C. Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam
lingkungannya.
27
Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu
kebudayaan yang mereka anggap sama.
28
Selain itu banyak pula para tokoh yang mengemukakan beberapa definisi mengenai masyarakat, diantaranya :
1. R. Linton: seorang tokoh Antropologi mengemukakan bahwa masyarakat
adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya, berpikir
tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. 2.
Hasan Shadily mendefinisikan, masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusia yang dengan pengaruh bertalian secara
golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.
29
Dari definisi-definisi masyarakat di atas dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa masyarakat harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1. harus ada pengumpulan manusia dan harus banyak.
2. telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama.
3. adanya peraturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk
menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.
27
Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar, Bandung: CV Pustaka Setia, 1997, h-85
28
Pusat Bahasa DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 485
29
Harwantiyoko dan Neljte F. Katuuk, MKDU Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Gundar, 1992 h. 146
1. Pengertian, Etika dan Budaya Masyarakat Desa
Masyarakat Desa Dalam Tinjauan Sosial Budaya Menurut Bintarto yang dimaksud desa adalah perwujudan atau
kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di situ suatu daerah dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal balik
dengan daerah lain.
30
Sedangkan menurut Sutardjo Kartohadikusuma, desa adalah suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahannya
sendiri. Adapun masyarakat desa ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan
batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga anggota masyarakat yang amat kuat yang hakikatnya, bahwa seseorang merasa
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat di mana dia hidu, dicintainya serta memiliki perasaan bersedia untuk berkorban setiap
waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebagai warga masyarakat yang saling mencintai dan
saling menghormati. Definisi tersebut mengandung makna bahwa yang dimaksud dengan
masyarakat kecil adalah masyarakat di daerah masyarakat pedesaan. Masyarakat kecil disebut juga rural community yang diartikan sebagai
masyarakat yang anggota-anggotanya hidup bersama di suatu lokalitas tertentu, yang seorang merasa dirinya bagian dari kelompok, kehidupan
30
Ibid, h. 159
mereka meliputi urusan-urusan yang merupakan tanggungjawab bersama dan masing-masing merasa terikat pada norma-norma tertentu yang mereka taati
bersama. 2.
Karakreristik Masyarakat Desa
31
Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka.
Pada situasi
dan kondisi
tertentu, sebagian
karakteristik dapat
digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan
teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”. Berikut ini disampaikan sejumlah karakteristik masyarakat desa, yang terkait
dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat umum yang selama ini masih sering ditemui. Setidaknya, ini menjadi salah satu wacana bagi kita yang akan
bersama-sama hidup di lingkungan pedesaan a.
Sederhana Sebagian
besar masyarakat
desa hidup
dalam kesederhanaan.
Kesederhanaan ini terjadi karena dua hal: 1
Secara ekonomi memang tidak mampu 2
Secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri. b.
Mudah curiga Secara umum, masyarakat desa akan menaruh curiga pada:
1 Hal-hal baru di luar dirinya yang belum dipahaminya
31
http:prayudi.staff.uii.ac.id20080922karakteristik-masyarakat-desa
2 Seseorangsekelompok yang bagi komunitas mereka dianggap “asing”
c. Menjunjung tinggi “unggah-ungguh”
Sebagai “orang Timur”, orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan atau “unggah-ungguh” apabila:
1 Bertemu dengan tetangga
2 Berhadapan dengan pejabat
3 Berhadapan dengan orang yang lebih tuadituakan
4 Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi
5 Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya
d. Guyub, kekeluargaan
Sudah menjadi karakteristik khas bagi masyarakat desa bahwa suasana kekeluargaan dan persaudaraan telah “mendarah-daging” dalam hati
sanubari mereka. e.
Lugas “Berbicara apa adanya”, itulah ciri khas lain yang dimiliki masyarakat
desa. Mereka tidak peduli apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi orang lain karena memang mereka tidak berencana untuk menyakiti orang
lain. Kejujuran, itulah yang mereka miliki. f.
Tertutup dalam hal keuangan Biasanya masyarakat desa akan menutup diri manakala ada orang yang
bertanya tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Apalagi jika orang tersebut belum begitu dikenalnya. Katakanlah, mahasiswa yang sedang
melakukan tugas penelitian survei pasti akan sulit mendapatkan informasi tentang jumlah pendapatan dan pengeluaran mereka.
g. Perasaan “minder” terhadap orang kota
Satu fenomena yang ditampakkan oleh masayarakat desa, baik secara langsung ataupun tidak langsung ketika bertemubergaul dengan orang
kota adalah perasaan mindernya yang cukup besar. Biasanya mereka cenderung untuk diamtidak banyak omong.
h. Menghargai “ngajeni” orang lain
Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang pernah diterimanya sebagai “patokan” untuk membalas budi sebesar-
besarnya. Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk penghargaan sosial atau dalam bahasa Jawa biasa disebut
dengan “ngajeni”. i.
Jika diberi janji, akan selalu diingat Bagi masyarakat desa, janji yang pernah diucapkan seseorangkomunitas
tertentu akan sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan kebutuhan mereka. Hal ini didasari oleh pengalamantrauma yang selama
ini sering mereka alami, khususnya terhadap janji-janji terkait dengan program pembangunan di daerahnya.
Sebaliknya bila janji itu tidak ditepati, bagi mereka akan menjadi “luka dalam” yang begitu membekas di hati dan sulit menghapuskannya. Contoh
kecil: mahasiswa menjanjikan pertemuan di Balai Desa jam 19.00. Dengan
tepat waktu, mereka telah standby namun mahasiswa baru datang jam 20.00. Mereka akan sangat kecewa dan selalu mengingat pengalaman itu.
j. Suka gotong-royong
Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki dihampir seluruh kawasan Indonesia adalah gotong-royong atau kalau dalam masyarakat
Jawa lebih dikenal dengan istilah “sambatan”. Uniknya, tanpa harus dimintai pertolongan, serta merta mereka akan “nyengkuyung” atau bahu-
membahu meringankan beban tetangganya yang sedang punya “gawe” atau hajatan. Mereka tidak memperhitungkan kerugian materiil yang
dikeluarkan untuk membantu orang lain. Prinsip mereka: “rugi sathak, bathi sanak”
. Yang kurang lebih artinya: lebih baik kehilangan materi tetapi mendapat keuntungan bertambah saudara.
k. Demokratis
Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa, pengambilan keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu dilakukan melalui
mekanisme musyawarah untuk mufakat. Dalam hal ini peran BPD Badan Perwakilan Desa sangat penting dalam mengakomodasi pendapatinput
dari warga. l.
Religius Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius. Artinya, dalam keseharian
mereka taat menjalankan ibadah agamanya. Secara kolektif, mereka juga mengaktualisasi diri ke dalam kegiatan budaya yang bernuansa
keagamaan. Misalnya: tahlilan, rajaban, Jumat Kliwonan, dll.
D. Komunikasi Organisasi