9 Lebih lanjut Trianto 2009 menyatakan bahwa hasil yang diperoleh setelah
pelaksanaan proses pembelajaran dapat diketahui dengan memberikan tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pem-
belajaran. Dalam penelitian ini pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri kepada siswa dalam kegiatan
pembelajaran yang akan memberikan pengalaman baru dan pengetahuan baru bagi siswa. Sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi yang sedang
dipelajari sehingga memperoleh hasil yang baik.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
cooperative sama-
sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu tim. Jadi, Cooperative learning menurut Salvin Isjoni, 2010 merupakan model pembelajaran, di mana
guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pembelajaran oleh teman sebaya peer teaching.
Dalam melakukan proses pembelajaran guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan
siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka. Menurut Johnson Johnson dalam Isjoni, 2010 cooperative learning adalah
mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam satu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan saling
berbagi informasi serta mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
10
Isjoni 2010 ciri-ciri dari cooperative learning adalah; a setiap anggota
memiliki peran, b terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa, c setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman
sekelompoknya, d guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan e guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat
diperlukan. Nasution dalam Isjoni, 2010 menyatakan belajar kelompok itu
efektif bila setiap individu merasa bertanggung jawab terhadap kelompok, siswa turut berpartisipasi dan bekerja sama dengan siswa lain secara efektif, me-
nimbulkan perubahan yang konstruktif pada perilaku seseorang dan setiap anggota aman dan puas di dalam kelas.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama antarsiswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pem-
belajaran. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan
dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pem-
belajaran berpusat pada siswa. Ada berbagai tipe pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah think pair share
TPS. Think pair share dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland pada tahun 1981. Model ini memberi waktu kepada para
siswa untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
Trianto 2009 mengungkapkan bahwa: TPS untuk membandingkan tanya jawab kelompok
keseluruhan. Guru menggunakan langkah-langkah fase berikut:
11 a. Langkah 1 : Berpikir Thinking
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk
berpikir sendiri jawaban atau masalah. b. Langkah 2 : Berpasangan Pairing
Selanjutnya Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh.
c. Langkah 3 : Berbagi Sharing Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan
keseluruhan kel Ciri utama pada model pembelajaran kooperatif TPS Fogarty dan Robin, 1996
adalah tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran yaitu think berpikir secara individual, pair berpasangan dengan teman sebangku, dan
share berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas. 1. Think berpikir secara individual
Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir secara mandiri
mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat me-
mantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir
pembelajaran. Dalam menentukan batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan
yang diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali pertemuan.
12
think time memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban
mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol,
karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri. 2.
Pair berpasangan dengan teman sebangku Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan dan men-
diskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama.
Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Setiap pasangan siswa saling
berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat menjadi lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi
dan pemecahan masalah yang lain. 3.
Share berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk
berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari
pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.
Langkah ini merupakan penyempurnaan dari langkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok menjadi lebih memahami
mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-benar mengerti ketika
guru memberikan koreksi maupun penguatan di akhir pembelajaran.
13 Kagan dalam Widiarti, 2007 menyatakan manfaat TPS sebagai berikut:
1. Para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain, ketika mereka terlibat
dalam kegiatan TPS lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin
mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik.
2. Para guru juga mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan TPS. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban
siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaan tingkat tinggi.
Fogarty dan Robin 1996 menyatakan bahwa teknik pembelajaran TPS mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut:
1. Mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar, 2. Memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi pelajaran,
3. Memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat sebelum berbagi dengan kelompok kecil atau kelas secara keseluruhan.
Dengan teknik pembelajaran TPS yang disebutkan Fogarty dan Robin siswa dilatih untuk banyak berfikir dan saling tukar pendapat baik dengan teman
sebangku ataupun dengan teman sekelas, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa karena siswa dituntut untuk mengikuti proses
pembelajaran agar dapat menjawab setiap pertanyaan dan berdiskusi. Dari uraian tersebut, model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah
pembelajaran yang terdiri dari tiga tahap kegiatan pembelajaran yaitu berpikir think, berpasangan pair, dan berbagi share. Pembelajaran TPS ini meng-
14 utamakan adanya kerja sama antar siswa yang berpasangan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
4. Pembelajaran Konvensional