Pertimbangan Hukum Hakim Terhadap Gugatan Konsumen Akibat

untuk melakukan telekomunikasi kepada masyarakat yang lain. Tapi pada kenyataannya, konsumen sering dirugikan oleh pihak provider selular yaitu terjadi berbagai gangguankasus yang timbul atas penggunaan kartu tersebut. Kasus ini sangat merugikan pihak konsumen sebagai pemakai dari simcard tersebut. Dari kasus ini korban mempunyai hak dan kewajibannya sebagai konsumen yang dapat diperjuangkan seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Pasal 4 dan Pasal 5. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 ini juga mengatur tentang hak dan kewajiban produsen Pasal 6 dan Pasal 7, mengatur juga tentang perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha Pasal 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17 serta mengatur tentang tanggung jawab pelaku usaha Pasal 19. Dengan adanya undang-undang ini seharusnya dapat digunakan sebagai sarana hukum untuk menangani kasus tersebut.

G. Pertimbangan Hukum Hakim Terhadap Gugatan Konsumen Akibat

Itikad Buruk Layanan Jasa Telekomunikasi Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung RI No. 2995 KPdt2012. Para pihak dalam kasus ini Farouk Muhammad sebagai Pemohon Kasasi dahulu PenggugatPembanding melawan PT. Telekomunikasi Selular Telkomsel sebagai Termohon Kasasi dahulu TergugatTerbanding. Pemohon Kasasi dahulu sebagai Penggugat telah menggugat sekarang Termohon Kasasi dahulu sebagai Tergugat di muka persidangan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada pokoknya atas dalil-dalil Penggugat adalah pelanggan Kartu Halo Pasca Bayar dengan Nomor 0811969697 disebut Kartu Halo terhitung sejak kurang lebih sepuluh tahun yang lalu dan Tergugat adalah pengelola operator selular terbesar di Indonesia yang mengeluarkan produk Kartu Halo. Sejak Penggugat menggunakan Kartu Halo tersebut, Penggugat tidak pernah mempunyai masalah yang berarti mengenai pembayaran dan selalu membayar tagihan tepat waktu, artinya bahwa Penggugat adalah pelanggan yang bertanggungjawab akan kewajiban-kewajibannya terhadap Tergugat. Kemudian Penggugat dikejutkan dengan tagihan bulan September 2009 sebesar Rp 7.750.764,00 tujuh juta tujuh ratus lima puluh ribu tujuh ratus enam puluh empat rupiah, sedangkan biasanya hanya sebesar Rp 1. 500.000,00 satu juta lima ratus ribu rupiah, pembengkakan biaya tersebut ternyata kemudian diketahui oleh Penggugat dikarenakan biaya roaming internasional di luar negeri, yaitu selama seminggu ketika Penggugat menjalankan ibadah umrah di Mekkah. Terhadap tagihan tersebut, Penggugat telah menugaskan 2 dua orang staf dari kantor Penggugat yaitu Hendri dan Katim untuk menyampaikan keberatan Penggugat dan meminta keringanan pembayaran kepada Tergugat di Kantor Grapari Telkomsel, Jalan Gatot Subroto. Dalam hal ini, Penggugat tidak memperoleh informasi atau tidak mendapatkan informasi yang cukup tentang besarnya biaya roaming internasional di luar negeri, tetapi Tergugat melalui petugasnya hanya menyatakan bahwa pencarian informasi dimaksud menjadi kewajiban pelanggan dalam hal ini menjadi kewajiban Penggugat. Tanggal 21 Oktober 2009 Penggugat dengan penuh kesadaran dan itikad baik bersedia untuk membayar tagihan tersebut di atas, yaitu berupa pembayaran penuh sebesar Rp 7.750.764,00 tujuh juta tujuh ratus lima puluh ribu tujuh ratus enam puluh empat rupiah, akan tetapi berdasarkan aturan pada costumer service pihak Tergugat, kemudian disepakati antara Penggugat dan Tergugat, pembayaran tagihan Penggugat dimaksud dapat dilakukan dengan cicilan maksimal sebanyak 3 tiga kali pembayaran, dalam waktu 3 tiga bulan. Atas hal tersebut di atas, maka pada tanggal 21 Oktober 2009, Penggugat dengan kesadaran dan itikad baik melakukan pembayaran cicilan pertama sebesar Rp. 5.000.000,00 lima juta rupiah, maka untuk itu sisa tagihan dari pembayaran Penggugat tinggal sebesar Rp 2.750.764,00 dua juta tujuh ratus lima puluh ribu tujuh ratus enam puluh empat rupiah. Berdasarkan kesadaran dan itikad baik dari Penggugat untuk memenuhi kesepakatan antara Penggugat dan Tergugat dalam hal cicilan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, pembayaran oleh Penggugat ditindaklanjuti kembali pada tanggal 20 November 2009 sebagai pembayaran cicilan kedua, sebesar Rp 1.500.000,00 satu juta lima ratus ribu rupiah, dan sisa pembayaran Penggugat sebesar Rp 1.250.764,00 satu juta dua ratus lima puluh ribu tujuh ratus enam puluh empat rupiah. Setelah pembayaran cicilan kedua tersebut, Tergugat baru memberikan formulir layanan pelanggan atas nama Penggugat yang diterima pada tanggal 20 November 2009 saat pembayaran cicilan kedua sebagaimana di atas, yang intinya secara tertulis baik Penggugat maupun Tergugat menyatakan bahwa Penggugat diberikan waktu untuk mencicil kewajibannya tersebut dalam waktu 3 tiga kali cicilan pembayaran selama 3 bulan tagihan terhitung sejak pembayaran pertama tanggal 21 Oktober 2009. Dari formulir layanan pelanggan dimaksud maka dapat diketahui bahwa batas terakhir cicilan yang harus dibayarkan Penggugat kepada Tergugat adalah selambat-lambatnya pada tanggal 21 Desember 2009 3 bulan terhitung sejak 21 Oktober 2009. Ternyata formulir layanan pelanggan tertanggal 20 November 2009 yang menjadi Perjanjian dalam hal cicilan pembayaran antara Penggugat dan Tergugat tersebut disimpangi oleh Tergugat, karena pada tanggal 14 Desember 2009 sebelum jatuh tempo pembayaran cicilan ketiga, Kartu Halo milik Penggugat diblokir tanpa ada penjelasan dan pemberitahuan terlebih dahulu dari pihak Tergugat, padahal menurut ketentuan Tergugat, bahwa batas akhir pembayaran untuk Kartu Halo Penggugat jatuh tempo pada setiap tanggal 20 bulan berjalan, bahkan jika sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam formulir layanan pelanggan di atas, batas waktu cicilan pembayaran selama 3 bulan tagihan terhitung sejak pembayaran pertama tanggal 21 Oktober 2009, maka Penggugat masih mempunyai waktu sampai dengan tanggal 21 Desember 2009. Perbuatan Tergugat sebagai pelaku usaha dalam melakukan kegiatan usaha mereka telah beritikad tidak baik dalam melakukan kegiatan usahanya, tidak memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur, atau informasi yang cukup khususnya tentang biaya roaming internasional. Selanjutnya jelas Tergugat tidak beritikad baik, tidak konsekuen dan konsisten untuk mematuhi janjinya kepada Penggugat sebagaimana yang dimaksud di atas, sehingga atas hal tersebut tindakan Tergugat sangat nyata-nyata telah merugikan Penggugat. Berdasarkan kejadian tersebut, pada tanggal 16 Desember 2009, Penggugat telah mengirimkan faksimile kepada Tergugat, atas saran petugas costumer service dari Tergugat melalui layanan 116 milik Tergugat, untuk membuka blokir tersebut sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh petugas costumer service yang tertuang dalam formulir layanan pelanggan tertanggal 20 November 2009. Permintaan Penggugat agar Tergugat membuka blokir Kartu Halo milik Penggugat tersebut tidak ditanggapi sesuai dengan komitmen antara Tergugat dan Penggugat, terlebih-lebih Tergugat memaksa Penggugat untuk membayar sisa cicilan terakhir terlebih dahulu kalau blokir Kartu Halo milik Penggugat hendak dibuka. Perbuatan Tergugat dapat dikualifikasi telah melakukan perbuatan yang melanggar hak-hak Penggugat selaku konsumen sebagaimana yang diatur secara tegas dalam Undang-Undang R.I. No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, khususnya Pasal 4 huruf a, c, d, dan g karena Penggugat: b. Kehilangan hak atas kenyamanan, keamanan dalam mengkonsumsi jasa yang diperdagangkan oleh para Tergugat c. Tidak mendapat hak informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi jasa yang telah diperjanjikan oleh Tergugat kepada Penggugat. d. Kehilangan hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas jasa yang digunakan. e. Kehilangan hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur. Berdasarkan gugatan dari Penggugat, maka Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah menjatuhkan putusan, yaitu putusan No. 557Pdt.G2010PN.Jkt.Sel tanggal 17 Maret 2011 yang amarnya sebagai berikut : Dalam Eksepsi : Menolak eksepsi Tergugat seluruhnya. Dalam Pokok Perkara : 1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya. 2. Menghukum Penggugat untuk membayarkan biaya perkara sebesar Rp 221.000,00 dua ratus dua puluh satu ribu rupiah. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam tingkat banding atas permohonan Penggugat telah dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Jakatra dengan putusan No. 18PDT2012PT.DKI tanggal 29 Maret 2012. Kemudian dalam tingkat kasasi, Mahkamah Agung mengadili: 1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : Prof. DR. Farouk Muhammad tersebut 2. Menghukum Pemohon KasasiPenggugat untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp 500.000,00 lima ratus ribu rupiah. Pertimbangan majelis hakim sehingga menolak permohonan kasasi dari penggugat adalah perbuatan yang dilakukan oleh Tergugaat disebabkan formulir layanan pelanggan tertanggal 20 November 2009 yang ditandatangani oleh Petugas Tergugat dan Penggugat adalah suatu bentuk Pemberitahuan tertulis yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Bukti P – 1 : Perjanjian Baku tentang Layanan Jasa Telekomunikasi Selular GSM Telkomsel, sehingga suatu bentuk perjanjian yang telah memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Pemohon KasasiPenggugat dapat mendasarkan dalilnya wanprestasi yang dilakukan Termohon KasasiTergugat yang tidak dipertimbangkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klas 1A Khusus Jakarta Selatan, yaitu Termohon KasasiTergugat dan Pemohon KasasiPenggugat telah sepakat bahwa tagihan kartu Halo Pemohon KasasiPenggugat bulan September 2009 sebesar Rp 7.750.764,00 tujuh juta tujuh ratus lima puluh ribu tujuh ratus enam puluh empat rupiah, dilakukan secara dicicil sebanyak 3 tiga kali pembayaran dan dalam waktu 3 tiga bulan. Formulir Layanan Pelanggan tertanggal 20 November 2009 yang ditandatangani oleh Petugas Tergugat dan Penggugat, yang menyebutkan bahwa Pemohon Kasasi Penggugat meminta keringanan Pembayaran sebanyak 3X 3bln yang total tagihannya Rp. 7.750.764,00” yang bersangkutan sudah melakukan Pembayaran Pertama Rp 5.000.000,00 tanggal 20112009 akan melakukan Pembayaran lagi sebesar Rp 1.500.000,00 dan sisanya akan dilakukan bulan berikutnya”. Formulir Layanan Pelanggan tertanggal 20 November 2009 yang ditandatangani oleh Petugas Tergugat dan Penggugat di atas, Pemohon KasasiPenggugat dengan kesadaran, itikad baik dan bertanggung jawab tetap berupaya untuk memenuhi kewajibannya dengan melakukan pembayaran pada tanggal 21 Oktober 2009 sebesar Rp 5.000.000,00 lima juta rupiah, kemudian pada tanggal 20 November 2009 sebagai pembayaran cicilan kedua sebesar Rp. 1.500.000,00 satu juta lima ratus ribu rupiah. Majelis Hakim dalam pertimbangan-pertimbangan hukumnya yang berkenaan dengan pemblokiran kartu halo pemohon kasasipenggugat, telah mengandung kesalahan-kesalahan, kekeliruan dan tidak benar dalam memberikan pertimbangan-pertimbangan yang telah memberi hak kepada termohon kasasitergugat untuk melakukan pemblokiran dan pertimbangan pemblokiran tersebut adalah bukan perbuatan wanprestasi. Kewajiban Penggugat sebagai pelanggan kartu Halo adalah membayar biaya penggunaan layanan dasar, layanan tambahan dan layanan administratif kepada Telkomsel Tergugat pada waktu dan cara sebagaimana dimaksud Pasal 7, yaitu yang akan jatuh tempo pada tanggal sebagaimana disebutkan dalam surat tagihan dan selanjutnya dalam Pasal 8 memberi hak kepada Tergugat untuk melakukan pemblokiran apabila Pelanggan tidak memenuhi kewajiban pembayaran biaya yang terhutang” Pemblokiran merupakan sesuatu yang diperjanjikan dan disepakati oleh kedua belah pihak manakala salah satu pihak lalai dalam melaksanakan kewajibannya, maka perbuatan Penggugat yang telah lalai membayar tagihan pembayaran kartu Halo, telah memberi hak kepada Tergugat untuk melakukan pemblokiran, oleh karena mana perbuatan Tergugat melakukan pemblokiran bukanlah merupakan perbuatan wanprestasi dan tidak ada kaitannya dengan formulir layanan Pelanggan tanggal 20 November 2009. Informasi Biaya Penggunaan Kartu Halo, No. Invoice Number 0080509458 No. Kartu Halo 62811969697 Bulan Tagihan Desember, tanggal jatuh tempo pembayaran adalah pada tanggal 20 Desember 2009 serta Pemblokiran kartu Halo secara sepihak dan melawan hak oleh Termohon KasasiTergugat tersebut, telah memenuhi salah satu unsur pembuktian yang menentukan adanya suatu wanprestasi, sebagaimana telah uraikan pada Keberatan Ketiga Pemohon Kasasi Penggugat di atas. Dengan demikian jelas bahwa Pertimbangan Judex Facti Tingkat Pertama yang telah memberikan hak kepada Termohon Kasasi Tergugat untuk melakukan pemblokiran pada tanggal 14 Desember 2009 dan pemblokiran tersebut bukanlah merupakan suatu wanprestasi.

H. Analisis Putusan

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Perjanjian Keagenen (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2363 K/Pdt/2011)

2 82 81

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Berkaitan Dengan Itikad Buruk Dari Perusahaan Asuransi Jiwa (Studi Kasus pada Putusan Mahkamah Agung No. 560 K/Pdt.Sus/2012)

6 139 135

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG MENGABULKAN PERMOHONAN KASASI PT TELEKOMUNIKASI SELULER ATAS PUTUSAN PAILIT PENGADILAN NIAGA PADA PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 704 K/Pdt.Sus/2012).

0 2 16

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Pengertian Konsumen dan Pelaku Usaha. - Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Telepon Seluler Akibat Itikad Buruk Layanan Jasa Telekomunikasi (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2995 K/Pdt/2012)

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Telepon Seluler Akibat Itikad Buruk Layanan Jasa Telekomunikasi (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2995 K/Pdt/2012)

0 0 12

Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Telepon Seluler Akibat Itikad Buruk Layanan Jasa Telekomunikasi (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2995 K/Pdt/2012)

0 0 8

BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN KONSUMEN DITINJAU DARI UU NO. 8 TAHUN 1999 - Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Berkaitan Dengan Itikad Buruk Dari Perusahaan Asuransi Jiwa (Studi Kasus pada Putusan Mahkamah Agung No. 560 K/Pdt.Sus/2012)

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Berkaitan Dengan Itikad Buruk Dari Perusahaan Asuransi Jiwa (Studi Kasus pada Putusan Mahkamah Agung No. 560 K/Pdt.Sus/2012)

0 0 16

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN BERKAITAN DENGAN ITIKAD BURUK DARI PERUSAHAAN ASURANSI JIWA (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 560 KPDT.SUS2012)

0 2 10