D. Komunikasi Organisasi
1. Pengertian Komunikasi Organisasi
Bahwasanya komunikasi organisasi merupakan serangkaian dua kata yang tergabung dan memiliki makna yang saling terkait, sehingga
mendukung dengan makna yang lainnya. Sumber konflik yang terjadi antar individu dalam organisasi yang mungkin paling sering dikemukakan
adalah buruknya komunikasi. Dalam pembahasan komunikasi organisasi lebih tepatnya adalah
kajian pada komunikasi insani yang terjadi dalam organisasi, karena manusialah yang berkomunikasi, bukan organisasi.
32
Hal pertama yang kita perlukan dalam studi tentang organisasi adalah definisi eksplisit
tenang apa yang dimaksud dengan sesuatu organisasi, James L. Gibson menyatakan bahwa:
“….. organisasi merupakan
entitas-entitas yang
memungkinkan masyarakat mencapai hasil-hasil tertentu yang tidak mungkin dilaksanakan
sendiri”. Menjelaskan organisasi sebagai sebuah kelompok individu yang
diorganisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Jumlah anggota organisasi bervariasi dari tiga atau empat, sampai dengan ribuan anggota. Organisasi
juga memiliki struktur formal maupun informal. Organisasi memiliki tujuan umum untuk meningkatkan pendapatan, namun juga memliki
tujuan-tujuan spesifik yang dimiliki oleh orang-orang dalam organisasi itu.
32
Stewart L. Tubbs. Sylvia Moss, pengantar Deddy Mulyana, Human Communication KOnteks-konteks Komunikasi,
Bandung; Remaja Risdakarya, 2005 h. 164
Dan untuk mencapai tujuan,organisasi membuat norma aturan yang dipatuhi oleh semua anggota organisasi.
33
Organisasi didefinisikan sebagai “suatu kumpulan sistem individu yang bersama-sama, melalui suatu hirarki pangkat dan
pembagiain kerja, berusaha mencapai tujuan tertentu.”
34
seorang objektivis, menganggap organisasi adalah sebuah wadah yang menampung orang-
orang dan objek-objek; orang-orang dalam organisasi yang berusaha mencapai tujuan bersama.
35
Kaum subjektif mendefinisikan organisasi sebagai perilakku pengorganisasian organizing behaviour berdasarkan definisi ini,
pengetahuan mengenai organisasi harus di peroleh dengan melihat perilaku-perilaku khusus tersebut dan apa makan perilaku-perilaku itu bagi
mereka yang melakukan.
36
Kaum objektivitas secara khas memandang organisasi sebagai suatu entitas besar dengan struktur kendali yang terdiri dari prosedur dan
kebijakan. Sistem tersebut ditata berdasarkan logika untuk mencapai suatu tujuan dan mengandung derajat-derajat otoritas kewenangan, berbeda
pada berbagai tingkat dan juga kegiatan-kegiatan ternetu yang dilakukan oleh individu-individu.
37
Sebaliknya kaum subjektifitas menganut sutau
33
H. M. Burhan Bungin. S.sos. M.Si. Sosiologi Komunikasi, Teori,Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat.
Jakarta; KENCANA, 2006, h. 272
34
Stewart L. Tubbs. Sylvia Moss, pengantar Deddy Mulyana, Human Communication KOnteks-konteks Komunikasi,
Bandung; Remaja Risdakarya, 2005 h. 164
35
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan
, Bandung; Rosda Karya, 2006, h. 17
36
Ibid, h 17
37
Ibid, h 18
pandangan lebih luas mengani orgnisasi. Misalnya, mendefinisikan organisasi sebagai “tindakan-tindakan yang bertautan Interlocked suatu
kolektifitas”. Suatu kolektifitas mungkin kecil atau besar; aspek penting definisi tersebut adalah “tindakan-tindakan bertautan” dan makan yang
diberikan pada tindakan tindakan-tindakan tersebut.
38
Dalam konteks organisasi, pemahaman mengnai peristiwa- peristiwa komunikasi yang terjadi di dalamnya,seperti apakah instruksi
pimpinan sudah dilaksanakan dengan benar oleh karyawan ataupun bagaimana bawahan mencoba menyampaikan keluhan pada atasan,
memungkinkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan hasil yang diharapkan, merupakan contoh sederhana untuk
memperlihatkan bahwa komunikasi merupakan aspek yang penting dalam organisasi, baik organisasi profit maupun non profit.
39
2. Teori Komunikasi Organisasi
a. Organisasi Sosial
Istilah organisasi sosial merujuk kepada pola-pola interaksi sosial Frekuensi dan lamanya kontak antara orang-orang;
kecenderungan mengawali kontak, arah pengaruh antara orang-orang, derajat kerja sama, perasaan tertarik, hormat dan permusuhan serta
perbedaan status dan regularitas yang teramati dan perilaku sosial
38
Ibid
39
H. M. Burhan Bungin. S.sos. M.Si. Sosiologi Komunikasi, Teori,Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat.
Jakarta; KENCANA, 2006, h. 255
orang-orang yang disebabkan oleh situasi sosial mereka, alih-alih oleh karakteristik fisiologis atau psikologis mereka sebagai individu.
40
Adanya pola atau regularitas dalam interaksi sosial mengisyaratkan bahwa terdapat hubungan antara orang-orang yang
mentransformasikan mereka dari suatu kumpulan individu menjadi sekelompok orang atau dari sejumlah kelompok menjadi suatu sistem
sosial yang lebih besar.
41
Berlo 1960 menyarankan bahwa komunikasi berhubungan dengan organisasi sosial melalui tiga cara:
Pertama, sistem
sosial dihasilkan
lewat komunikasi.
Keteranagan perilaku dan tekanan menyesuaikan diri dengan norma- norma dihasilkan lewat komunikasi di antara angoota-anggota
kelompok. Kedua,
sistem sosial mempengaruhi bagaimana, ke, dan, dari siapa dan dengan pengaruh bagaimana komunikasi terjadi di antara
anggota-anggota sistem. Status sosial dalam sistem, misalnya, meningkatkan kemungkinan berbicara kepada orang-orang yang punya
status setara dan mengurangi kemungkinan komunikasi dengan orang- orang yang berstatus jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah.
Ketiga, pengetahuan mengenai suatu sistem sosial dapat
membantu kita membuat prediksi yang akurat mengenai orang-orang tanpa mengetahui lebih banyak daripada peranan-peranan yang mereka
40
R. Wayne Pace dan Don F. Faules. Komunikasi Organisasi, h. 41
41
Ibid, h. 42
duduki dalam sistem. Seperti yang diringkas Berlo, “meskipun kita tidak mengenal seseorang sebagai seorang individu, meskipun kita
belum berkomunikasi dengannya untuk memastikan sikapnya, pengetahuannya, keterampilan komunikasinya, kita masih dapat
membuat prediksi yang cukup akurat berdasarkan pengetahuan mengenai jabatannya dalam satu atau lebih sistem sosial”.
42
Sistem sosial mempunyai aneka macam bentuk, struktur dan hasil. Ada
elemen-elemen tertentu pada sebuah sistem sosial, diantaranya adalah motivasi, nilai-nilai, norma-norma, komunikasi dan kepemimpinan
yang mencapai bentuk tertentu dan yang selaras satu sama lain, hingga sistem sosial yang bersangkutan mendapatkan kualitas tertentu.
43
b. Organisasi Formal
Sebuah organisasi formal memiliki suatu struktur yang terumuskan dengan baik. Struktur ini menerangkan hubungan-
hubungan otoritasnya, kekuasaan, akuntabilitas, dan tanggung jawabnya. Organisasi-organisasi formal menunjukkan tugas-tugas
terspesifikasi bagi masing-masing anggotanya. Hierarki sasaran- sasaran organisasi formal dinyatakan eksplisit. Status, prestise,
imbalan, pangkat dan jabatan, serta prasyarat-prasyarat lainnya terurutkan dengan baik dan terkendali. Organisasi-organisasi formal
tahan lama, dan terencana.
44
42
Ibid, h. 43
43
J. Winardi, S.E, Teori Organisasi dan Pengorganisasian, Jakarta: Rajawali Pers, 2006, h. 34
44
Ibid, h, 9
Istilah komunikasi formal dapat kita gunakan dalam arti bahwa pola-pola kerja dan hubungan-hubungan pribadi disusun secara sadar
dan diakui secara resmi.
45
Pendapat bahawa, “….organisasi formal sesuatu perusahaan
mempengaruhi kondisi-kondisi sosial pekerjaan, yang sebaliknya memegang peranan penting dalam hal memotivasi para karyawan
untuk menghasilkan kinerja yang bertambah baik, atau bertambah buruk. Apakah yang kiranya dimaksud dengan organisasi formal?
Organisasi formal adalah apa yang tercantum di atas kertas hubungan logical yang dinyatakan oleh peraturan-peraturan dan kebijakan-
kebijakan perusahaan yang bersangkutan..”
46
Organisasi formal yang secara popular disebut birokrasi. Untuk memperoleh suatu persfektif yang tepat mengenai analisis Max
Webber mengenai birokrasi atau organisasi formal, kita perlu menyadari bahwa ia mengembangkan teori tentang organisasi sebagai
suatu tipe ideal.
47
Karakteristik Birokrasi Weberian. 1
Suatu organisasi terdiri dari hubungan-hubungan yang ditetapkan antara jabatan-jabatan.
2 Tujuan atau rencana organisasi terbagi ke dalam tugas-tugas,tugas-
tugas organisasi disalurkan diantara berbagai jabatan sebagai
45
Ibid, h. 80
46
Ibid, h. 77
47
R. Wayne Pace dan Don F. Faules. Komunikasi Organisasi, h. 44
kewajiban resmi. Ketentuan kewajiban dan tanggung jawab melekat pada jabatan.
3 Kewenangan untuk melaksanakan kewajiban diberikan kepada
jabatan. Yaitu, satu-satunya saat bahwa seseorang diberi kewenangan untuk melakukan tugas-tugas jabatan adalah ketika ia
secara sah menduduki wewenang disahkan oleh kepercayaan akan supermasi hukum.
4 Garis-garis kewenangan dan jabatan diatur menurut suatu tatanan
hierarki. Ruang lingkup kewenangan atasan atas bawahan secara tegas dibatasi. Konsep-konsep komunikasi ke atas upward
communication dan
komunikasi ke
bawah downward
comuunication mencerminkan konsep kewenangan ini, dengan
informasi mengalir ke bawah dari jabatan yang memiliki kewenangan lebih luas ke jabatan yang memiliki kewenangan yang
sempit. 5
Suatu sistem aturan dan regulasi yang umum tetapi tegas, yang ditetapkan secara formal, mengatur tindakan-tindakan dan fungsi-
fungsi jabatan dalam organisasi. 6
Prosedur dalam organisasi bersifat formal dan impersonal, yaitu peraturan-peraturan organisasi berlaku bagi setiap orang.
7 Suatu sikap dan prosedur untuk menerapkan suatu system disiplin
merupakan bagian dari organisasi.
8 Anggota organisasi harus memisahkan kehidupan pribadi dan
kehidupan organisasi. 9
Pegawai dipilih untuk bekerja dalam organisasi berdasarkan kualifikasi teknis, alih-alih koneksi politis, koneksi keluarga, atau
koneksi lainnya. 10
Meskipun pekerjaan dalam birokrasi berdasarkan kecakapan teknis, kenaikan jabatan dilakukan berdasarkan senioritas dan prestasi
kerja. Pekerjaan dalam organisasi merupakan karier seumur hidup, memberikan kenyamanan dalam jabatan.
48
Ciri-ciri ini menghasilkan pengambilan keputusan yang rasional dan efisensi administrative. Ahli-ahli berpengalaman adalah orang-orang yang
paling cakap untuk membuat keputusan-keputusan teknis. Kinerja berdisiplin yang diatur dengan aturan-aturan, regulasi dan kebijakan-kebijakan yang
abstrak dan dikoordinasiksan oleh kewenangan hierarkis merupakan usaha yang rasional dan konsisten untuk mencapai tujuan organisasi.
49
E. Prasangka dan Stereotip