Definisi Aksesibilitas Laporan Keuangan Definisi Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Daerah

Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan tersebut disampaikan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah PPKD sebagai dasar penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.

B. Definisi Neraca SKPD

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah PSAP No. 1, alinea 43, PP No. 24 tahun 2004 dinyatakan bahwa neraca mencantumkan sekurang- kurangnya pos-pos berikut: kas dan setara kas; investasi jangka pendek; piutang pajak dan bukan pajak; investasi jangka panjang; aset tetap; kewajiban jangka pendek; kewajiban jangka panjang; dan ekuitas dana. Penyajian laporan keuangan berupa neraca adalah penting, sebab pemerintah khususnya SKPD umumnya mempunyai jumlah aset yang signifikan dan utang, pengungkapan atas informasi ini merupakan suatu elemen dasar dari transparansi fiskal dan akuntabilitas.

C. Definisi Aksesibilitas Laporan Keuangan

SKPD pada setiap pemerintah daerah harus meningkatkan aksesibilitas laporan keuangannya, tidak sekedar menyampaikannya ke DPRD saja, tetapi juga memfasilitasi masyarakat luas agar dapat mengetahui atau memperoleh laporan keuangan dengan mudah. Dikeluarkannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 telah melahirkan paradigma baru dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Dalam pengelolaan keuangan daerah, paradigma baru tersebut berupa tuntutan dilakukannya pengelolaan keuangan daerah yang berorientasi pada kepentingan publik. Untuk itu, pemerintah daerah maupun SKPD yang mereka miliki dituntut untuk dapat membuat laporan keuangan dan menyampaikan informasi keuangan tersebut secara transparan kepada publik. Selain itu laporan keuangan tersebut hendaknya mudah diperoleh masyarakat dengan biaya yang murah.

D. Definisi Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Daerah

Transparansi, akuntabilitas dan keadilan merupakan atribut yang terpisah. Akan tetapi, dua istilah yang pertama adalah tidak independen, sebab pelaksanaan akuntabilitas memerlukan transparansi Shende dan Bennet dalam Mulyana, 2006. Transparansi merupakan suatu kebebasan untuk mengakses aktifitas politik dan ekonomi pemerintah dan keputusan-keputusannya. Transparansi memungkinkan semua stakeholder dalam melihat struktur dan fungsi pemerintahan, tujuan dari kebijakan dan proyeksi fiskalnya serta laporan pertanggungjawaban periode lalu. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat, artinya informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan Mardiasmo, 2002. Salah satu akuntabilitas yang ada di pemerintahan adalah akuntabilitas keuangan yang ada di pemerintahan daerah. Menurut Mardiasmo 2002:20, akuntabilitas keuangan daerah adalah kewajiban pemerintah daerah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang terkait dengan penerimaan dan penggunaan uang publik kepada pihak yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut yakni DPR dan masyarakat luas. Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Akuntabilitas Publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah agent untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah principal yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas publik terdiri dari : 1 akuntabiitas vertikal, dan 2 akuntabilitas horizontal. Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja dinas kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat. Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Akuntabilitas merupakan konsep yang kompleks yang lebih sulit mewujudkannya daripada memberantas korupsi Turner and Hulme, 1997. Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan utama dari reformasi sektor publik. Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekankan kepada pertanggungjawaban horizontal bukan hanya pertanggungjawaban vertikal. Tuntutan yang kemudian muncul adalah perlunya dibuat laporan keuangan eksternal yang dapat menggambarkan kinerja lembaga sektor publik. Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri atas beberapa dimensi. Ellwood 1993 menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, yaitu: a. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum accountability for probity and legality, b. Akuntabilitas proses process accountability c. Akuntabilitas program program accountability d. Akuntabilitas kebijakan policy accountability Akuntabilitas kejujuran accountability for probity terkait dengan penghundaran penyalahgunaan jabatan abuse of power oleh pejabat dalam penggunaan dan pemanfaatan kekayaan daerah, sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan kekayaan publik. Akuntabilitas hukum juga dapat diartikan bahwa kekayaan daerah harus memilik status hokum yang jelas, agar pihak tertentu tidak dapat menyalahgunakan atau mengklaim kekayaan daerah tersebut. Akuntabilitas proses terkait dengan dipatuhinya prosedur yang digunakan dalam melaksanakan pengelolaan kekayaan daerah, termasuk didalamnya dilakukannya compulsory competitive tendering contract CCTC dan penghapusan mark-up. Untuk itu perlu kecukupan sistem informasi akuntansi, system informasi manajemen, dan prosedur administrasi. Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal. Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah daerah terhadap DPRD dan masyarakat luas atas kebijakan-kebijakan penggunaan dan pemanfaatankekayaan daerah.

E. Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah dan SKPD

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kota Medan

12 138 95

Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Samosir

22 160 109

Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Skpd Dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD Terhadap Transparansi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD

14 72 105

Pengaruh Penyajian dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

0 8 1

Pengaruh Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP, Pelatihan, Akuntabilitas, Transparansi Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Padangsidimpuan

1 18 105

Pengaruh Penyajian dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah.

0 1 2

Pengaruh Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP, Pelatihan, Akuntabilitas, Transparansi Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Padangsidimpuan

0 0 13

Pengaruh Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP, Pelatihan, Akuntabilitas, Transparansi Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Padangsidimpuan

0 0 2

Pengaruh Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP, Pelatihan, Akuntabilitas, Transparansi Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Padangsidimpuan

0 2 8

PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN, AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN DAN PENYAJIAN NERACA TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH ( Studi Empiris Pada Pemerintah Kabupaten Kudus )

0 0 12