Sejarah Perkembangan Asuransi Syariah

16 kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu. Dalam asuransi syariah masih terbatas dan belum diatur secara khusus dalam undang- undang. Secara lebih tekhnis operasional perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi berdasarkan prinsip syariah mengacu pada SK Dirjen Lembaga Keuangan No.4499LK2000 tentang jenis, penilaian dan pembatasan investasi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan sistem syariah dan beberapa keputusan menteri keuangan KMK yaitu KMK No.422KMK.062003 tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dan KMK No.426KMK.062003 tentang perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi.

2.5 Sejarah Perkembangan Asuransi Syariah

Dalam bahasa arab asuransi disebut at-ta’min, penanggung disebut mu’ammin, sedangkan tertanggung disebut musta’min. At-ta’min memiliki arti memberikan perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut. Dalam islam praktek asuransi sudah dimulai sejak zaman Nabi Yusuf As, yaitu pada saat ia menafsirkan mimpi dari Raja Firaun. Tafsir yang ia sampaikan adalah bahwa Mesir akan mengalami tujuh masa panen dan tujuh masa paceklik, untuk menghadapi masa paceklik itu nabi Yusuf As menyarankan agar menyisihkan sebagian dari hasil panen pada masa tujuh tahun pertama agar masa paceklik bisa ditangani dengan baik. Sebenarnya konsep asuransi syariah bukan hal yang baru, karena sudah ada sejak zaman Rasulullah yang disebut Aqilah. Bahkan menurut Thomas Patrick dalam bukunya Dictionary of islam, hal ini sudah menjadi kebiasaan suku arab sejak zaman dulu bahwa jika ada salah satu anggota suku yang terbunuh oleh anggota dari suku lain, pewaris korban akan dibayar sejumlah uang darah diyat sebagai kompensasi oleh saudara terdekat dari 17 pembunuh. Saudara terdekat pembunuh tersebut yang disebut Aqilah, harus membayar uang darah atas nama pembunuh. Tercatat dalam literatur sederetan nama yang menekuni kajian asuransi diantaranya adalah, Ibnu Abidin 1784-1836, Nuhammad Nejatullah al-Siddiqi, Muhammad Muslehuddin, Fazlur Rahman, Mannan, Yusuf al-Qardawi, Mohd. Ma’shum Billah, merupakan deretan nama ulama ternama yang hidup di era abad modern. Disisi lain, kajian tentang asuransi merupakan kajian ekonomi islam yang biasanya selalu dikaji bersama-sama dengan pembahasan perbankan islam. Jadi, asuransi islam atau asuransi syariah merupakan hasil pemikiran ulama kontemporer. Lebih jauh Muhammad Ma’shum Billah mengajukan sebuah konsep yang diberi nama takaful, yaitu sebuah konsep asuransi syariah yang didalamnya dilakukan kerjasama dengan para peserta takaful pemegang polis arusansi atas prinsip al-mudharabah. Konsep takaful pada dasarnya merupakan usaha kerjasama saling melindungi dan menolong antara anggota masyarakat dalam menghadapi malapetaka atau bencana. Perkembangan asuransi syariah di Indonesia tidak terlepas dari pertumbuhan bank-bank syariah, dimana sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.101998 yang mengatur secara tegas mengenai sistem perbankan syariah dunia perbankan di Indonesia diwarnai dengan munculnya bank-bank syariah atau bank-bank dengan unit syariahnya. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan asuransi konvensional yang memiliki keterkaitan bisnis dengan bank dituntut untuk masuk kedalam bisnis syariah khususnya asuransi kerugian, baik dengan mendirikan perusahaan asuransi kerugian secara terpisah atau mendirikan divisi syariah. Asuransi syariah harus mempunyai prinsip yang sesuai dengan Fatwa DSN No. 21DSN-MUIX2001, yaitu: 1. Asuransi Syariah ta’min, takaful atau tadhamun adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orangpihak melalui investasi dalam bentuk aset 18 danatau tabarru’ yang menberikan pola pengembalian untuk mengahadapi risiko tertentu melalui akad perikatan yang sesuai dengan syariah. 2. Akad yang sesuai syariah yang dimaksud pada point 1 adalah yang tidak mengandung gharar penipuan, maysir perjudian, riba, zhulmpenganiayaan, risywahsuap, barang haram dan maksiat. 3. Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial. 4. Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikandan tolong menolong, bukan semata untuk tujuan komersial. 5. Premi adalah kewajiban peserta asuransi untuk memberikan sejumlah dana kepada perusahaan asuransi sesuai kesepakatan dalam akad. 6. Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Asuransi syariah mengalami perkembangan yang pesat khususnya sejak tahun 2010- 2011 yang ditandai dengan banyaknya pemilik modal yang berani melakukan investasi.Selain itu perusahaan asuransi pun banyak yang menambahkan produk asuransi syariah kedalam tawaran produk mereka. Pendapatan asuransi syariah sendiri mencapai nilai Rp.4,97 trillin pada pada tahun 2011. Pada tahun 2012 di prediksi bahwa perkembangan asuransi syariah akan memberikan kontribusi hingga 30. Belum lagi disebabkan oleh tingginya minat dan optimism masyarakat kepada perusahaan asuransi syariah, sebagai buktinya diindonesia telah terdapat 20 asuransi syariah yang terbagi atas 17 asuransi jiwa syariah, 20 asuransi umum syariah dan 3 reasuransi syariah. Bila dibandingkan dengan Negara lain di Eropa, Timur Tengah, dan Malaysia, pertumbuhan asuransi syariah masih lambat, tetapi tidak menutup kemungkinan perkembangan asuransi syariah di Indonesia akan semakin berkembang apalagi jika didukung oleh pemerintah. 19

2.6 Penggolongan Jenis Usaha Asuransi