Pengendalian Vektor Nyamuk Insektisida

c. Filariasis Filariasis dikenal sebagai Elephantiasis atau penyakit kaki gajah karena bentuk tungkai bawah penderita pada akhirnya dapat menjadi besar dan berat sepeti kaki gajah. Penyebabnya adalah cacing bulat yang kecil disebut Filaria. Reservoir nyamuk ini adalah manusia penderita, larva cacing secara periodik keluar ke dalam peredaran darah pada malam hari, apabila saat itu penderita digigit nyamuk maka masuklah larva cacing ke tubuh nyamuk menuju proboscis nyamuk. Sehingga akan tertular ke manusia yang digigit oleh nyamuk tersebut. d. Chikungunya Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan virus Chik. Chikungunya berasal dari bahasa Swahili yang berarti berjalan membungkuk. Penyakit ini menyebabkan penderita merasakan sakit sendi yang amat sangat sehingga kalau berdiri harus membungkuk menahankan sakit. Faktor yang mempengaruhi Chikungunya adalah rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat, kepadatan populasi nyamuk penular karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang bisa terjadi pada musim penghujan Depkes RI, 2008

2.2 Pengendalian Vektor Nyamuk

Pengendalian vektor bertujuan untuk mengurangi atau menekan populasi vektor serendah-rendahnya sehingga tidak berarti lagi sebagai penular penyakit serta untuk menghindarkan kontak antara vektor dan manusia Gandahusada, 2000. Universitas Sumatera Utara a. Fisik atau Mekanis Cara pengendalian ini dilakukan dengan menggunakan alat yang langsung dapat membunuh, menangkap atau menghalau, menyisir, mengeluarkan serangga dari jaringan tubuh. Menggunakan baju pelindung, memasang kawat kasa di jendela merupakan cara untuk menghindarkan hubungan kontak antara manusia dan vektor. b. Kimia Untuk pengendalian ini digunakan bahan kimia yang berkhasiat membunuh serangga insektisida atau hanya untuk menghalau serangga saja repellent. Kebaikan cara pengendalian ini ialah dapat dilakukan dengan segera dan meliputi daerah yang luas sehingga dapat menekan populasi serangga dalam waktu yang singkat. Keburukannya karena cara pengendalian ini hanya bersifat sementara, dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, kemungkinan timbulnya resistensi serangga terhadap insektisida dan mengakibatkan matinya beberapa pemangsa. c. Biologis Dengan memperbanyak pemangsa dan parasit sebagai musuh alami bagi serangga, dapat dilakukan pengendalian serangga yang menjadi vektor atau hospes perantara cicak adalah predator nyamuk sehingga dapat digunakan pengendali nyamuk dewasa. d. Kultural Pengendalian ini adalah untuk mengubah kebiasaan buruk manusia yang menyebabkan nyamuk dapat berkembang biak seperti tidak membuang sampah Universitas Sumatera Utara yang dapat menampung air, memotong dedaunan yang sudah lebat, membuat saluran air yang memenuhi syarat kesehatan dan sebagainya.

2.3 Insektisida

Menurut Soemirat 2003, insektisida berasal dari bahasa latin insectum yang mempunyai arti potongan, keratan, atau segmen tubuh, seperti segmen yang ada pada tubuh serangga. Secara umum pengertian insektisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang dapat digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai vektor yang secara langsung ataupun tidak langsung merugikan kepentingan manusia. Insektisida pada umumnya dapat menimbulkan efek terhadap sistem syaraf Penggolongan insektisida berdasarkan sifat kimianya. Kelas senyawa kimia insektisida dapat ditunjukkan berdasarkan bahan aktifnya, yaitu bahan kimia yang mempunyai efek racun Sartono, 2002. Klasifikasi Insektisida berdasarkan golongan sebagai berikut : – Golongan organoklorin Golongan ini terdiri atas ikatan karbon, klorin, dan hidrogen. Insektisida ini sedikit digunakan di negara berkembang karena secara kimia bahwa insektisida organoklorin adalah senyawa yang tidak reaktif, memiliki sifat yang tahan atau persisten, baik dalam tubuh maupun dalam lingkungan memiliki kelarutan sangat tinggi dalam lemak dan memiliki kemampuan terdegradasi yang lambat. Universitas Sumatera Utara – Golongan organofosfat Golongan ini terdiri dari ikatan karbon dan fosfatida, organofosfat sering disebut insektisida antikolinesterase karena mempunyai efek yang sama dalam sistem syaraf. Cara kerja golongan ini selektif, tidak persisten dalam tanah dan tidak menyebabkan resistensi pada serangga. – Golongan Karbamat Golongan ini berkerja seperti organofosfat, yaitu menghambat aktivitas enzim kolinesterasi. Enzim kolinesterasi tidak persisten maka gejala lebih mendadak dan tidak lama. – Golongan Piretroid Piretroid Alam adalah insektisida alami, yang merupakan ekstrak dari bunga Chrysantemum, Phyretrum cinerariaefollium Dalmantian insect flower. Insektisida ini sudah lama dikenal dan sangat efektif. Piretroid Sintetik adalah ester dapat dibagi menjadi dua sub golongan yang didasarkan pada struktur dan gejala keracunan. Yang pertama adalah tipe Alletrin, Tetrometrin, dan Phenotrin dimana efek yang dihasilkan meyerupai efek DDT. Tipe yang kedua adalah semua ester mengandung sianida, seperti Fenvolerat, Deltametrin, dan Cifenometrin Soemirat, 2003. Menurut Wudianto 2001 Bentuk fisik insektisida dapat di bagi sebagai berikut: – Bentuk padat seperti Dust debu, Bail, Seed dressing. Universitas Sumatera Utara – Bentuk cair seperti Solution larutan, Suspention suspensi, Emultion emulsi dan Vapors uap – Bentuk gas

2.4 Anti Nyamuk