Perolehan Kembali Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Formalin ditemukan di dalam sejumlah makanan ikan asin teri medan, ebi, ikan asin kristal, ikan gembung aso, udang dan cumi-cumi segar. Preparasi sampel yang dilakukan adalah dengan merendam masing-masing sampel dalam air panas dan air dingin Pane, 2009, dan dapat juga dilakukan dengan mendestilasi sampel dengan asam posfat Tarigan, 2008. Analisa kualitiatif dilakukan dengan menggunakan asam kromatropat yang akan menghasilkan warna ungu setelah pemanasan, sedangkan untuk analisa kuantitatif dilakukan dengan metode spektrofotometri menggunakan pereaksi Nash pada panjang gelombang 412 nm.

2.7 Validasi

Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya Harmita, 2004. Validasi dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis yang dilakukan akurat, spesifik, reprodusibel dan tahan pada kisaran analit yang dianalisis Rohman, 2007.

2.7.1 Perolehan Kembali

Persen perolehan kembali digunakan untuk menyatakan kecermatan. Kecermatan merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali “recovery” analit yang ditambahkan. Kecermatan dapat ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi dan metode penambahan baku. Dalam metode penambahan bahan baku, sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit yang diperiksa ditambahkan ke dalam sampel dicampur dan dianalis lagi. Perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut Harmita, 2004: Universitas Sumatera Utara Perolehan kembali 100 × − = A A F C C C Keterangan : C F = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan larutan baku C A = konsentrasi sampel awal C A = konsentrasi larutan baku yang ditambahkan

2.7.2 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Batas- batas tersebut dapat diperoleh dari kalibrasi standar yang diukur sebanyak 6 sampai 10 kali. Batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut Harmita, 2004: Batas deteksi = Slope SB 3 Batas kuantitasi = Slope SB 10 Keterangan : SB simpangan baku Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu untuk karateristik dari suatu populasi, dalam hal ini untuk mengetahui ada atau tidak kandungan formalin dan kadar formalin yang terdapat dalam bakso yang dijual di seklah dasar di kota Medan. Penelitian untuk uji kualitatif dan kuantitatif dilakukan di Laboratorium Sintesis Bahan Obat dan Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi USU.

3.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit Spektrofotometer UV-Vis Shimadzu mini 1240, neraca listrik Beico, hot plate, termometer, oven, desikator, penangas air dan alat-alat gelas seperti labu takar, gelas ukur, erlenmeyer, tabung reaksi, gelas beker, buret.

3.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan yang berkualitas pro analisis keluaran E-Merck yaitu : formalin 37, asam kromatropat, asam sulfat 98, ammonium asetat, asetil aseton, natrium hidroksida, hidrogen peroksida 30, asam klorida 37, kalium bifthalat, natrium karbonat anhidrat, merah metil, etanol 90, fenolftalein, terkecuali akuades.

3.3 Sampel

Sampel penelitian adalah bakso sebagai makanan jajanan yang dijual di Sekolah Dasar di kota Medan dengan jumlah 21 sampel dari total 819 Sekolah Dasar. Untuk memilih sampel dilakukan dengan “sample numbering” kepada Universitas Sumatera Utara