Kajian Teori Pengaruh Komunikasi Orangtua dan Motivasi Belajar Terhadap Karakter Siswa Sekolah Menengah Atas Swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kajian Teori

Kajian teori merupakan penjelasan dan paparan mengenai variabel penelitian, yaitu variabel komunikasi orangtua, motivasi belajar dan karakter siswa. Dalam kajian teori ini adalah teori yang mendukung dan memperkuat penelitian yang dilakukan oleh penulis, sehingga penulis dapat menjawab keraguan dari perumusan masalah. 1. Karakter Siswa

a. Pengertian Karakter

Istilah karakter terkadang dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika, ahlak, dan atau nilai dan berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi positif bukan netral. Sedangkan Karakter dalam Kamus bahasa Indonesia merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atau sekelompok orang. Karakter sering diasosiasikan dengan istilah dengan temperamen yang lebih memberi penekanan pada definisi psikososial yang dihubungkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Proses perkembangan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor yang khas yang ada pada orang yang bersangkutan yang juga disebut faktor bawaan nature dan lingkungan nurture dimana orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Faktor bawaan boleh dikatakan berada di luar jangkauan masyarakat dan individu untuk mempengaruhinya. Sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor yang berada pada jangkauan masyarakat dan individu. Jadi usaha pengembangan atau pendidikan karakter seseorang dapat dilakukan oleh masyarakat atau individu sebagai bagian dari lingkungan melalui rekayasa faktor lingkungan. Karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin “charakter”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti kepribadian atau akhlak Oxford. Secara etimologis, karakter artinya adalah kualitas mental atau moral, kekuatan moral. Secara terminologis, karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Karakter dapat dianggap sebagai nilai- nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia. Lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat-istiadat, dan estetika. Menurut Samani dan Hariyanto 2011:41 karakter adalah “perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam 10 11 berinda k.” Kamus Bahasa Indonesia, menyatakan bahwa karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Sedangkan menurut Jack Corley dan Thomas Phillip seperti dikutip Samani dan Hariyanto 2011:42 bahwa “karakter merupakan sikap dan kebiasaan seseorang yang memungkinkan dan mempermudah tindakan mora l.” Zubaedi 2011:8 menyatakan bahwa karakter merupakan ”keseluruhan disposisi kodrati dan disposisi yang telah dikuasai secara stabil yang mendefinisikan seorang individu dalam keseluruhan tata perilaku psikisnya yang menjadikannya tipikal dalam cara berpikir dan bertinda k.” Menurut Lickona 2013:74 dalam memahami pendidikan karakter perlu mengetahui apa itu pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan cognitive, perasaan feeling, dan tindakan action. tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa membangun karakter character building adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga berbentuk unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain. Ibarat sebuah huruf dalam alfabet yang tak pernah sama antara yang satu dengan yang lain, demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat dibedakan satu dengan yang lainnya termasuk dengan yang tidakbelum berkarakter atau berkarakter tercela. Menurut para ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah watak, tabiat, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan virtues yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Istilah pembangunan secara mendasar bukan saja dilihat sebagai suatu proses yang menghasilkan suatu output tertentu, tetapi mengedepankan bagaimana aliran proses itu mempertimbangkan kaidah- kaidah ilmiah sehingga arahnya dapat diperkirakan planned development . Itu sebabnya seluruh faktor, yakni fisik, lingkungan, sosial, dan ekonomi harus dapat dikenali untuk dapat dioptimalkan dalam rangka mengantarkan perubahan seperti yang di kehendaki atau di rencanakan. Uraian konseptional tersebut kemudian dilengkapi dengan penerapan perencanaan pembangunan di Indonesia. Menurut Rogers seperti dikutip Makmun 2009:3 menyatakan “Secara sederhana pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak suatu bangs a”. Berdasarkan uraian teori karakter dan pembangunan, maka kata pembangunan karakter dapat disimpulkan sebagai mengukir atau 12 memahat jiwa seseorang dalam mencapai perubahan yang berguna menuju suatu keluaran output yang diinginkan.

b. Pembentukan Karakter

Bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa, maka Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Upaya mewujudkan pendidikan karakter sesungguhnya sudah tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu; “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab ”SPN, 2003. Berdasarkan UU Sistem Pendidikan Nasional merupakan landasan yang kokoh untuk melaksanakan secara operasional pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai prioritas program Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014, di mana disebutkan bahwa pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Atas dasar itu, pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan habituation tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham kognitif tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan afektif nilai yang baik dan biasa melakukannya psikomotor. Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik moral knowing , akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving good moral feeling, dan perilaku yang baik moral action. Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan dilakukan. Nilai dalam pendidikan karakter begitu penting keberadaanya. Dalam pendidikan karakter, nilai harus menjadi core intisari dari pendidikan itu sendiri. Penanaman nilai terpuji dalam pendidikan karakter dalam sebuah lembaga pendidikan mempunyai penekanan yang berbeda. Jumlah dan jenis nilai yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain, tergantung kepentingan dan kondisinya masing-masing. Sebagai contoh, nilai toleransi, kedamaian, dan kesatuan menjadi sangat penting untuk lebih ditonjolkan karena kemajemukan bangsa dan negara. Tawuran 13 antarwarga, tawuran antaretnis, dan bahkan tawuran antarmahsiswa, masih menjadi fenomena yang terjadi dalam kehidupan ini. Perbedaan jumlah dan jenis nilai dalam karakter tersebut juga dapat terjadi karena pandangan dan pemahaman yang berbeda sebagai contoh, nilai cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya tidak ditonjolkan, karena ada pandangan dan pemahaman bahwa nilai tersebut telah tercermin ke dalam pilar-pilar nilai yang lainnya. Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional, pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara lebih khusus pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama dalam Kemdiknas 2010:5, yaitu; 1 Pembentukan dan Pengembangan Potensi Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila. 2 Perbaikan dan Penguatan Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter manusia dan warga negara Indonesia yang bersifat negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri, dan sejahtera. 3 Penyaring Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat. Pendidikan karakter dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Menurut Fitri 2012:24, bahwa tujuan pendidikan karakter antara lain adalah: 1 Mengembangkan potensi kalbunuraniafektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa; 2 Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius; 3 Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa; 14 4 Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan; 5 Mengembangkan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan. Sekolah atau satuan pendidikan sebenarnya selama ini sudah mengembangkan dan melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional satuan pendidikan masing-masing. Satuan pendidikan dalam implementasinya jumlah dan jenis karakter yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain. Hal itu tergantung pada kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing. Di antara berbagai nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolahwilayah, yakni bersih, rapih, nyaman, disiplin, sopan dan santun. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional 2010:9-10 terdapat 18 nilai yang harus dikembangkan sekolah dalam menentukan keberhasilan pendidikan karakter, yaitu: 1 religius, 2 jujur, 3 toleransi, 4 disiplin,5 kerja keras, 6kreatif, 7 mandiri, 8 demokratis, 9 rasa ingin tahu, 10 semangat kebangsaan, 11 cinta tanah air, 12 menghargai prestasi, 13 bersahabat dan komunikatif, 14 cinta damai,15 gemar membaca, 16 peduli lingkungan, 17 peduli sosial, dan 18 tanggung jawab. Penilaian pendidikan karakter pada hakikatnya adalah evaluasi atau proses pembelajaran secara terus menerus dari individu untuk menghayati peran dan kebebasannya bersama dengan orang lain dalam sebuah lingkungan sekolah demi pertumbuhan integritas moralnya sebagai manusia. Penilaian pendidikan karakter berkaitan erat dengan adanya unsur pemahaman, motivasi, kehendak, dan praktis dari individu. Pendidikan karakter menjadi semakin bertumbuh ketika motivasi dalam diri individu menjadi pendorong semangat bagi perilaku moralnya dalam kebersamaan dengan orang lain. Secara sederhana, fokus pendidikan hanya tiga, yaitu membangun pengetahuan, membangun keterampilan skill, dan membangun karakter. Dari ketiga elemen pendidikan intnya hanya satu yakni berbasis, adalah karakter. Pendidikan di Indonesia cukup berhasil dalam membangun pengetahuan sain dan teknologi, cukup berhasil juga dalam membangun keterampilan; namun pendidikan kita ternyata menunjukan indikasi kegagalan dalam membangun karakter. Untuk menjawab persoalan di atas, Tilaar 1990:19-23 mengemukakan pokok-pokok paradigma baru pendidikan sebagai berikut: “1 pendidikan ditujukan untuk membentuk masyarakat Indonesia baru yang demokratis; 2 masyarakat demokratis memerlukan pendidikan yang dapat menumbuhkan individu dan masyarakat yang demokratis; 3 pendidikan diarahkan untuk 15 mengembangkan tingkah laku yang menjawab tantangan internal dan global; 4 pendidikan harus mampu mengarahkan lahirnya suatu bangsa Indonesia yang bersatu serta demokratis; 5 di dalam menghadapi kehidupan global yang kompetitif dan inovatif, pendidikan harus mampu mengembangkan kemampuan berkompetisi di dalam rangka kerjasama; 6 pendidikan harus mampu mengembangkan kebhinekaan menuju kepada terciptanya suatu masyarakat Indonesia yang bersatu di atas kekayaan kebhinekaan masyarakat, dan 7 yang paling penting, pendidikan harus mampu mengIndonesiakan masyarakat Indonesia sehingga setiap insan Indonesia merasa bangga menjadi warga negara Indonesi a”. Paradigma baru pendidikan di atas mengisyaratkan bahwa tanggung jawab pendidikan tidak lagi dipikulkan kepada sekolah, akan tetapi dikembalikan kepada masyarakat dalam arti sekolah dan masyarakat sama-sama memikul tanggung jawab. Dalam paradigma baru ini, masyarakat yang selama ini pasif terhadap pendidikan, tiba-tiba ditantang menjadi penanggung jawab pendidikan. Tanggung jawab ini tidak hanya sekedar memberikan sumbangan untuk pembangunan gedung sekolah dan membayar uang sekolah, akan tetapi yang lebih penting masyarakat ditantang untuk turut serta menentukan jenis pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, termasuk meningkatkan mutu pendidikan dan memikirkan kesejahteraan tenaga pendidik agar dapat memberikan pendidikan yang bermutu kepada peserta didik. Hal ini bukanlah sesuatu yang mudah karena banyak kendala yang mempengaruhi, antara lain: 1 bagi masyarakat hal ini merupakan masalah baru sehingga perlu proses sosialisasi; 2 bagi masyarakat yang tinggal di ibukota propinsi, kotamadya dan kabupaten, masalahnya lebih sederhana karena tingkat pendidikan dan ekonomi relatif baik,sehingga tidak sulit menyeleksi orang-orang yang akan duduk pada posisi tanggung jawab ini; 3 bagi masyarakat yang tinggal di ibukota kecamatan dan desa masalahnya menjadi rumit karena tingkat pendidikan masyarakatnya rendah dengan kondisi kehidupan miskin. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan yang dimaksud dengan kararter siswa dalam penelitian ini adalah suatu usaha yang dilakukan guru dalam rangka membentuk kepribadian bangsa melalui pendidikan karakter siswa, sehingga output yang dinginkan dapat terwujud, dapat diukur melalui dimensi: 1 religius, 2 jujur, 3 toleransi, 4 disiplin,5 kerja keras, 6 kreatif, 7 mandiri, 8 demokratis, 9 rasa ingin tahu, 10 semangat kebangsaan, 11 cinta tanah air, 12 menghargai prestasi, 13 bersahabat dan komunikatif, 14 cinta damai,15 gemar membaca, 16 peduli lingkungan, 17 peduli sosial, dan 18 tanggung jawab. 16

2. Komunikasi Orangtua a. Pengertian Komunikasi

Mendeteksi kapan dan bagaimana komunikasi pertama kali dipandang sebagai faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Berdasarkan sejarah, komunikasi diekspresikan dan berperan dalam kehidupan manusia yaitu pada abad 5 SM dalam tulisan klasik bangsa Mesir dan Babilonia atau tampak pada kitab perjanjian lama Bible. Begitu juga pada masayarakat Yunani yang melakukan kehidupan demokratis dengan komunikasi oral. Menurut Hardjana 2003:10 seorang manusia hidup di dunia ini perlu adanya komunikasi untuk menyampaikan pesan atau maksud yang hendak diungkapkan, karena tanpa komunikasi maka kehidupan tak akan berlangsung. Komunikasi pada hakikatnya merupakan suatu proses dalam penyampaian informasi pesan, ide, gagasan dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal. Kata komunikasi juga berasal dari akar kata latin cum yaitu kata depan yang berarti dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan yang berarti satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda cummunio yang dalam bahasa Inggris menjadi communion dan berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. Karena untuk bercummunio diperlukan usaha dan kerja, dari itu dibuat kata kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan orang lain, memberikan sebagian kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, berteman. Kata kerja communicare itu pada akhirnya dijadikan kata kerja benda communicatio, atau bahasa Inggris communication , dan dalam bahasa Indonesia diserap menjadi komunikasi. Maka secara harfiah Hardjana 2003:10 menyatakan bahwa, komunikasi berarti pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran, atau hubungan. Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Ruben dan Steward 2005:19 mengemukakan mengenai komunikasi manusia yaitu: Human communication is the process through which individuals in relationships, group, organizations and societies, respond to and create messages to adapt to the environment and one another . Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu- individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain. 17 Menurut kelompok sarjana komunikasi seperti dikutip Cangara 2008:19-20 bahwa komunikasi adalah: “Suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang- orang mengatur lingkungannya dengan: 1 membangun hubungan antar sesama manusia, 2 melalui pertukaran informasi, 3 untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, 4 berusaha mengubah sikap dan tingkah la ku itu.” Menurut Hovland seperti dikutip Muhammad 2008:2 mengatakan bahwa: “Cummunication is the process by which an individual transmits stimuly usually verbal to modify the behavior of other individuals ”. Maksud kutipan di atas lebih menekankan pada proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal. Louis Forsdale ahli komunikasi pendidikan seperti dikutip Muhammad 2008:2 mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara seperti itu sistem dapat didirikan. Pemberian signal dalam komunikasi dapat dilakukan dengan maksud tertentu atau dengan disadari dan dapat juga terjadi tanpa disadari. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi pesan, ide, gagasan dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya, melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut. Dengan komunikasi pesan atau tujuan yang disampaikan akan tercapai bila komunikasi yang terbina berjalan dengan lancar, sebaliknya bila terjadi miskomunikasi, maka akan menyebabkan tidak tercapainya tujuan yang hendak dicapai. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Effendy 2004:79 bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan langsung ataupun tidak langsung melalui media. Muhammad 2008:2-4 memberikan beberapa pengertian komunikasi seperti yang dikutip di bawah ini: 1 Komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain Hovlan, Janis dan Kelly. 2 Komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara dan diubah Forsdale. 3 Komunikasi adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain Brent D. Ruben. 18 4 Komunikasi adalah proses dengan mana simbol verbal dan simbol non-verbaldikirm, diterima dan diberi arti William J. Seller . Hovland, Janis, Kelley seperti dikutip Santoso dan Setiansah 2010:5 mendefinisikan: “Komunikasi adalah suatu proses di mana seorang individu komunikator mentransmisikan stimulus untuk mempengaruhi tindakan orang lain. Anderson, mengemukakan: Komunikasi adalah proses di mana kita memahami dan dipahami orang lain. Hal ini berjalan secara dinamis, terus berubah dan berganti, tergantung situasi terkait ”. Maksud kutipan tersebut menekankan bahwa komunikasi dapat memberikan pengertian di antara masing-masing komunikator. Komunikasi mengandung tujuan tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi atau film, maupun media nonmassa, misalnya surat, telepon, papan pengumuman, poster, spanduk dan sebagainya, dengan kata laian tujuan komunikasi, yakni memberi tahu atau mengubah sikap attitude, pendapat opinion, atau perilaku behavior. Jadi ditinjau dari segi isi penyampaian pernyataan, komunikasi yang bertujuan bersifat informatif dan persuasif. Komunikasi persuasif persuasive communication lebih sulit daripada komunikasi informatif informative communication, karena memang tidak mudah untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang atau sejumlah orang. Pengertian komunikasi yang dikemukakan oleh beberapa pakar komunikasi seperti dikutip Mulyana 2008:68-69 sebagai berikut: 1 Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi, terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima Theodore M. Newcomb. 2 komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang komunikator menyampaikan rangsangan biasanya lambang- lambang verbal untuk mengubah perilaku orang lain komunikate Carl I. Hovland. 3 Komunikasi adalah komunikasi adalah suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator Raymond S. Ross. 4 Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana? Harold Lasswell. Berdasarkan definisi Lasswell dalam Mulyana 2008:69-71 di atas terdapat lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain yaitu; 19 1 Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, sumber harus mengubah perasaan atau pikiran tersebut ke dalam seperangkat simbol verbal atau non verbal. 2 Pesan yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima, merupakan seperangkat simbol verbal dan non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber. 3 Saluran atau media yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Pengirim pesan akan memilih saluran bergantung pada situasi, tujuan yang hendak dicapai dan jumlah penerima pesan yang dihadapi. 4 Penerima sering disebut juga sasaran atau tujuan. Penerima pesan ini akan menterjemahkan atau menafsirkan seperangkat simbol verbal dan non verbal yang ia terima menjadi gagasan. 5 Efek yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, perubahan sikap dari tidak setuju menjadi setuju. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi berawal dari gagasan yang ada pada seseorang, gagasan itu diolahnya menjadi pesan dan dikirmkan melalui media tertentu kepada orang lain sebagai penerima. Penerima menerima pesan dan sesudah mengerti isi pesan kemudian menanggapi dan menyampaikan tanggapannya kepada pengirim pesan. Dengan menerima tanggapan dari si penerima pesan itu, pengirim pesan dapat menilai efektivitas pesan yang dikirmnya. Berdasarkan tanggapan itu pengirim dapat mengetahui apakah pesannya dimengerti dan sejauhmana pesannya dimengerti oleh orang yang dikirimi pesan itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi sebagai suatu proses yang timbal balik antara si pengirim kepada si penerima yang saling mempengaruhi satu sama lain dan didalamnya terdapat informasi, pesan, gagasan, ide, pikiran dan perasaan. William I. Gorden seperti dikutip Mulyana 2008:5 mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu: komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual dan komunikasi instrumental. 1 Komunikasi Sosial Komunikasi sosial berfungsi untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. 2 Komunikasi Ekspresif Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut 20 menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan emosi. Perasaan-perasaan tersebut dikomunikasikan terutama melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun terutama lewat perilaku nonverbal. 3 Komunikasi Ritual Komunikasi yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun nyanyi Happy Birthday dan pemotongan kue, pertunangan melamar, tukar cincin, siraman, pernikahan ijab-qabul, sungkeman, saweran, hingga upacara kematian. 4 Komunikasi Instrumental Komunikasi instrumental mempunyai tujuan: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, mengubah perilaku atau menggerakkan tibdakan, dan juga menghibur. Bila diringkas, semua tujuan disebut membujuk bersifat persuasif. Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan to inform mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan layak diketahui. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses menyampaikan pesan atau imformasi dari seseorang kepada orang lain sehingga saling dapat memahimi informasi tersebut. Informasi dapat disampaikan melalui bahasa oral percakapan maupun bahasa tubuh atau bahasa isyarat.

b. Pengertian Orangtua

Keluarga sebagai sistem sosial terkecil, memiliki pengaruh luar biasa dalam hal pembentukan karakter suatu individu. “Keluarga merupakan produsen dan konsumen sekaligus, dan harus mempersiapkan dan menyediakan segala kebutuhan sehari-hari seperti sandang dan pangan. Setiap keluarga dibutuhkan dan saling membutuhkan satu sama lain, supaya mereka dapat hidup lebih senang dan tenang. ”Keluarga memiliki definisi tersendiri bagi orang Jawa. “Bagi orang Jawa, keluarga merupakan sarung keamanan dan sumber perlindunga n.” Menurut Daradjat 2014:35 bahwa Orangtua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Keluarga merupakan wahana pembelajaran dan pembiasaan karakter yang dilakukan oleh orangtua dan orang dewasa lain dalam keluarga terhadap anak sebagai anggota keluarga sehingga diharapkan dapat terwujud keluarga berkarakter mulia yang tecermin dalam perilaku 21 keseharian. Proses itu dapat dilakukan melalui komunitas keluarga dan partisipasi keluarga dalam pengelolaan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama di mana orangtua bertindak sebagai pemeran utama dan panutan bagi anak. Proses itu dapat dilakukan dalam bentuk pendidikan, pengasuhan, pembiasaan, dan keteladanan. Pendidikan karakter dalam lingkup keluarga dapat juga dilakukan kepada komunitas calon orangtua dengan penyertaan pengetahuan dan keterampilan, khususnya dalam pengasuhan dan pembimbingan anak. Menurut Djamarah 2004:85 orangtua adalah pendidik dalam keluarga. Orangtua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Oleh karena itu bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Menurut Daradjat 2014:67 bahwa suatu kehidupan keluarga yang baik, sesuai dan tetap menjalankan agama yang dianutnya merupakan “Persiapan yang baik untuk memasuki pendidikan sekolah, oleh karena itu melalui suasana keluarga yang demikian itu tumbuh perkembangan efektif anak secara “benar”sehingga ia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar. Keserasian yang pokok harus terbina adalah keserasian antara ibu dan ayah, yang merupakan komponen pokok dalam setiap keluarga. Keduanya merupakan unsure yang saling melengkapi dan isi mengisi yang membentuk suatu keserasian dan keseimbangan dalam kehidupan suatu keluarga ”. Orangtua dan anak itu pada hakikatnya bersatu, mereka satu dalam jiwa, terpisah dalam raga. Raga mereka boleh terpisah, tetapi jiwa mereka tetap bersatu sebagai dwi tunggal yang kokoh bersatu. Kesatuan jiwa orangtua dan anak tidak dapat dipisahkan oleh dimensi ruang, jarak, dan waktu. Tidak pula dapat dicerai-beraikan oleh lautan, daratan, dan udara, pertalian darah antara keduanya kokoh dalam keabadian. Menurut Lickona 2013:42 orangtua adalah guru moral pertama anak-anak, pemberi pengaruh yang paling dapat bertahan lama: Anak-anak berganti guru setiap tahunnya, tetapi mereka memiliki satu orangtua sepanjang masa pertumbuhan. Hubungan orangtua anak juga mengandung signifikansi emosional khusus, yang bisa menyebabkan anak-anak merasa dicintai dan berharga atau sebaliknya merasa tidak dicintai dan tidak berharga. Menurut Levine seperti dikutip Sjarkawi 2006:20-21 menegaskan bahwa “kepribadian orangtua akan berpengaruh terhadap cara orangtua tersebut dalam mendidik dan membesarkan anaknya yang pada gilirannya juga akan berpengaruh terhadap kepribadian si anak tersebut. Ada sembilan tipe kepribadian orangtua dalam membesarkan anaknya yang juga dapat berpengaruh pada kepribadian si anak, yaitu sebagai berikut: 1 Penasihat moral, terlalu menekankan pada perincian, analisis, dan moral. 22 2 Penolong, terlalu mengutamakan kebutuhan anak dengan mengabaikan akibat dari tindakan si anak. 3 Pengatur, selalu ingin bekerja sama dengan si anak dan menciptakan tugas-tugas yang akan membantu memperbaiki keadaan. 4 Pemimpi, selalu berupaya untuk berhubungan secara emosional dengan anak-anak dalam setiap keadaan dan mencari solusi kreatif bersama-sama. 5 Pengamat, selalu mencari sudut pandang yang menyeluruh, berupaya mengutamakan objetivitas dan perspektif. 6 Pencemas, selalu melakukan tanya jawab mental dan terus bertanya-tanya, ragu-ragu, dan memiliki gambaran terburuk sampai mereka yakin bahwa anak mereka benar-benar memahami situasi. 7 Penghibur, selalu menerapkan gaya yang lebih santai. 8 Pelindung, cenderung untuk mengambil alih tanggung jawab dan bersikap melindungi, berteriak pada si anak tetapi kemudian melindunginya dari ancamanyang datang. 9 Pendamai, dipengaruhi kepribadian mereka yang selalu menghindar dari konflik ”. Keluarga merupakan institusi yang sangat berperan dalam rangka melakukan sosialisasi, bahkan internalisasi, nilai-nilai pendidikan walaupun jumlah institusi pendidikan formal dari tingkat dasar sampai ke jenjang yang paling tinggi semakin hari semakin banyak, namun peran keluarga dalam transformasi nilai edukatif ini tetap tidak tergantikan. Keluarga tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun - tahun pertama dalam kehidupanya usia prasekolah. Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah. Keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat, karena keluarga merupakan pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan generasi mendatang. Peran keluarga dalam hal ini begitu berarti, bahkan dapat dikatakan bahwa tanpa keluarga, nilai-nilai pengetahuan yang didapatkan di bangku meja formal tidak akan ada artinya sama sekali. Sekilas memang tampak bahwa peran keluarga tidak begitu ada artinya, namun jika direnungkan lebih dalam, siapa saja akan dapat merasakan betapa berat peran yang disandang keluarga. Cinta orangtua terhadap anak merupakan perasaan alami yang dimiliki semenjak lahir, orangtua seharusnya tidak perlu diperingatkan, karena Islam lebih menekankan perlu dan pentingnya orangtua melindungi keselamatan anak, dan tidak lengah, sehingga anggota keluarganya dan seluruh anggota masyarakat hidup bahagia secara sempurna. Dengan demikian akan tumbuh dan tercipta suatu generasi baru yang cukup kuat dengan penuh optimis dan mandiri. 23

c. Komunikasi Orangtua

Komunikasi keluarga adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran akan hilang. Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota keluarga sukar dihindari, oleh karena itu komunikasi antara suami dan istri, komunikasi antara orangtua dengan anak perlu dibangun secara harmonis dalam rangka membangun hubungan yang baik dalam keluarga. Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menanamkan nilai-nilai. Bila hubungan yang dikembangkan oleh orangtua tidak harmonis misalnya, ketidaktepatan orangtua dalam memilih pola asuhan, pola komunikasi yang tidak dialogis dan adanyapermusuhan serta pertentangan dalam keluarga, maka akan terjadi hubungan yang tegang. Menurut Gunarsa 2005:205 bahwa komunikasi dalam keluarga terbentuk bila hubungan timbal balik selalu terjalin antara ayah, ibu dan anak. Komunikasi yang diharapkan adalah komunisi yang efektif, karena komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Demikian juga dalam lingkungan keluarga diharapkan terbina komunikasi yang efektif antara orangtua dan anak, sehingga akan terjadi hubungan yang penuh kasih sayang dan dengan adanya hubungan harmonis antara orangtua dan anak, diharapkan adanya keterbukaan antara orangtua dan anak dalam membicarakan masalah dan kesulitan yang dialami oleh anak Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss seperti dikutip Rakhmat 2007:12-15 tanda-tanda komunikasi yang efektif ada lima hal yaitu: 1 Pengertian Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimasud oleh komunikator. 2 Kesenangan Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Sapaan ketika bertemu teman dapat dimaksud untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan hangat, akrab, dan menyenangkan. 3 Mempengaruhi sikap Paling sering melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain. Misalnya, guru ingin mengajak muridnya untuk lebih mencintai ilmu pengetahuan. Pemasang iklan ingin merangsang selera konsumen dan mendesaknya untuk membeli. 4 Hubungan sosial yang baik Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Manusia ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Kebutuhan sosial merupakan kebutuhan 24 untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi, pengendalian dan kekuasaan, dan cinta serta kasih sayang. 5 Tindakan Komunikasi untuk menimbulkan pengertian memang sukar, tetapi lebih sukar lagi mempengaruhi sikap. Jauh lebih sukar lagi mendorong orang untuk bertindak. Tetapi efektifitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan komunikasi. Menurut Rakhmat 2007:15 komunikasi orangtua dengan anak dikatakan efektif bila: “Kedua belah pihak saling dekat, saling menyukai dan komunikasi di antara keduanya merupakan hal yang menyenangkan dan adanya keterbukaan sehingga tumbuh rasa percaya diri. Komunikasi yang efektif dilandasi adanya keterbukaan dan dukungan yang positif pada anak agar anak dapat menerima dengan baik apa yang disampaikan oleh orangtua ”. Komunikasi orangtua dengan anak sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Komunikasi orangtua dengan anaknya baik, berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak. Suasana komunikasi orangtua di rumah mempunyai peranan penting dalam menentukan kehidupan anak di sekolah. Orangtua harus menjadikan rumah sebagai wadah untuk berkomunikasi secara intens dengan anaknya. Pola komunikasi merupakan suatu gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya. Pola Komunikasi dapat diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman, dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Menurut Yusuf 2007:52 terdapat tiga pola komunikasi dalam hubungan orangtua dengan anak, yaitu: 1 Authotarian Cenderung bersikap bermusuhan Dalam pola hubungan ini sikap acceptance orangtua rendah, namun kontrolnya tinggi, suka menghukum secara fisik, bersikap mengkomando mengharuskan memerintah anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi, bersikap kaku keras, cenderung emosional dan bersikap menolak. Sedangkan di pihak anak, anak mudah tersinggung, penakut, pemurung dan merasa tidak bahagia, mudah terpengaruh, stres, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas tidak bersahabat. 2 Permissive Cenderung berprilaku bebas Dalam hal ini sikap acceptance orangtua tinggi, namun kontrolnya rendah, memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya. Sedang anak bersikap 25 impulsif serta agresif, kurang memiliki rasa percaya diri, suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya dan prestasinya rendah. 3 Authoritative Cenderung terhindar dari kegelisahan dan kekacauan Dalam hal ini acceptance orangtua dan kontrolnya tinggi, bersikap responsif terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan, memberi penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk. Sedangkan anak bersikap bersahabat, memiliki rasa percaya diri, mampu mengendalikan diri self control bersikap sopan, mau bekerja sama, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai tujuan arah hidup yang jelas dan berorientasi pada prestasi. Proses komunikasi dapat berjalan dengan baik jika antara komunikator dan komunikan ada rasa percaya, terbuka dan sportif untuk saling menerima satu sama lain. Menurut Rakhmat 2007:129 sikap yang dapat mendukung kelancaran komunikasi dengan anak-anak adalah: 1 Mau mendengarkan sehingga anak-anak lebih berani membagi perasaan sesering mungkin sampai pada perasaan dan permasalahan yang mendalam dan mendasar. 2 Menggunakan empati untuk pandangan-pandangan yang berbeda dengan menunjukkan perhatian melalui isyarat-isyarat verbal dan nonverbal saat komunikasi berlangsung. 3 Memberikan kebebasan dan dorongan sepenuhnya pada anak untuk mengutarakan pikiran atau perasaannya dan kebebasan untuk. Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari aktivitas seseorang, sehingga masing-masing orang memiliki cara tersendiri dalam berkomunikasi untuk mendapatkan suatu tujuan. Oleh karena itu, dalam komunikasi dikenal model-model tertentu sebagai manifestasi perilaku manusia dalam berkomunikasi, berikut beberapa jenis pola komunikasi keluarga dengan orangtua tunggal di antaranya: 1 Model S-R Stimulus-Respon Pola komunikasi yang paling sering terjadi dalam keluarga adalah pola komunikasi sebagai suatu proses “aksi-reaksi” yang sangat sederhana. Pola S-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal lisan-tulisan, isyarat-isyarat non verbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu. Orangtua tampaknya harus lebih proaktif dan kreaktif untuk memberikan rangsangan kepada anak, sehingga kepekaan anak atas rangsangan yang diberikan semakin membaik. Menurut Mulyana 2008:143 model S-R adalah model komunikasi yang dipengaruhi oleh disiplin psikologi beraliran behavoristik, digambarkan sebagai berikut: 26 S R Gambar 2.1. Model S-R. 2 Model Newcomb Model ABX Merupakan pola komunikasi lain yang sering terjadi dalam komuniksi antar keluarga yang dikemukakan oleh Newcomb dari perfektif psiko-sosial. Newcomb menggambarkan bahwa seseorang A menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya B mengenai sesuatu X, bila A dan B mempunyai sifat positif terhadap satu sama lain dan terhadap X orang, gagasan, atau benda hubungan ini merupakan simetri. Bila A dan B saling membenci, dan salah satu menyukai X, sedangkan lainnya tidak, hubungan ini juga merupakan simetri. Menurut Mulyana 2008:154 model ABX adalah model komunikasi mengisyaratkan bahwa setiap sistem apa pun mungkin ditandai oleh keseimbangan kekuatan dan setiap perubahan akan menimbulkan ketegangan terhadap keseimbangan, digambarkan sebagai berikut: X A B Gambar 2.2. Model ABX Newcomb 3 Model Interaksional Model Interaksional berlawanan dengan model S-R. Sementara model S-R mengasumsikan manusia adalah pasif, sedangkan model Interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif. Komunikasi digambarkan sebagai pembentukan makna, yaitu penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain oleh para peserta komunikasi. Beberapa konsep penting yang digunakan adalah diri sendiri dan diri orang lain, simbol, makna, penafsiran dan tindakan. Interaksi yang terjadi antar individu tidak sepihak. Antar individu saling aktif, reflektif, dan kreatif dalam memakai dan menafsirkan pesan yang dikomunikasikan. Semakin cepat memberikan pemaknaan dan penafsiran terhadap pesan yang disampaikan semakin lancar komunikasi. Dalam komunikasi individu yang satu tidak bisa memaksakan kehendaknya kepada individu atau kelompok lainnya untuk melakukan pemaknaan dan penafsiran secara tepat. 27 Keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil dalam masyarakat mempunyai ciri dan bentuk komunikasi yang berbeda dengan kelompok sosial lainnya. Komunikasi dalam keluarga biasanya berbentuk komunikasi antar persona face to face communication intinya merupakan komunikasi langsung di mana masing-masing peserta komunikasi dapat memilih fungsi baik sebagai komunikator maupun komunikan. Menurut Pace seperti dikutip Cangara 2088:32 membedakan komunikasi antar-pribadi menjadi dua macam yaitu komunikasi diadik dan komunikasi kelompok kecil. Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap-muka yang dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu percakapan, dialog dan wawancara. Percakapan berlangsung dalam situasi yang bersahabat dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam dan lebih personal. Komunikasi dalam keluarga sebagai proses membentuk dan menyusun keluarga dan hubungan interpersonal di antara orangtua, anak, saudara dan anggota keluarga luas dibentuk dan dipertahankan. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi dalam keluarga dimaksudkan untuk berhubungan atau berinteraksi di antara anggota keluarga. Selain untuk berhubungan, komunikasi dalam keluarga juga berperan dalam kegiatan pengasuhan dan proses sosialisasi. Komunikasi orangtua dengan anak merupakan upaya mengantarkan anak menuju kesiapan memasuki dunia luar. Orangtua perlu mengarahkan pembentukan perilaku anak sejak dini, termasuk membentuk kemandirian anak. Dalam meraih tujuan ini maka iklim komunikasi dalam keluarga merupakan kondisi prasyarat yang harus terpenuhi. Suasana di dalam keluarga yang menyenangkan, hangat dengan suasana mendukung, terbuka, berpikir positif, empati dan terjalinnya kerjasama akan membuat komunikasi dalam keluarga berlangsung secara terbuka, rileks dan santun. Menurut Sudjana 2011:32 ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi dinamis antara orangtua dan anak yaitu: 1 Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah Komunikator berperan aktif sebagai pemberi aksi dan komunikan sebagai penerima aksi. Bentuk ini adalah ceramah yang pada dasarnya adalah komunikasi satu arah, atau komunikasi sebagai aksi. 2 Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah Komunikator dan komunikan dapat berperan sama yakni pemberi aksi dan penerima aksi. Keduanya dapat saling memberi dan saling menerima. 3 Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi Komunikasi tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara komunikator dan komunikan tetapi juga dapat melibatkan interaksi dinamis antara unsur-unsur komunikan lainnya. 28 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan yang dimaksud dengan komunikasi orangtua dalam penelitian ini adalah hubungan yang terjadi antara orangtua dengan anak secara tatap muka sehingga orangtua dapat mengarahkan anak pada pembentukan pribadi yang mandiri, yang dapat diukur melalui dimensi: 1 komunikasi efektif dengan indikator; a Kedua belah pihak saling dekat, dan saling menyukai, b adanya keterbukaan dan dukungan yang positif pada anak, dan c kesenangan dan mempengaruhi sikap, 2 pola komunikasi dengan indikator; a Authotarian Cenderung bersikap bermusuhan, b Permissive Cenderung berprilaku bebas, dan c Authoritative Cenderung terhindar dari kegelisahan dan kekacauan, dan 3 kelancaran komunikasi dengan indikator; a Mau mendengarkan, b menggunakan empati, dan c memberikan kebebasan dan dorongan.

3. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi

Keberhasilan seseorang dalam berbagai kegiatan tidak lepas dari pengaruh beberapa faktor, di antaranya adalah faktor motivasi, dimana seseorang mau dan terdorong untuk melakukan suatu kegiatan karena ada sesuatu yang ingin dicapai. Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku manusia atau individu untuk menuju pada hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu Movere yang artinya ”bergerak”. Berdasarkan kata tersebut, maka lahirlah berbagai definisi tentang motivasi. Sardiman 2011:73 bahwa motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakanmendesak. Menurut Hamalik 2007:78 motivasi adalah suatu perubahan energi dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Pawlik and Rosenzweig 2000:1 mengatakan bahwa “Motivation is the study of the processes cause animal ana humans to exhibit varying sets of behavior at different times. Some examples of such behavior sets are eating, fighting, socializing, achieving and studying ” Sukmadinata 2003:156 menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan. Hal yang sama diungkap Sardiman 2011:75 bahwa motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat. 29 Menurut Mc.Donald seperti dikutip Sardiman 2011:74 bahwa dalam motivasi mengandung tiga elemen penting, yaitu: 1 Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. 2 Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa ”feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persolan- persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. 3 Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Berdasarkan ketiga elemen tersebut, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Setiap individu mempunyai kebutuhan need yang menyebabkan individu tersebut merasakan adanya kekurangan pada dirinya sehingga muncul suatu tenaga yang disebut drive untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada dasamya manusia menurut pandangan teori homeostatis selalu berupaya menjaga ekuilibrasi keseimbangan. Drive atau dorongan pada manusia inilah yang menggerakan atau merangsang seseorang untuk bertingkah laku untuk mencapai tujuan yang disebut sebagai motif. Suatu motif umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu unsur dorongan atau kebutuhan dan unsur tujuan. Proses interaksi timbal balik antara kedua unsur di atas terjadi di dalam diri manusia, namun dapat dipengaruhi oleh hal-hal di luar diri manusia, misalnya keadaan cuaca kondisi di lingkungan dan sebagainya, oleh karena itu dapat saja terjadi perubahan motivasi dalam waktu yang relatif singkat, jika ternyata motivasi yang pertama mendapat hambatan atau tidak mungkin dipenuhi. Motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar sehingga siswa yang bermotivasi kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi sangat dibutuhkan demi terciptanya suasana proses pembelajaran di kelas secara efektif. Motivasi sangat penting dalam pembelajaran, baik dalam proses maupun pencapaian hasil. Seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi, pada umumnya mampu meraih keberhasilan dalam proses maupun output pembelajaran. Untuk itu seorang guru dituntut untuk mampu mengkreasikan berbagai cara agar motivasi siswa dapat timbul dan berkembang dengan baik. Menurut Uno 2010:23 bahwa indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1 adanya hasrat dan keinginan berhasil; 2 adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3 adanya harapan dan cita-cita masa depan; 30 4 adanya penghargaan dalam belajar; 5 adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; 6 adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. Sardiman 2011:83 mengemukakan bahwa ciri-ciri orang yang bermotivasi adalah sebagai berikut: 1 Tekun menghadapi tugas dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai. 2 Ulet menghadapi kesulitan tidak lekas putus asa. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapai. 3 Mewujudkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa. misalnya masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral dan sebagainya. 4 Lebih senang bekerja mandiri 5 Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif. 6 Dapat mempertahankan pendapatnya kalau sudah yakin akan sesuatu. 7 Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. 8 Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Motivasi dapat menjadi masalah yang penting dalam pendidikan Jika dikaitkan dengan aktivitas seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Motivasi bagi siswa dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif, dapat mengarahkan ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam proses pembelajaran banyak siswa yang kurang termotivasi terhadap pelajaran termasuk didalamnya adalah aktivitas praktek maupun teori untuk mencapai suatu tujuannya. Motivasi sangat besar pengaruhnya terhadap belajar, bila guru tidak mampu meningkatkan motivasi maka siswa tidak akan belajar dengan sungguh-sungguh, karena tidak ada daya tarik tersendiri baginya. Siswa malas untuk belajar, siswa tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik motivasi siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena motivasi menambah semangat kegiatan belajar. Motivasi belajar salah satu aspek psikis yang membantu dan mendorong seseorang untuk mencapai tujuannya. Maka motivasi harus ada dalam diri seseorang, sebab motivasi merupakan modal dasar untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, motivasi harus menjadi pangkal permulaan dari pada semua aktivitas. Menurut Slameto 2010:170 bahwa motivasi adalah suatu proses yang menentukan tingkah kegiatan, intensitas, konsistensi serta arah umum dari tingkah laku manusia.

b. Jenis dan Faktor Motivasi

Motivasi adalah perubahan dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi dapat ditinjau dari dua sifat, yaitu motivasi intrinsik dan 31 motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan pendorong dari dalam individu, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya karena pengaruh dari luar individu. Tingkah laku yang terjadi dipengaruhi oleh lingkungan. Motivasi belajar pada hakikatnya adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Syah 2005:136 menyatakan bahwa motivasi belajar dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. 1 Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar, seperti: perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. 2 Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar, yang berupa: pujian, penghargaan, hukuman, peraturan atau tata tertib sekolah, suri teladan orangtua dan guru. Menurut Sardiman 2011:89-91 motivasi dibagi menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik: 1 Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. 2 Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar merupakan salah satu faktor psikologi dalam belajar yang mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai penggerak atau pendorong jiwa seseorang untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Meskipun demikian, motivasi belajar ini dapat berubah hilang seketika dan muncul dengan tiba-tiba. Hal ini terjadi karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Adapun faktor-faktor tersebut, menurut Dimyati dan Mudjiono 2010:97-100 meliputi: 1 Cita-cita atau aspirasi siswa Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar baik instrinsik maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri. 2 Kemampuan siswa Kemampuan akan memperkuat motivasi belajar anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan. Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan perkembangan atau kecakapan mencapainya. Contohnya keinginan membaca perlu dibarengi 32 dengan kemampuan mengenal dan mngucapkan bunyi huruf- huruf. 3 Kondisi siswa Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar, dan sebaliknya. 4 Kondisi lingkungan Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Oleh karena itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah, maka akan semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat. 5 Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran Setiap siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidupnya. Dengan demikian maka unsur-unsur yang bersifat labil tersebut sangat mudah dipengaruhi. 6 Upaya guru dalam membelajarkan siswa Guru adalah pendidik profesional yang selalu bergaul dengan siswa. Intensitas pergaulan dan bimbingan guru tersebut mempengaruhi dan perkembangan jiwa siswa. Sehingga sebagai seorang guru profesional harus mampu membelajarkan siswa secara bijaksana. Meskipun terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja terutama oleh guru yang terlibat langsung dalam aktivitas pembelajaran guna memudahkan siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang telah disampaikan. Motivasi belajar yang dimiliki oleh setiap orang pada dasarnya itu memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda. Namun perbedaan tersebut jangan dijadikan sebagai penghambat belajar melainkan justru untuk menambah semangat memotivasi. Untuk itu perlu disadari bahwa setiap individu tidak ada yang sama persis baik mengenai aspek jasmaniahnya maupun aspek rokhaniah. Motivasi instrinsik merupakan motivasi yang bersumber dari dalam diri individu atau disebut motivasi internal. Motivasi instrinsik timbulnya tidak memerlukan ransangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Jika dibawa kepada aspek belajar, motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri. Motivasi instrinsik ini sering disebut juga motivasi murni atau motivasi yang sebenarnya, yang timbul dalam diri siswa. 33 Motivasi instrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Motivasi instrinsik menyebabkan perbuatan individu benar-benar didasari oleh dorongan dari dalam yang tidak diketahui secara jelas. Motivasi ini menyebabkan perbuatan tidak memerlukan adanya pujian dan ganjaran atas perbuatan itu, dan juga tidak memerlukan hukuman untuk tidak melakukaknnya. Motivasi instrinsik dapat berupa keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pemahaman, mengembangkan sikap untuk berhasil, menikmati kehidupan, secara sadar memberikan sumbangan kepada kelompok, keinginan untuk diterima oleh orang lain, dan sebagainya. Tugas guru adalah membangkitkan motivasi pada siswa, dan mengusahakan agar motivasi dalam belajar pada siswa itu adalah motivasi instrinsik, karena dengan motif itu siswa aktif sendiri, bekerja sendiri, belajar sendiri tanpa paksaan guru atau orangtua. Motivasi ekstrinsik biasa juga disebut motivasi eksternal, adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya. Motivasi ini dipengaruhi oleh faktor di luar individu seseorang. Motivasi ekstrinsik ini timbul karena adanya ransangan dari luar, yang terkandung pada lingkungan sekitar, sehingga lingkungan itulah yang menentukan timbulnya motif. Rangsangan itu diterima atau ditentang bukan karena sesuatu itu menarik, melainkan setelah diselesaikan diharapkan memperoleh sesuatu yang menarik atau menghindari yang tidak disenangi. Motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan, dorongan untuk memenuhi kebutuhan, bertingkah laku tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang memenuhi kebutuhan itu. Menurut Sardiman 2011:85 motivasi memiliki tiga aspek motivasi yaitu: 1 Mendorong penggerak manusia untuk berbuat Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2 Menentukan arah perbuatan Menuju kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3 Menyeleksi perbuatan Menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Menurut Dimyati dan Mudjiono 2010:101-106 ada beberapa upaya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, yaitu: 1 Optimalisasi Penerapan Prinsip Belajar Belajar menjadi bermakna bila siswa memahami tujuan belajar, untuk itu guru perlu menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis. 34 2 Optimalisasi Unsur Dinamis Belajar dan Pembelajaran Guru lebih memahami keterbatasan bagi waktu siswa. Sering kali siswa lengah dengan tentang nilai kesempatan belajar, Oleh karena itu guru dituntut bisa mengoptimalkan unsur-unsur dinamis yang ada dalam diri siswa maupun lingkungan siswa. 3 Optimalisasi Pemanfaatan Pengalaman dan Kemampuan Siswa Guru adalah penggerak sekaligus sebagai fasilitator belajar yang mampu memantau tingkat kesukaran pengalaman belajar dan mampu mengatasi kesukaran belajar siswanya. 4 Pengembangan Cita-Cita dan Aspirasi Belajar Guru adalah pendidik anak bangsa. Ia berpeluang merekayasa dan mendidikan cita-cita bangsa. Mendidikan cita-cita belajar pada siswa merupakan upaya untuk menghilangkan kebodohan masyarakat. Motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik diperlukan dalam proses belajar mengajar, untuk mendorong siswa agar rajin belajar. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan bila diantara siswa ada yang kurang berminat mengikuti pelajaran dalam jangka waktu tertentu. Peranan motivasi ekstrinsik cukup besar untuk membimbing siswa dalam belajar. Untuk itu seorang guru biasanya memanfaatkan motivasi ekstrinsik untuk untuk meningkatkan gairah belajar meski terkadang tidak tepat. Kesalahan dalam memberikan motivasi ekstrinsik akan berakibat merugikan prestasi belajar siswa dalam kondisi tertentu. Interaksi belajar mengajar menjadi kurang harmonis. Tujuan pendidikan dan pengajaran tidak akan tercapai dalam waktu yang relatif singkat dan sesuai dengan target yang dirumuskan. Oleh karena itu, pemahaman mengenai konsep psikologis siswa sangat diperlukan guna mengetahui segala apa yang sedang dihadapi siswa sehingga gairah belajarnya menurun. Menurut Sardiman 2011:92-94 terdapat beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah sebagai berikut: 1 Memberi Angka Angka yang dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka atau nilai yang baik mempunyai potensi yang besar untuk memberikan motivasi kepada anak didik lainnya. Namun, guru harus menyadari bahwa angkanilai bukanlah merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna, karena hasil belajar seperti itu lebih menyentuh aspek kognitif. 3 Hadiah Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan. Dalam dunia pendidikan, hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah berupa uang beasiswa supersemar diberikan untuk memotivasi anak didik atau mahasiswa agar selalu mempertahankan prestasi belajar. 35 4 Kompetisi Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak didik agar mau belajar. Bila iklim belajar yang kondusif terbentuk, maka setiap anak didik terlihat dalam kompetisi untuk menguasai bahan pelajaran yang diberikan. 5 Ego Involvement Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan pentingnya tugas dan menerima sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertahankan harga diri, adalah sebagai bentuk motivasi yang cukup penting. 6 Memberi Ulangan Ulangan bisa dijadikan sebagai motivasi. Anak didik biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh untuk menghadapi ulangan. Oleh karena itu, ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi anak didik agar lebih rajin belajar. 7 Mengetahui Hasil Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Bagi anak didik yang menyadari betapa besarnya sebuah nilai prestasi belajar akan meningkatkan intensitas belajarnya untuk mendapatkan prestasi belajar yang melebihi prestasi belajar sebelumnya. 8 Pujian Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Pujian adalah bentuk apresiasi positif dan merupakan motivasi yang baik. 9 Hukuman Meski hukuman sebagai apresiasi yang negatif tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak akan berfungsi sebagai alat motivasi yang baik dan efektif. Hukuman akan merupakan motivasi bila dilakukan dengan pendekatan edukatif, bukan karena dendam. 10 Minat Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan tertarik pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Anak didik yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati itu. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan yang dimaksud dengan motivasi belajar dalam penelitian ini adalah suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakkan seorang siswa untuk belajar sesuatu atau melakukan kegiatan sesuatu untuk mencapai cita-cita yang diinginkan, dapat diukur melalui dimensi: 1 motivasi intrinsik dengan indikator; a adanya perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, b adanya hasrat dan keinginan 36 berhasil, c adanya harapan dan cita-cita masa depan, d ulet dalam menghadapi kesulitan, dan e lebih senang bekerja secara mandiri. 2 ekstrinsik dengan indikator; a adanya lingkungan belajar yang kondusif, b adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, c adanya penghargaan dalam belajar, d memberi ulangan dan mengetahui hasil, dan e Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

4. Penelitian Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan adalah untuk memperkuat hasil penelitian yang dilakukan penulis, berdasarkan hasil yang diperoleh penulis, berikut hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain, yaitu: a. Ilyas 2004 yang melakukan penelitian pada siswa MTs Negeri Model Makasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat intensity komunikasi orang tua dengan siswa berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat prestasi belajar siswa dengan hasil persamaan regresi yang diperoleh adalah Y = 5,429 + 0,0334X dan diperoleh nilai F hitung = 5,410; Ini berarti model regresi yang diperoleh signifikan dan dapat digunakan untuk menaksir nilai Y apabila X diketahui. Kaitannya penelitian yang dilakukan oleh penulis, bahwa komunikasi orangtua berpengaruh terhadap karakter siswa, hal ini sesuai dengan penelitian Ilyas yang menyatakan bahwa tingkat intesitas komunikasi orangtua dapat mempengaruhi prestasi belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel bebas komunikasi orangtua dapat mempengaruhi variabel terikat. b. Rani Febriany dan Yusri 2013. Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa perhatian orangtua yang dirasakan siswa SMP Negeri 27 Padang dapat dikategorikan cukup. Hal ini dilihat dari aspek memantau atau membimbing kegiatan belajar anak, mengelola kegiatan anak belajar di rumah dan membantu mengatasi kesulitan belajar anak. Hal ini menunjukan perhatian orangtua kepada siswa-siswi SMP Negeri 27 Padang dalam belajar sudah cukup dirasakan oleh siswa, namun di lapangan masih ditemukan siswa yang merasa bahwa masih rendahnya perhatian yang diberikan oleh orangtua kepadanya. Perhatian orangtua sebagai variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat. Hal sama juga didapat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. Artinya penelitian yang dilakukan oleh Febriany bahwa perhatian orangtua mempengaruhi variabel terikat, sementara penulis variabel perhatian orangtua juga mempengaruhi variabel terikat yaitu karakter siswa. c. Rizka Iftikhah 2013. Penelitain ini bertujuan mengetahui pengaruh perhatian orang tua terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Pegandon, metode penelitaian adalah explanatory Penjelasan. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Pegandon. Populasi Penelitian adalah semua siswa kelas VIII, dengan teknik pengambilan sampel Simple Rondom Sampling, 37 sehingga menghasilkan 57 responden. Hasil penelitian diketahui sebagian besar perhatian orang tua diberikan baik yaitu 28 siswa 49,12 dan baik sekali 29 siswa 50,88 terdapat hubungan yang signifikan antara perhatian orang tua terhadap motivasi belajar. Sedangka untuk motivasi belajar ada 28 siswa 49,12, dan baik sekali 29 siswa 50,88 jadi dalam pengaruh ini orang tua sangat berpengaruh dalam motivasi belajar. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepada orang tua lebih memberikan perhatian kepada anak terutama perhatian yang bersifat non material dan perhatian terhadap lingkungan sepermainan anak, sehingga anak dapat berkembang dan mempunyai miotivasi belajar yang lebih baik. Sedangkan bagi sekolah melakukan kerjasama denga orang tua murid dalam menumbuhkan dan memberikan dorongan belajar sehingga prestasi belajar siswa dapat menjadi lebih baik.

B. Kerangka Teoritik 1. Pengaruh Komunikasi Orangtua Terhadap Karakter Siswa

Dokumen yang terkait

Tinjauan hukum islam terhadap perjudian : kajian perbandingan qanun Maisir di Aceh dan perda perjudian di Kota Bekasi

1 29 109

Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi.

1 10 196

Pengaruh Sarapan Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Di Kelas Viii Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Bekasi

32 157 64

Pengaruh Perhatian Orangtua dan Lingkungan Sekolah terhadap Penyimpangan Perilaku Remaja di Sekolah Menengah Atas Swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi

0 3 179

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL, KOMITMEN ORGANISASI, DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SWASTA DI KOTA METRO

0 20 19

Eksternalitas Negatif Akibat Kebisingan Kereta Api Terhadap Masyarakat di Kelurahan Bekasi Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi

1 7 92

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA Pengaruh Lingkungan Sekolah Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Menengah Atas Negeri

0 2 18

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN SIKAP TERHADAP MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR :Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi Jawa Barat.

0 1 38

Kemampuan komunikasi antar pribadi dan motivasi mengajar terhadap kinerja guru sekolah menengah atas Jakarta Timur

0 0 7

PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN DI YOKOBENTO CABANG KOTA BEKASI

0 0 15