, Pajak pertambahan nilai PPN dan pajak penjualan atas barang mewah PPNBM, pajak bumi dan bangunan
PBB dan lain-lain. 2 Fungsi Regulerend Pengaturan Pajak mempunyai fungsi
pengaturan, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan
ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Beberapa contoh penetapan pajak sebagai fungsi
pengaturan adalah :
15
a Pajak yang tinggi dekanakan terhadap barang-barang mewah. Pajak penjualan atas barang mewah PPnBm dikenakan pada
transaksi jual beli barang mewah. Semakin mewah suatu barang maka tarif pajak semakin tinggi sehingga barang
tersebut semakin mahal harganya. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak berlomba-lomba untuk
mengkonsumsi barang mewah mengurangi gaya hidup mewah
b Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan: dimaksudkan agar pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberi
kontribusi membayar pajak yang tinggi, sehingga terjadi pemerataan pendapatan.
c Tarif pajak export sebesar 0 : dimaksudkan agar pera pengusaha terdorong mengekspor hasil produksinya dipasar
dunia sehingga dapatmemperbesar devisa Negara. d Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil
industry tertentu seperti industry semen, industry rokok, industry baja, dan lain-lain: dimaksudkan agar terdapat
penekanan produksi terhadap industry tersebut karena dapat mengganggu
lingkungan atau
polusi membahayakan
kesehatan
16
e Pembebasan pajak penghasilan atas sisa hasil usaha koperasi: dimaksudkan untuk mendorong perkembangan koperasi di
Indonesia. f Pemberlakuan tax holiday : dimaksudkan untuk menarik
investor asing agar menanamkan modalnya di Indonesia. c. Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo 2011:7 terdapat tiga sistem pemungutan pajak, yaitu Official Assessment System, Self Assessment System, dan
With Holding Assessment System.
1 Official assesstment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemerintah fiskus untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Jadi, yang menentukan besarnya pajak yang terutang adalah pemerintah
dimana wajib pajak bersifat pasif, sehingga wajib pajak tidak turut
serta dalam menentukan besarnya pajak yang terutang.
2 Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang. Dalam hal ini, wajib pajak bersifat aktif karena wewenang untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada wajib pajak itu sendiri. Jadi, wajib pajak mempunyai hak untuk ikut serta dalam
menentukan besarnya pajak yang terutang. Namun, pada sistem ini
17
sangat mungkin terjadinya manipulasi dalam jumlah pajak yang
akan dilaporkan.
3 With Holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga bukan fiskus dan bukan
wajib pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. jadi, baik pemerintah ataupun
wajib pajak tidak mempunyai hak untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Contohnya, seorang karyawan yang bekerja
pada PT. X, maka yang mempunyai wewenang untuk memotong besarnya pajak yang terutang oleh karyawan tersebut adalah PT. X.
Jadi, dari beberapa sistem pemungutan pajak seperti yang diuraikan di atas maka yang diterapkan di Indonesia saat ini adalah sistem
Self Assessment, dimana tujuannya adalah agar masyarakat semakin patuh dalam membayar pajak karena adanya transparansi
dalam menghitung, menentukan, dan melaporkan sendiri besarnya
pajak yang terutang
d. Teori yang mendukung pemungutan pajak Berdasarkan teori yang mendukung hak Negara untuk
memungut pajak dari rakyatnya antara lain Siti Resmi 2014:5 :
1 Teori Asuransi
Teori ini menyatakan bahwa Negara bertugas untuk melindungi
orang dan
segala kepentingannya,
meliputi keselamatan dan keamanan jiwa juga harta bendanya, seperti dalam
18
hal perjanjian asuransi pertanggungan, untuk melindungi orang dan kepentingan tersebut diperlukan pembayaran premi, dalam
hubungan Negara dan rakyatnya, pajak dianggap sebagai premi yang sewaktu-waktu yang harus dibayar oleh masing-masing
individu. Meskipun teori ini hanya memberi dasar hukum pemungut pajak, beberapa pakar menentangnya. Mereka
berpendapat bahwa perbandingan antara pajak dan perusahaan
asuransi tidaklah tepat karena :
a Dalam hal timbul kerugian tidak ada penggantian secara langsung dari negara dan
b Antara pembayaran jumlah pajak dengan jasa yang diberikan oleh negara tidaklah terdapat hubungan langsung.
2 Teori Kepentingan Teori ini awalnya hanya memperhatikan pembagian beban
pajak yang harus dipungut dari seluruh penduduk. Pembagian beban ini harus didasarkan atas kepentingan masing-masing orang
dalam tugas-tugas pemerintahan, termasuk perlindungan atas jiwa orang-orang itu beserta harta bendanya. Oleh karena itu, sudah
sewajarnya biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Negara dibebankan kepada mereka.
19
3 Teori Gaya Pikul Teori ini menyatakan bahwa dasar keadilan pemungutan
pajak terletak pada jasa-jasa yang diberikan oleh Negara kepada warganya, yaitu perlindungan atas jiwa dan harta bendanya. Untuk
kepentingan tersebut, diperlukan biaya-biaya yang harus dipikul oleh segenap orang yang menikmati perlindungan itu yaitu dalam
bentuk pajak. Teori ini menekankan pada asas keadilan, bahwa pajak haruslah sama beratnya untuk setiap orang. Pajak harus
dibayar menurut gaya pikul seseorang. Gaya pikul seseorang dapat di ukur berdasarkan besarnya penghasilan, untuk wajib pajak orang
pribadi. Gaya pikul pengeluaran dan pembelanjaan dinyatakan dengan sejumlah penghasilan tertentu yang tidak dikenakan pajak.
Sebagai contoh, Tuan Akbar tidak kawin dan Tuan Hakim kawin, anak 2-K2 mempunyai penghasilan yang sama, beban
pajak Tuan Akbar lebih besar dari pada Tuan Hakim karena gaya pikul pengeluaranpembelanjaan Tuan Akbar lebih kecil dari
pada Tuan Hakim. 4 Teori Kewajiban Pajak Mutlak Teori Bakti
Berlawanan dengan ketiga teori sebelumnya yang tidak mengutamakan kepentingan Negara diatas kepentingan warganya,
teori ini mendasarkan pada paham organische staatsleer. Paham ini mengajarkan bahwa karena sifat suatu Negara, timbullah hak
mutlak untukmemungut pajak. Orang-orang tidaklah berdiri
20
sendiri, dengantidak adanya persekutuan tidak aka nada individu. Oleh karena itu persekutuan yang menjelma menjadi Negara
berhak atas satu dan lainnya. Akhirnya, setiap orang menyadari bahwa menjadi suatu kewajiban mutlak untuk membuktikan tanda
baktinya terhadap negaradalam bentuk pembayaran pajak. 5 Teori Asas Gaya Beli
Teori ini tidak mempersoalkan asal muasal Negara memungut pajak, melaikan hanya melihat pada efeknya dan
memandang ebek yang baik itu sebagai dasar keadilannya. Menurut teori ini, fungsi pemungutan pajak disamakan dengan
pompa yaitu mengambil gaya hidup dari rumah tangga dalam dalam masyarakat untuk rumah tangga Negara dan kemudian
menyalurkannya kembali kemasyarakat dengan maksud untuk memelihara hidup masyarakat dan untuk membawanya ke arah
tertentu. Teori ini mengajarkan bahwa penyelenggara kepentingan masyarakat inilah yang dapat dianggap sebagai dasar keadilan
pemungutan pajak. 6 Pembagian Pajak
Menurut Siti Resmi 2014:12, ada dua yang mengatur timbulnya utang pajak saat pengakuan adanya utang pajak yaitu
ajaran materil dan formil.
21
a Pajak Materil Ajaran materil menyatakan bahwa utang pajak timbul karena
diberlakukannya undang-undang perpajakan. Dalam ajaran ini, seseorang akan secara aktif menentukan apakah dirinya
dikenakan pajak atau tidak, sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Ajaran ini konsisten dengan penerapan self
assessment system. b Pajak Formil
Ajaran formil menyatakan bahwa utang pajak timbul karena tidak dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus
pemerintah. Untuk menentukan apakah seorang dikenakan pajak atau tidak, berapa jumlah pajak yang harus dibayar, dan
kapan jangka waktu pembayaran akan diketahui dalam surat ketetapan pajak tersebut. Ajaran ini konsisten dengan
penerapan official assessment system 2. Pajak Pertambahan Nilai PPN
a. Pengertian PPN Pajak Pertambahan Nilai menurut Undang-Undang No.18
Tahun 2000 yang disempurnakan lagi dalam Undang-Undang No.42 Tahun 2009 adalah Pajak atas konsumsi Barang Kena Pajak BKP dan
atau Jasa Kena Pajak JKP yang dilakukan di dalam Daerah Pabean. Daerah pabean itu sendiri merupakan wilayah teritorial Indonesia.
22
Dengan demikian, pajak pertambahan nilai bukan hanya dikenakan atas barang saja, melainkan juga atas jasa yang sesuai
dengan syarat-syarat yang terdapat dalam Undang-Undang perpajakan. Dasar hukum adalah peraturan perundangan ang mengatur pajak
penghasilan di Indonesia adalah UU Nomor 7 Tahun 1983 yang telah disempurnakan dengan UU nomor 7 Tahun 1991, UU nomor 10 tahun
1994, UU nomor 17 tahun 2000, UU nomor 36 tahun 2008, peraturan pemerintah, keputusan presiden, keputusan menteri keuangan,
keputusan direktur jendral pajak maupun surat edaran direktur jendral pajak.
b. Sifat Pemungutan PPN Sifat pemungutan PPN menurut Untung Sukardji 2002, yaitu
sebagai pajak tidak langsung, pajak objektif, multi stage levy, non kumulatif, indirect substraction method, tarif tunggal, pajak atas
konsumsi dalam negeri, PPN tipe konsumsi, dan netralitas PPN. 1 PPN adalah Pajak Tidak Langsung
Sifat pemungutan ini menggambarkan pengertian PPN ditinjau dari sudut ilmu hukum yaitu suatu jenis pajak yang menempatkan
kedudukan pemikul beban pajak dengan kedudukan penanggung jawab pembayaran pajak ke kas negara pada pihak-pihak yang
berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi pembeli atau penerima
jasa dari
tindakan sewenang-wenang
negara pemerintah. Jadi, pengenaan PPN itu dibebankan kepada pembeli
23
BKP Barang Kena Pajak dimana perusahaan yang melaporkan PPN tersebut kepada negara.
2 PPN adalah Pajak Objektif Timbulnya kewajiban pajak di bidang PPN sangat ditentukan oleh
adanya objek pajak, yaitu seperti keadaan, peristiwa, perbuatan hukum yang dapat dikenakan pajak. Jadi, PPN tidak membedakan
tingkat kemampuan konsumen dalam pengenaan pajaknya. 3 PPN bersifat multi stage levy
“Multy stage levy” mengandung pengertian bahwa PPN dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi dan jalur distribusi BKP
Barang Kena Pajak atau JKP. PPN dikenakan pada setiap proses distribusi BKP atau JKP Jasa Kena Pajak karena didasarkan pada
digunakannya faktor-faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalam
menyiapkan, menghasilkan,
menyalurkan, dan
memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen.
4 PPN bersifat non-kumulatif PPN yang bersifat
“multi stage levy” namun bersifat non kumulatif yaitu tidak menimbulkan pengenaan pajak berganda. Berbeda
ketika dahulu PPN disebut sebagai pajak penjualan yang menimbulkan pajak berganda.
5 Penghitungan PPN terutang untuk di bayar ke kas negara menggunakan indirect substraction method
24
Indirect Substraction Method adalah metode penghitungan PPN yang akan disetor ke kas negara dengan cara mengurangkan pajak
atas perolehan dengan pajak atas penyerahan barang atau jasa. Jadi, yang disetor ke kas negara hanya selisihnya saja.
6 PPN Indonesia menggunakan tarif tunggal single rate PPN Indonesia menganut tarif tunggal yang dalam hukum positif
yaitu Undang-Undang PPN Tahun 1984 ditetapkan sebesar 10. Dengan Peraturan Pemerintah tarif ini dapat dinaikkan paling
tinggi menjadi 15 atau diturunkan paling rendah 5. 7 PPN adalah pajak atas konsumsi dalam negeri
Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikonsumsi di dalam daerah
pabean Republik Indonesia. Jadi, PPN tidak berlaku jika barang atau jasa dikonsumsi diluar wilayah Indonesia.
8 PPN yang diterapkan di Indonesia adalah PPN tipe konsumsi consumption type VAT
Di lihat dari sisi perlakuan terhadap barang modal, PPN Indonesia termasuk tipe konsumsi consumption type VAT artinya seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk perolehan barang modal dapat dikurangi dari dasar pengenaan pajak.
25
9 Netralitas PPN Dengan legal karakter PPN tersebut di atas, PPN mampu
merealisasi dirinya netral dalam dunia perdagangan baik domestik maupun
internasional. PPN
tidak menghendaki
dirinya mempengaruhi kompetisi dalam dunia bisnis. Salah satu legal
karakter PPN adalah pajak atas konsumsi. Karena yang dapat di konsumsi bukan hanya barang tetapi juga jasa, maka PPN
memberikan perlakuan yang sama terhadap konsumsi barang dan konsumsi jasa, yaitu kedua-duanya dikenakan PPN
c. Prinsip Pemungutan PPN Menurut Mulyo Agung 2009 terdapat dua prinsip
pemungutan PPN, yaitu Prinsip Tempat Tujuan Destination dan Prinsip Tempat Asal Origin Principle dan akan dijelaskan sebagai
berikut: 1 Prinsip Tempat Tujuan Destination
Pada prinsip ini, PPN di pungut di tempat barang atau jasa tersebut dikonsumsi. Maksudnya, pada saat barang atau jasa
sampai di tempat tujuan untuk konsumsi, maka barang atau jasa tersebut dikenakan PPN.
2 Prinsip Tempat Asal Origin Principle Pada prinsip tempat asal ini diartikan PPN di pungut di
tempat asal barang atau jasa yang akan dikonsumsi. Jadi, PPN
26
dipungut bukan pada tempat barang atau jasa tersebut dikonsumsi, melaink tempat barang atau jasa tersebut berasal.
d. Mekanisme pengenaan PPN Menurut Mardiasmo 2011:307, undang-undang pajak
pertambahan nilai 1984 menganut metode kredit pajak credit method serta metode faktur pajak invoice method. Dalam metode ini pajak
pertambahan nilai PPN dikenakan atas penyerahan barang kena pajak BKP atau jasa kena pajak JKP oleh pengusaha kena pajak PKP.
PPN dipungut secara bertingkat pada setiap jalur produksi dan distribusi. Unsur pengenaan pajak berganda atau pengenaan pajak atas
pajak dapat dihindari dengan diterapkannya mekanisme pengkreditan pajak masukan metode kredit pajak. Untuk melakukan pengkredirtan
pajak masukan , sarana yang digunakan adalah faktur pajak metode faktur pajak.
Mekanisme pengenaan PPN dapat digambarkan sebagai berikut : 1 Pada saat membelimemperoleh BKPJKP, akan dipungut PPN
oleh PKP penjualan. Bagi pembeli, PPN yang dipungut oleh PKP penjualan tersebut merupaka pembayaran pajak dimuka dan
disebut dengan pajak masukan. Pembeli berhak menerima bukti pemungutan berupa faktur pajak.
2 Pada saat menjualmenyerahkan BKPJKP kepada pihak lain, wajib memungut PPN. Bagi penjual, PPN tersebut merupakan pajak
27
keluaran. Sebagai bukti telah memungut PPN, PKP penjual wajib membuat faktur pajak.
3 Apabila dalam suatu masa pajak jangka waktu yang lamanya sama dengansatu bulan takwim jumlah pajak keluaran lebih besar dari
pada jumlah pajak masukan,selisihnya harus disetorkan ke kas Negara.
4 Apabila dalam suatu masa pajak jurnal pajak keluaran lebih kecil dari pada jumlah pajak masukan, selisih dapat direstitusi diminta
kembali atau dikompensasikan ke masa pajak berikutnya. 5 Pelaporan penghitungan PPN dilakukan setiap masa pajak dengan
menggunakan surat pemberitahuan masa pajak pertambahan nilai SPT masa PPN Mardiasmo 2011:308
e. Subyek PPN Subyek PPN menurut Mardiasmo 2011:300 berdasarkan
Undang Undang PPN No.18 Tahun 2000, yaitu: 1 Pengusaha yang menurut Undang-Undang harus dikukuhkan
menjadi PKP Pengusaha Kena Pajak, yang meliputi: a Pabrikan Produsen
b Importir dan Investor c Pengusaha yang mempunyai hubungan istimewa dengan
pabrikan atau Importer d Agen utama dan penyalur utama dari pabrikan dan importer
e Pemegang hak paten dan merk dagang
28
2 Pengusaha yang memilih untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak PKP, dapat berbentuk:
a Eksportir b Pedagang yang menjual BKP kepada PKP yang biasanya
merupakan jalur produksi. f. Obyek PPN
Menurut Mardiasmo 2011:303 PPN dikenakan atas: 1 Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha Kena Pajak. Syarat-syaratnya adalah: a Barang berwujud yang diserahkan merupakan BKP;
b Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan BKP tidak berwujud;
c Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; d Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau
e pekerjaannya; 2 Impor BKP;
3 Penyerahan JKP yang dilakukan di dalam Daerah Pabean oleh Pengusaha Kena Pajak. Syarat-syaratnya adalah:
a Jasa yang diserahkan merupakan JKP; b Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean;
c Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaanya.
29
4 Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
5 Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
6 Ekspor BKP oleh Pengusaha Kena Pajak; 7 Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan
usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain;
8 Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan,
sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan.
g. Tarif PPN 1 Tarif pajak pertambahan nilai
Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10 sepuluh persen. Sedangkan tarif PPN sebesar 0 nol persen diterapkan
atas : a Ekspor BKP berwujud
b Ekspor BKP tidak berwujud, dan c Ekspor JKP
Pengenaan tarif 0 nol persen tidak berarti pembebasan dari pengenaan pajak pertambahan nilai. Dengan demikian, pajak
masukan yang telah dibayar untuk perolehan BKPJKP yang
30
berkaitan dengan kegiatan tersebut dapat dikreditkan. Berdasarkan pertimbangan perkembangan ekonomi danatau
peningkatan kebutuhan dana untuk pembangunan, pemerintah diberi wewenang mengubah tarif pajak pertambahan nilai
menjadi paling rendah 5 lima persen dan paling tinggi 15 lima belas persen dengan tetap memakai prinsip tarif tunggal.
Perubahan tarif sebagai mana dimaksud pada ayat ini dikemukakan oleh pemerintah kepada dewan perwakilan rakyat
dalam rangka pembahasan dan penyusunan rancangan anggaran pendapatan dan belanja Negara
2 Tarif pajak penjualan atas barang mewah PPn BM Tarif pajak penjualan atas barang mewah dapat ditetapkan
dalam beberapa kelompok tarif , yaitu tarif paling rendah 10 sepuluh persen dan paling tinggi 200 dua ratus persen.
Ketentuan mengenai tarif kelompok barang kena pajak ang tergolong mewah yang dikenai pajak atas penjualan barang mewah
dengan peraturan pemerintah. Sedangkan ketentuan mengenai jenis barang yang dikenai penjualan atas barang newah diatur dengan
atau didasarkan peraturan menteri keuangan. Atas ekspor barang kena pajak yang tergolong mewah dikenai pajak dengan tarif 0
nol persen. PPn BM yang telah dibayar atas perolehan BKP yang tergolong mewah yang diekspor dapat diminta kembali restitusi.
Mardiasmo 2011:307
31
3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM a. Definisi Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Menurut Undang-Undang PPN No.18 Tahun 2000 yang disempurnakan lagi dalam Undang-Undang PPN No. 42 Tahun 2009,
pengertian Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM adalah pajak yang dipungut atas penyerahan Barang Kena Pajak BKP yang
tergolong sebagai barang mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut
didalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya, ataupun impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah.
Dengan demikian, berbeda dengan PPN, PPnBM yang sudah dibayar pada waktu perolehan atau impor Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah tersebut, tidak dapat dikreditkan dengan PPN maupun PPnBM yang dipungut atau PPnBM ini hanya dipungut satu
kali saja. b. Karakteristik PPnBM
Yang menjadi karakteristik PPnBM adalah sebagai berikut: 1 PPnBM merupakan pungutan tambahan BKP mewah selain PPN.
2 PPnBM hanya dikenakan sekali yaitu pada saat impor atau pada Saat penyerahan BKP mewah oleh PKP pabrikan.
3 PPnBM tidak dapat dikreditkan sehingga diperlakukan sebagai biaya.
32
4 Dalam hal BKP mewah diekspor, maka PPnBM yang dibayar pada Saat perolehannya dapat diminta kembali restitusi.
c. Obyek PPnBM 1 Penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang
dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut didalam daerah pabean dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya. 2 Impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah.
d. Mekanisme PPnBM Mekanisme PPnBM sebagaimana diatur dalam Pasal 5, Pasal 8
dan Pasal 10 dalam Undang-Undang PPN, yang secara garis besar
yaitu:
1 Atas impor dan penyerahan BKP yang tergolong Mewah oleh PKP yang menghasilkan BKP yang tergolong mewah tersebut
disamping dikenakan PPN juga dikenakan PPnBM. 2 PPnBM hanya dipungut satu kali, yaitu pada waktu impor atau
pada waktu meyerahkan BKP yang tergolong mewah tersebut oleh pabrikan.
3 PPnBM tidak dapat dikreditkan baik terhadap PPN maupun terhadap PPnBM.
4 Tarif PPnBM yang berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1983 berkisar antara 10 sampai dengan 35 dengan Undang-
Undang No. 11 Tahun 1994 diubah menjadi setinggi-tingginya
33
50 dan dengan Undang-Undang No. 18 Tahun 2000 diubah lagi menjadi setinggitingginya 75
Atas ekspor BKP yang tergolong mewah dapat meminta kembali PPnBM yang telah dibayar pada waktu perolehan BKP yang
Tergolong mewah yang diekspor tersebut. a. Tarif PPnBM
Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM, dengan peraturan
pemerintah, dapat
ditetapkan dalam
beberapa pengelompokan tarif, yaitu tarif paling rendah sebesar 10 dan tarif
paling tinggi sebesar 75. Tarif PPnBM yang berlaku saat ini adalah 10, 20, 30, 40, 50, dan 75.
Tarif PPnBM dikelompokkan menjadi: Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Jenis Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan pajak penjualan atas barang mewah
ditindaklanjuti dengan PMK NOMOR 121PMK.0112013 yaitu: 1 Tarif 10
a. Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, dan pesawat penerima siaran televise
a Lemari pendingin, kombinasi lemari pendingin-pembeku, dari tipe rumah tangga dengan kapasitas di atas 180 liter
dengan nilai impor atau harga jual diatas Rp.5.000.000,00 lima juta rupiah per unit.
34
b Pemanas air instant atau pemanas air dengan tempat penyimpanan, bukan listrik, untuk keperluan rumah tangga
dengan nilai impor atau harga jual di atas Rp.5.000.000,00 lima juta rupiah per unit.
c Mesin cuci dari jenis yang dipakai rumah tangga, termasuk mesin yang dapat di gunakan untuk mencuci dan
mengeringkan pakaian, kain atau sejenisnya mempunyai kapasitan linen kering lebih dari 10kg dengan nilai impor
atau harga jual di atas Rp.5.000.000,00 lima juta rupiah per unit.
d Pemanas air instan atau pemanas air dengan tempat penyimpanan, listrik, peralatan elektro termal lainnya dari
jenis yang digunakan untuk keperluan rumah tangga dengan nilai impor atau harga jual di atas Rp5.000.000,00
lima juta rupiah per unit. e Aparatus penerima untuk televisi, digabung atau tidak
dengan penerima siaran radio atau aparatus perekam atau pereproduksi suara atau video, monitor video: - Monitor
video berwarna di atas 17 inch sampai dengan 43 inch dengan nilai impor atau harga jual di atas Rp10.000.000,00
sepuluh juta rupiah sampai dengan Rp15.000.000,00 lima belas juta rupiah per unit.
35
b. Kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga. Perlengkapan memancing dengan nilai impor atau harga jual Rp2.500.000,00
dua juta lima ratus ribu rupiah atau lebih per unit. c. Kelompok mesin pengatur suhu udara. Mesin pengatur suhu
udara, terdiri dari kipas yang digerakkan dengan motor dan elemen untuk mengubah suhu dan kelembaban udara, termasuk
mesin tersebut yang tidak dapat mengatur kelembaban udara secara terpisah, dari tipe jendela atau dinding, dengan kapasitas
pendingin di atas 1 PK sampai dengan 2 PK dengan nilai impor atau harga jual di atas Rp8.000.000,00 delapan juta rupiah per
unit. d. Kelompok alat perekam atau reproduksi gambar, pesawat
penerima siaran radio. a Aparatus perekam atau pereproduksi video, digabung
dengan video tuner maupun tidak, dengan harga jual atau nilai impor di atas Rp. 5.000.000,00 lima juta rupiah per
unit: b Aparatus penerima untuk penyiaran, dikombinasi maupun
tidak dalam rumah yang sama, dengan aparatus perekam atau pereproduksi suara atau penunjuk waktu, dengan harga
jual atau nilai impor di atas Rp5.000.000,00 lima juta rupiah per unit:
36
e. Kelompok alat
fotografi, alat
sinematografi, dan
perlengkapannya. a Kamera digital dan kamera perekam video, selain yang
dipergunakan untuk usaha penyiaran radio atau televisi dengan nilai impor atau harga jual di atas Rp10.000.000,00
sepuluh juta rupiah per unit. b Kamera fotografi selain kamera sinematografi, dan
kamera digital, dengan harga jual atau nilai pabean ditambah bea masuk di atas Rp10.000.000,00 sepuluh juta
rupiah per unit. 2 Tarif 20
a. Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, selain yang tercantum dalam tarif 10
a Tungku, kompor, tungku terbuka, alat masak termasuk tungku dengan ketel tambahan untuk pemanasan sentral,
panggangan besar, anglo, gelang gas, piring pemanas, dan peralatan rumah tangga tanpa listrik semacam itu, dari besi
atau baja, jenis non portable dengan nilai impor atau harga jual di atas Rp5.000.000,00 lima juta rupiah per unit.
b Lemari pendingin, Kombinasi lemari pendingin-pembeku, dilengkapi dengan pintu luar terpisah, dari tipe rumah
tangga dengan kapasitas melebihi 180 liter dengan nilai impor atau harga jual di atas Rp15.000.000,00 lima belas
37
juta rupiah per unit dan Lemari pendingin tipe rumah tangga dengan kapasitas melebihi 180 liter dengan nilai
impor atau harga jual di atas Rp15.000.000,00 lima belas juta rupiah per unit
b. Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium, town house, dan sejenisnya.
a Rumah dan town house dari jenis non strata title dengan luas bangunan 350 m2 atau lebih.
b Apartemen, Kondiminium, townhouse dari jenis strata title, dan sejenisnya dengan luas bangunan 150 M2 atau lebih.
c. Kelompok pesawat penerima siaran televisi dan antena serta reflektor antena, selain yang tercantum dalam tarif 10
a Aparatus penerima untuk televisi, digabung atau tidak dengan penerima siaran radio atau aparatus perekam atau
pereproduksi suara atau video; monitor video : Aparatus penerima untuk televisi berukuran di atas 40 inch dengan
nilai impor atau harga jual di atas Rp15.000.000,00 lima belas juta rupiah per unit dan Monitor video berwarna di
atas 40 inch dengan nilai impor atau harga jual di atas Rp15.000.000,00 lima belas juta rupiah per unit
b Proyektor video,
Mempunyai kapasitas
untuk memproyeksikan pada layar berukuran 300 inci atau lebih,
38
Proyektor data video dan komputer tipe FPD ITAIB-200 dan Lain-lain.
d. Kelompok mesin pengatur suhu udara, mesin pencuci piring, mesin pengering, pesawat elektromagnetik dan instrumen
musik, selain yang tercantum dalam tarif 10. a Mesin pengatur suhu udara, terdiri dari kipas yang
digerakkan dengan motor dan elemen untuk mengubah suhu dan kelembaban udara, termasuk mesin tersebut yang
tidak dapat mengatur kelembaban udara secara terpisah. Dari tipe jendela atau dinding, dengan kapasitas pendingin
di atas 2 PK sampai dengan 3 PK dengan nilai impor atau harga jual di atas Rp10.000.000,00 sepuluh juta rupiah
per unit. b Mesin pencuci piring dari tipe rumah tangga dengan nilai
impor atau harga jual di atas Rp5.000.000,00 lima juta rupiah per unit: - dioperasikan secara elektrik, Tidak
dioperasikan secara elektrik. c Mesin pengering dengan kapasitas linen kering tidak
melebihi 10 kg dari jenis yang dipakai untuk rumah tangga dengan nilai impor atau harga jual di atas Rp5.000.000,00
lima juta rupiah per unit.
39
d Piano termasuk piano otomatis, harpsichord dan instrumen keyboard bersenar lainnya. Piano tegak, Grand Piano dan
Lain-lain. e Instrumen musik dengan suara yang dihasilkan, atau harus
diperkuat secara elektrik misalnya : organ, gitar, akordeon. Instrumen keyboard, selain akordeon dan Lain-
lain. e. Kelompok wangi-wangian Parfum dan cairan pewangi yang
siap untuk dijual eceran dengan nilai impor atau harga jual Rp. 20.000,00 dua puluh ribu rupiah atau lebih per ml.
3 Tarif 30 a. Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano,
kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum. Kendaraan air lainnya untuk pelesir atau olahraga; sampan dan
kano. b. Kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga selain yang
tercantum dalam tarif 10. a Perlengkapan golf: Bola golf, Perlengkapan golf lainnya
selain tongkat. b Perlengkapan menyelam : - Pakaian selam dan Kacamata
pelindung untuk selam
40
c Perlengkapan ski air, papan selancar, papan layar, papan selancar layar dan olahraga air lainnya. Selancar layar Lain-
lain 4 Tarif 40
a. Kelompok barang yang terbuat dari kulit atau kulit tiruan. a Saddlery dan harness untuk semua macam binatang
termasuk tali kekang, kekang, penutup lutut, penutup mulut, tutup sadel, tas sadel, jaket anjing dan sejenisnya,
dengan nilai impor atau harga jual Rp5.000.000,00 lima juta rupiah atau lebih per buah.
b Peti, kopor, tas perempuan, tas eksekutif, tas kantor, tas sekolah, dompet kaca mata, tas teropong, tas kamera, tas
peralatan musik, kopor senjata, sarung pistol dan kemasan semacam itu; tas untuk bepergian, tas makanan dan
minuman bersekat, kotak rias, ransel, tas tangan, tas belanja, dompet, pundi, tempat peta, tempat rokok, kantong
tembakau, tas perkakas, tas olahraga, tempat botol, kotak perhiasan, kotak bedak, tempat pisau, dan kemasan
semacam itu, dengan nilai impor atau harga jual Rp5.000.000,00 lima juta rupiah atau lebih per buah.
c Pakaian dan aksesori pakaian dari kulit samak atau kulit komposisi
dengan nilai
impor atau
harga jual
Rp6.000.000,00 enam juta rupiah atau lebih per stel atau
41
Rp3.000.000,00 tiga juta ribu rupiah atau lebih per potong atau per buah.
d Pakaian, aksesori pakaian dan barang lainnya dari kulit berbulu dengan nilai impor atau harga jual Rp6.000.000,00
enam juta rupiah atau lebih per stel atau Rp3.000.000,00 tiga juta ribu rupiah atau lebih per potong atau per buah.
b. Kelompok permadani yang terbuat dari sutra atau wool a Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya, rajutan, sudah
jadi: - dari wool, dari sutera. b Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya, tenunan, tidak
berumbai- umbai atau tidak dibentuk flock seperti beludru, sudah jadi, termasuk Kelem, Schumacks,
Karamanie dan babut tenunan tangan yang semacam itu, selain yang dipergunakan untuk keperluan ibadah.
c Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya, berumbai, sudah jadi. - dari wool, dari sutera.
d Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya, sudah jadi, dari wool atau sutera, selain dari jenis yang
dipergunakan untuk alas sembahyang. c. Kelompok barang kaca dari kristal timbal dari jenis yang
digunakan untuk meja, dapur, rias, kantor, dekorasi dalam ruangan atau keperluan semacam itu.
42
d. Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam mulia atau dari logam yang dilapisi logam
mulia atau campuran daripadanya. a Arloji tangan, alroji saku dan arloji lainnya, termasuk
penghitung detik, dengan badan arloji dari logam mulia atau dari logam kerajang dengan nilai impor atau harga jual
Rp40.000.000,00 empat puluh juta rupiah per unit. b Jam, yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam
mulia atau dari logam yang dilapisi logam mulia atau campuran daripadanya.
c Barang lainnya yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari emas atau platina atau dari logam yang dilapisi emas atau
platina atau campuran daripadanya, selain barang perhiasan dan bagiannya
e. Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampah dan kano, selain yang tercantum dalam Lampiran III, kecuali untuk
keperluan negara atau angkutan umum. f. Kelompok balon udara dan balon udara yang dapat
dikemudikan, pesawat udara lainnya tanpa penggerak. Pesawat layang dan pesawat layang gantung dan Lain-lain.
g. Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara.
h. Kelompok jenis alas kaki
43
a Alas kaki tahan air dengan sol luar dan bagian atas dari karet atau dari plastik, bagian atasnya tidak dipasang pada
sol dan tidak dirakit dengan cara dijahit, dikeling, dipaku, disekrup, ditusuk atau proses semacam itu, dengan nilai
impor atau harga jual Rp5.000.000,00 lima juta rupiah atau lebih perpasang
b Alas kaki lainnya dengan sol luar dan bagian atas dari karet atau plastik, dengan nilai impor atau harga jual.
Rp5.000.000,00 lima juta rupiah atau lebih perpasang. c Alas kaki dengan sol luar dari karet, plastik, kulit samak
atau kulit komposisi dan bagian atas sepatu dari kulit samak, dengan nilai impor atau harga jual Rp5.000.000,00
lima juta rupiah atau lebih perpasang. d Alas kaki dengan sol luar dari karet, plastik, kulit samak
atau kulit komposisi dan bagian atasnya dari bahan tekstil, dengan nilai impor atau harga jual Rp5.000.000,00 lima
juta rupiah atau lebih perpasang. e Alas kaki lainnya, dengan nilai impor atau harga jual
Rp5.000.000,00 lima juta rupiah atau lebih perpasang i. Kelompok barang-barang perabot rumah tangga dan kantor.
a Tempat duduk, dapat diubah menjadi tempat tidur maupun tidak, dengan nilai impor atau harga jual Rp5.000.000,00
lima juta rupiah atau lebih per unit atau satuan.
44
b Perabotan lainnya dengan nilai impor atau harga jual Rp10.000.000,00 sepuluh juta rupiah atau lebih per unit
atau satuan. c Alas kasur, barang keperluan tidur dan perabotan semacam
itu misalnya, kasur, selimut tebal, eiderdown, bantalan kursi, poufe, dan bantal dilengkapi dengan pegas atau diisi
atau dilengkapi bagian dalamnya dengan berbagai bahan atau dengan karet atau plastik seluler, disarungi maupun
tidak, kecuali yang terbuat dari kapuk. d Lampu dan alat kelengkapan penerangan lainnya, dengan
nilai impor atau harga jual Rp10.000.000,00 sepuluh juta rupiah atau lebih per unit atau satuan
j. Kelompok barang-barang yang terbuat dari porselin, tanah lempung cina atau keramik. - Bak cuci, wastafel, alas baskom
cuci, bak mandi, bidet, bejana kloset, tangki air pembilasan, tempat kencing, dan perlengkapan sanitasi semacam itu dari
keramik dengan nilai impor atau harga jual Rp10.000.000,00 sepuluh juta rupiah atau lebih per unit atau satuan: dari
porselin atau tanah lempung cina dan lain-lain, Patung dan barang keramik ornamental lainnya selain yang merupakan
karya seni dengan nilai impor atau harga jual Rp5.000.000,00 lima juta rupiah atau lebih per unit atau satuan, dari porselin
atau tanah lempung cina dan lain-lain.
45
k. Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu selain batu jalan atau batu tepi jalan. Ubin,
batu monumen dan bentuk lainnya selain yang merupakan karya seni dengan nilai impor atau harga jual Rp2.000.000,00
dua juta rupiah atau lebih per meter persegi atau Rp. 5.000.000,00 lima juta rupiah atau lebih per meter kubik.
5 Tarif 50 a. Kelompok permadani yang terbuat dari bulu hewan halus.
a Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya, rajutan, sudah jadi, yang terbuat dari bulu hewan halus.
b Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya yang terbuat dari bulu hewan halus, tenunan, tidak berumbai-umbai atau
tidak dibentuk flock seperti beludru, sudah jadi, termasuk kelem, Schumacks, Karamanic dan babut tenunan
tangan yang semacam itu selain alas sembahyang. c Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya yang terbuat dari
bulu hewan halus, berumbai, sudah jadi. d Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya yang terbuat dari
bulu hewan halus, sudah jadi, selain alas sembahyang b. Kelompok pesawat udara selain yang tercantum dalam
Lampiran IV, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan udara niaga.
46
a Helikopter dengan berat tanpa muatan tidak melebihi 2.000 kg.
b Pesawat udara dan kendaraan udara lainnya : dengan berat tanpa muatan tidak melebihi 2.000 kg.
c. Kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga selain yang disebut dalam tarif 10 dan tarif 30
d. Kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan Negara
6 Tarif 75 a. Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya
terbuat dari batu mulia danatau mutiara atau campuran daripadanya. Barang dari mutiara alam atau mutiara budidaya,
batu mulia atau batu semi mulia alam. b. Kelompok kapal pesiar mewah
a Kapal pesiar, kapal ekskursi dan kendaraan air semacam itu terutama dirancang untuk pengangkutan orang; kapal feri
dari semua jenis. b Yacht dan kendaraan air lainnya selain yang tercantum
dalam tarif 30 dan tarif 40, untuk pelesir atau olahraga.
47
4. Pengusaha Kena Pajak PKP a. Pengertian PKP
1 Pengusaha Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk
apapun yang dalam kegiatan usaha atau pegerjaan yang menghasilkan barang, mengimpor barang, mengexpor barang
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa termadus
mengexpor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean. mardiasmo 2011:300
2 Pengusaha Kena Pajak PKP Pengusaha kena pajak adalah pengusaha yang melakukan
menyerahan barang kena pajak danatau penyerahan jasa kena pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang PPN 1984.
a Kewajiban Pengusaha Kena Pajak Menurut Mardiasmo 2011:301, Pengusaha Kena Pajak
berkewajiban, antara lain untuk: 1 Melaporkan
usahanya untuk
dikukuhkan menjadi
pengusaha kena pajak 2 Memungut PPN dan PPnBM yang terutang
3 Menyetor PPN yang masih harus dibayar dalam hal pajak keluaran lebih besar dari pada pajak masukan yang dapat
48
dikreditkan serta menyetorkan pajak penjualan atas barang mewah yang terutang; dan
4 Melaporkan penghitungan pajak. b Pengecualian Kewajiban Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha yang dikecualikan dari kewajiban sebagai
Pengusaha Kena Pajak adalah:
1 Pengusaha Kecil. 2 Pengusaha yang semata-mata menyerahkan barang dan atau
jasa yang tidak dikenakan PPN. 5. Dasar Pengenaan Pajak
Untuk menghitung besarnya Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM yang terutang diperlukan adanya dasar pengenaan pajak. Dasar
Pengenaan Pajak DPP adalah harga jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor, serta nilai lain yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan.
Di bawah ini adalah Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Mardiasmo 2011:305 :
a. Harga Jual Harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semu biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BPKB, tidak termaksud pajak pertambahan nilai yang dipungut
menurut UU PPN 1984 dan potongan harga yag dicantumkan dalam faktur pajak.
49
b. Penggantian Pergantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan JKP jasa kena pajak ekspor JKP, atau ekspor BKP tidak berwujud,
tetapi tidak termasuk pajak pertambahan nilai yang dipungut menurut undang-undang PPN 1984 dan potongan harga yang dicantumkan
dalam faktur pajak atau nilai berupa uang yang dibaar atau seharusnya dibayar oleh penerima jasa Karena pemanfaatan JKP danatau oleh
penerima manfaat BKP tidaj berwujud karena pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
c. Nilai Impor Nilai impor mempunyai pengertian sebagai nilai berupa uang yang
menjadi dasar perhhitungan bea masuk ditambah pungutan yang dikenakan sesuai Undang- Undang Pabean tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai. d. Nilai Ekspor
Adapun Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 dalam Pasal 1 angka 26 menyatakan bahwa nilai ekspor merupakan nilai berupa uang yang
termasuk biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. Nilai Ekspor dapat diketahui dari dokumen ekspor. Oleh karena itu,
tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor adalah 0.
50
e. Nilai lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Yang termasuk nilai lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan adalah nilai-nilai yang menjadi dasar pengenaan pajak selain harga jual, penggantian, nilai impor dan nilai ekspor, dimana
harus dengan persetujuan Menteri Keuangan. 6. Daya Beli
Daya beli Purchasing Power merupakan kemampuan seseorang dalam mengkonsumsi suatu produk. Daya beli antara satu orang dengan
orang lainnya pastilah berbeda. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti dilihat dari status orang tersebut, pekerjaan,
penghasilan, dan sebagainya. Daya beli juga mempunyai hubungan erat dengan suatu barang
atau produk. Bila barang atau produk tersebut mempunyai harga yang murah, maka daya beli masyarakat terhadap barang tersebut juga akan
meningkat. Hal ini berlaku seperti pada hukum permintaan. Pada kurva permintaan individual akan suatu barang adalah suatu
kurva atau suatu daftar yang menunjukkan jumlah-jumlah suatu barang untuk setiap satuan waktu yang oleh seorang konsumen ingin dan sanggup
untuk membeli barang tersebut pada berbagai harga satuan barang tersebut Samuelson, 2003. Terdapat 4 empat penyebab perubahan permintaan
menurut Soediyono dalam Dyah 2010:28, yaitu:
51
a. Perubahan pendapatan konsumen Untuk barang-barang normal, bertambah besarnya pendapatan yang
diperoleh konsumen mengakibatkan kurva permintaan terhadap konsumen bergeser ke kanan. Sebaliknya, menurunnya pendapatan
menyebabkan kurva permintaan bergeser ke kiri. Untuk barang-barang inferior, yaitu barang konsumsi yang tidak disukai oleh konsumen dan
hanya dikonsumsi jika terpaksa, akan menurun permintaannya jika pendapatan konsumen meningkat.
b. Perubahan harga barang pengganti Jika suatu barang naik, maka permintaan akan barang substitusinya
juga akan naik. c. Perubahan harga barang komplementer
Meningkatnya harga salah satu barang, menyebabkan penurunan permintaan terhadap barang komplementernya.
d. Perubahan cita rasa konsumen Selera atau cita rasa konsumen yang berubah-ubah mempengaruhi
permintaan akan suatu barang yang sedang digemari. Jika selera konsumen bertambah maka permintaan akan suatu barang juga akan
naik.
52