Latar Belakang Masalah Pengaruh Komunikasi Orangtua dan Motivasi Belajar Terhadap Karakter Siswa Sekolah Menengah Atas Swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi ditandai dengan kemajuan tekonologi informasi yang memberikan banyak perubahan dan tekanan dalam segala bidang. Dunia pendidikan yang secara filosofis dipandang sebagai alat atau wadah untuk mencerdaskan dan membentuk watak manusia agar lebih baik manusiawi, karena tidak sedikit orang yang berpendidikan pun , sudah mulai bergeser atau disorientasi, salah satunya dikarenakan kurang siapnya pendidikan terkadang kurang manusia terhadap sesamanya, untuk mengikuti perkembangan zaman yang begitu cepat, Dunia Pendidikan.com. Sehingga pendidikan mendapat krisis dalam hal kepercayaan dari masyarakat, dan lebih ironisnya lagi bahwa pendidikan sekarang sudah masuk dalam krisis pembentukan karakter kepribadian, hal ini terlihat dalam realita masih banyak siswa setingkat SMASMK sering muncul dalam media masa dalam aksi tawuran dan pengrusakan fasilitas sekolah dan fasilitas umum. Pendidikan bertujuan tidak sekedar proses alih budaya atau alih ilmu pengetahuan transfer of knowledge, tetapi juga sekaligus sebagai proses alih nilai transfer of value. Artinya bahwa pendidikan, di samping proses pertalian dan transmisi pengetahuan, juga berkenaan dengan proses perkembangan dan pembentukan kepribadian atau karakter masyarakat, Jurnal Pendidikan.com. Dalam rangka internalisasi nilai-nilai budi pekerti kepada siswa, maka perlu adanya optimalisasi pendidikan. Fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembanganya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakul karimah, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini seperti yang tertuang dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Sisdiknas yang berbunyi: Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Amanat UU Sisdiknas di atas bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Tujuan pendidikan nasional ini sangat kental dengan pembentukan karakter anak bangsa, Jurnal Pendidikan.com. Sekolah adalah tempat bersemayamnya pembentukan karakter tersebut. Menurut Fitri 2012:20 karakter dapat diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri, karkter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. 1 Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang suka berkomunikasi satu dengan lainnya, selain mahluk sosial manusia memiliki perasaan sayang satu dengan yang lainnya, dan sifat yang kurang bagus adalah memiliki rasa ego yang tinggi, hal ini sesuai dengan kodrat manusia bahwa manusia diciptakan untuk memimpin atau sebagai khalifah bagi mahluk yang ada di muka bumi ini, sesuai dengan firman Allah Swt dalam surat Lukma:13-14                                  Artinya:         13. “Dan Ingatlah ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar. 14. “Dan kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu ”. Makna kandungan ayat di atas sebenarnya bahwa Manusia diperintahkan untuk berbakti kepada kedua orangtuanya serta dilarang untuk mempersekutukan Tuhan. Dan Allah telah memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orangtuanya, karena banyak anak yang berbuat durhaka kepada orangtuanya, hal ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik pengetahuan agamanya kurang atau dapat juga pengaruh lingkungan, sehingga dapat membentuk watak atau karakter yang kurang baik. Watak atau tabiat manusia sebenarnya dapat dirubah melalui pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non-formal seperti pendidikan di kelurga, akan sangat mempengaruhi bentuk, pola, karakter dari manusia itu sendiri. Biasanya terjadi pengaruh yang signifikan di mana pendidikan semakin tinggi akan semakin baik terhadap pembentukan karakter manusia. Karakter dalam kontek bahasa Indonesia berarti tabiat atau kebiasaan, sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari pada yang lain. Dengan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa membangun karakter character building adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga berbentuk unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain. Demikian karakter dapat membedakan satu orang dengan yang lainnya. Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Secara filosofis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah kebutuhan asasi dalam proses berbangsa karena hanya bangsa yang memiliki karakter dan jati diri yang kuat yang akan eksis. Secara ideologis, pembangunan karakter merupakan upaya mengejawantahkan ideologi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara normatif, pembangunan karakter bangsa merupakan wujud nyata langkah mencapai tujuan negara, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Secara historis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah dinamika inti proses kebangsaan yang terjadi tanpa henti dalam kurun sejarah, baik pada zaman penjajahan maupun pada zaman kemerdekaan. Secara sosiokultural, pembangunan karakter bangsa merupakan suatu keharusan dari suatu bangsa yang multikultural. Membagun karakter tidak mudah dilaksanakan secara instan, perlu proses pembelajaran dan pembiasaan untuk membentuk watak yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa sehingga menjadikan peserta didik sebagai manusia seutuhnya yang mandiri. Usaha membangun karakter tidak hanya butuh waktu yang panjang tapi juga memerlukan pendekatan komprehensif yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, mulai sejak kecil di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan berbasis karakter mulai disinggung dan bahkan dibicarakan oleh para pakar pendidikan, psikolog dan birokrat pemerintahan, melihat berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat yang dapat disaksikan melalui tayangan berbagai media di antaranya adalah banyaknya tawuran pelajar dimana-mana, banyaknya pelajar yang melakukan free sexsek bebas, hamil di luar nikah, ayah kandung memperkosa anaknya, anak kandung memperkosa ibunya, terjadinya pelecehan seksual terhadap anak-anak di bawah umur, adanya sodomi anak-anak di bawah umur, korupsi merajalela dari Pemerintahan Pusat sampai Pemerintahan Daerah, Ahmad Sudrajat, 2013. Menurut laporan Kompas, bahwa kasus yang masih teringat adalah kasus pemerkosaan dengan modus baru melalui media sosial, di mana remaja putri ditipu oleh kenalannya di media sosial seperti yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya sangat mengkhawatirkan. Kejahatan yang terindikasi muncul pada 2010 ini jumlahnya bertambah setiap tahun. Menurut data penanganan kasus di Komisi Nasional Perlindungan Anak Komnas PA menunjukkan, pemerkosaan pada remaja putri oleh kenalannya di media sosial mulai muncul tahun 2011 sebanyak 36 kasus. Tahun 2012, sebanyak 29 kasus dan pada Januari-Maret 2013 ini jumlahnya naik lagi menjadi 37 kasus. Kasus yang diungkapkan di atas tersebut membuktikan nilai-nilai akhlak, moral, sudah hancur, terjadi degradasi moral anak sudah tidak lagi hormat kepada orangtua, anak durhaka terhadap orangtua, ibu-ibu banyak durhaka kepada suaminya dan sebaliknya suami tidak segan-segan menyakiti atau menganiaya istrinya bahkan sampai tega membunuh istrinya sendiri. Angka kriminalitas juga semakin tinggi di negeri ini hal ini juga disebabkan degradasi nilai-nilai moral, orang menjadi kejam, kasar, rakus, menurunnya rasa belas kasihan terhadap sesama. Kasus-kasus di atas ditengarai, bahwa selama ini pendidikan di Indonesia hanya berbasiskan pada hasil belajar yang bersifat kognitif, artinya seberapa besar kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran yang disampaikan oleh gurunya, sementara itu karakter atau budi pekerti dan akhlak diabaikan dalam proses pembelajaran. Kondisi yang memprihatinkan di atas, tentu saja menggelisahkan semua komponen bangsa, termasuk Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada peringatan Dharma Shanti Hari Nyepi 2010, Presiden menyatakan, Pembangunan karakter character building amat penting dalam membangun manusia Indonesia yang berakhlak, berbudi pekerti, dan mulia. Bangsa Indonesia ingin pula memiliki peradaban yang unggul dan mulia, yang dapat dicapai apabila masyarakatnya juga merupakan masyarakat yang baik good society, dan masyarakat idaman yang dapat diwujudkan manakala manusia-manusia Indonesia merupakan manusia yang berakhlak baik, manusia yang bermoral, dan beretika baik, serta manusia yang bertutur dan berperilaku baik pula. Karakter seseorang terbentuk sejak dini, dalam hal ini peran keluarga tentu sangat berpengaruh. Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat. Bagi setiap orang dalam keluarga suami, istri, dan anak-anak mempunyai proses sosialisasi untuk dapat memahami, menghayati budaya yang berlaku dalam masyarakatnya. Pendidikan dalam keluarga sangat penting dan merupakan pilar pokok pembangunan karakter seorang anak. Pendidikan dasar wajib dimiliki tidak hanya oleh masyarakat kota, tetapi juga masyarakat pedesaan. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih dihormati karena dianggap berada di strata sosial yang tinggi. Kualitas seseorang dilihat dari bagaimana dia dapat menempatkan dirinya dalam berbagai situasi. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang bersangkutan. Artinya, pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial,budaya masyarakat, dan budaya bangsa. Ajaran Islam mencakup seluruh aspek kehidupan, salah satunya slam mengajarkan bagaimana umatnya harus memiliki sikap dan karakter yang positif. Dalam hal ini yang berkenaan dengan ajaran agama tentang character building pembangunan karakter yang dimaksud kaitan ibadat dan akhlak. Akhlak merupakan tonggak kebangkitan umat, bangsa dan negara, Orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, akan tetap tenang dalam kebenarannya baik dalam keadaan suka maupun duka. Sekalipun ia mengalami kegagalan dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya, ia tidak akan mengadakan reaksi yang agresif dan membabi buta dengan semboyan “tujuan menghalalkan segala car a“, sabar menanti dan rela menerima cobaan hidup dari Allah SWT dan bertawakkal kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali Imron:17   Artinya:     17. “yaitu orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, dan yang memohon ampun di waktu sahu r”. Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakat. Komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Komunikasi juga merupakan prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan tampak hampa bila tidak ada komunikasi. Jadi pada dasarnya manusia telah melakukan tindakan komunikasi sejak ia lahir ke dunia. Seorang bayi dapat menangis atau merengek kepada ibunya ketika ia merasa haus atau lapar. Secara tidak langsung ia telah menyampaikan pesan melalui tangisan atau rengekannya tersebut. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat untuk mengasuh, mendidik, membina dan membimbing anak- anak ke arah yang lebih baik, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Steakholder sekolah adalah orangtua siswa, di mana orangtua dalam hal ini telah menyerahkan dan mempercayakan anaknya ke sekolah dengan harapan, sekolah akan memberikan pendidikan yang baik atau “terbaik”. Sebaliknya sekolah berharap agar orangtua memberikan dukungan terhadap usaha sekolah dalam memberikan yang terbaik bagi anak-anak tersebut. Demikian pula masyarakat dengan berbagai ragam dan tingkatannya memiliki harapan-harapan serupa sebagaimana harapan sekolah pemerintah dan orangtua. Masyarakat mengharapkan agar sekolah menyediakan dan memberikan pelayanan pendidikan yang baik atau “terbaik” bagi kepentingan anak-anaknya. Persoalan yang muncul adalah komunikasi orangtua dengan anaknya banyak mengalami hambatan, baik dari pihak orangtua maupun dari anaknya sendiri. Orangtua yang seharusnya memberikan semangat, motivasi dan nasehat terkadang tidak dapat diterima oleh anaknya, anak merasa orangtua menasehati seperti halnya menasehati anak kecil yang masih duduk di Sekolah Dasar, sementara anak merasa sudah dewasa. Sementara itu ketika anaknya mengeluh dan mengutarakan isi hatinya melalui komunkasi, terkadang orangtua sudah memberikan kesimpulan bahkan memvonis anaknya itu bersalah dan tidak paham, kejadian seperti inilah yang menyebabkan antara orangtua dan anaknya jarang melakukan komunikasi, bahkan dapat dikatakan sebagai hambatan komunkiassi orangtua dengan anaknya. Faktor lain yang dapat mempengaruhi pembentukan karakter siswa adalah motivasi belajar, karena pada dasarnya karakter dapat terbentuk melalaui pendidikan dan lingkungan keluarga. Apabila guru di sekolah tidak memberikan motivasi yang kuat terhadap anak didiknya, maka pembentukan karakter siswa tidak maksimal. Motivasi adalah dorongan yang muncul ketika seseorang memiliki keinginan atau kebutuhan yang dicita-citakannya, jika dikaitkan dengan motivasi belajar adalah siswa akan berusaha untuk belajar dengan sungguh- sungguh, apabila siswa tersebut memiliki keinginan yang kuat untuk berhasil, misalnya keinginannya untuk menjadi dokter, siswa akan serius untuk belajar agar cita-cita menjadi dokter tercapai. Sardiman 2011:75 menyatakan bahwa motivasi belajar merupakan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan. Dengan kata lain bahwa seseorang yang memiliki motivasi akan mempunyai gairah atau semangat selama melakukan aktifitas dalam belajar. Motivasi sangat penting untuk dimiliki oleh seorang siswa. Siswa yang bermotivasi tinggi akan memiliki energi yang banyak untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar pada hakikatnya adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, dan motivasi belajar mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seorang siswa dalam mewujudkan cita-citanya. Motivasi belajar tidak dapat lepas dari masalah-masalah psikologi dan fisiologi, karena keduanya ada saling keterkaitan. Menurut Hamalik 2003:163-166 guru dalam memberikan dan membangkitkan motivasi siswa, perlu memahami prinsip-prinsip motivasi belajar adalah sebagai berikut: 1 Pujian lebih efektif dari pada hukuman, 2 Motivasi intrinsik lebih efektif daripada ekstrinsik, 3 Motivasi mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain, 4 Pemahaman yang jelas terhadap tujuan belajar akan merangsang motivasi, 5 Tekanan kelompok sebaya lebih efektif dalam motivasi dari pada tekanan dari orang dewasa, dan 6 Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas. Tinggi rendahnya motivasi juga dapat dipengaruhi oleh peran orangtua sebagai sifat ekstrinsik dari motivasi itu sendiri. Dalam hal ini orangtua memegang peranan penting untuk membimbing anak menjadi manusia yang berkualitas, sebagai orangtua yang bertanggung jawab atas masa depan dan perkembangan anak-anaknya sudah sewajarnya mengetahui hal-hal apa yang dapat meningkatkan motivasi anak-anaknya guna mencapai hasil belajar yang memuaskan. Hubungan yang baik dan komunikasi timbal-balik antara orangtua dan anak akan membantu mempermudah orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak. Selain itu orangtua lebih mempunyai banyak waktu berkumpul dengan anaknya daripada dengan guru atau teman sebayanya yang hanya bertemu di sekolah, sehingga orangtua mempunyai banyak waktu untuk memonitor dan memberikan pengaruh tingkah laku maupun perkataan terutama yang positif kepada anak-anaknya, sebab pengaruh yang datang dari orangtua akan selalu diperhatikan oleh anak-anaknya. Peran orangtua dan tingkah laku orangtua adalah motivator bagi anak dalam belajar, bila ingin anak berhasil dalam prestasinya orangtua harus terlebih dahulu menunjukkan perbuatan yang dapat membangkitkan motivasinya. Kelalaian orangtua dalam memonitor kegiatan belajar anak dapat menimbulkan dampak lebih buruk lagi. Dalam hal ini bukan saja anak tidak mau belajar melainkan juga ia cenderung menyimpang, seperti anti sosial. Hubungan acuh tak acuh tanpa kasih sayang akan menimbulkan frustasi penyesalan yang mendalam dalam hati anak. Menurut Imam Ghazali 2011:28 Orangtua adalah kerabat paling dekat dan, karena itu, kewajiban orangtua adalah kewajiban paling besar. Orangtua yang sangat keras terhadap anaknya menimbulkan tekanan- tekanan batin pula pada anak. Hubungan yang baik antara orangtua-anak adalah hubungan yang penuh pengertian yang disertai bimbingan dan bila perlu hukuman yang mendidik. Semuanya ini dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. Ada beberapa aspek penting peranan orangtua dalam membantu meningkatkan motivasi belajar anak yaitu menciptakan suasana rumah tangga yang rukun dan damai, komunikasi timbal-balik, penghargaan, pujian, dan perasaan gembira . Berdasarkan hasil survei di lapangan kasus yang terjadi di beberapa Sekolah Menengah Atas SMA Swasta di Kelurahan Bekasi Jaya Kota Bekasi yaitu: 1. Siswa kurang hormat dengan guru yang tidak mengajar pada kelasnya, sudah ditangani guru BK dan wali kelas. 2. Anak tidak sepaham dengan orangtua dalam hal pemilihan sekolah yang mengakibatkan anak tersebut berontak dan berbuat kekacauan di sekolah, sudah ditangani guru BK dengan memanggil orangtua, dengan membuat Surat Pernyataan. 3. Siswa banyak yang terlambat di hari Senin dengan alasan kurang menyukai Upacara Senin, sudah ditangani guru BK dan wali kelas, dengan membuat Surat Pernyataan. Sumber: Hasil wawancara dengan guru BK di SMA Bani Saleh dan SMA Muhammadiyah 09, Kota Bekasi Kasus-kasus di atas dan beberapa permasalahan atau kasus siswa yang telah ditangani oleh sekolah, khususnya oleh wali kelas dan guru BK. Dengan demikian kasus tersebut dapat diselesaikan dan tidak diulang kembali. Namun yang dapat digambarkan dari kasus di atas bahwa telah terjadi pelanggaran pada sistem sosial, yang berujung pada permasalah karakter siswa. Di mana karakter atau tabiat atau akhlak siswa harus menjadi karakter yang baik yang terbentuk baik di rumah ataupun sekolah. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka penulis memiliki ketertarikan untuk meneliti lebih jauh tentang: “Pengaruh Komunikasi Orangtua dan Motivasi Belajar terhadap Karakter Siswa Sekolah Menengah Atas SMA Swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi. ”

B. Permasalahan Penelitian 1. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Tinjauan hukum islam terhadap perjudian : kajian perbandingan qanun Maisir di Aceh dan perda perjudian di Kota Bekasi

1 29 109

Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi.

1 10 196

Pengaruh Sarapan Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Di Kelas Viii Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Bekasi

32 157 64

Pengaruh Perhatian Orangtua dan Lingkungan Sekolah terhadap Penyimpangan Perilaku Remaja di Sekolah Menengah Atas Swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi

0 3 179

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL, KOMITMEN ORGANISASI, DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SWASTA DI KOTA METRO

0 20 19

Eksternalitas Negatif Akibat Kebisingan Kereta Api Terhadap Masyarakat di Kelurahan Bekasi Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi

1 7 92

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA Pengaruh Lingkungan Sekolah Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Menengah Atas Negeri

0 2 18

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN SIKAP TERHADAP MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR :Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi Jawa Barat.

0 1 38

Kemampuan komunikasi antar pribadi dan motivasi mengajar terhadap kinerja guru sekolah menengah atas Jakarta Timur

0 0 7

PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN DI YOKOBENTO CABANG KOTA BEKASI

0 0 15