Kontak langsung dengan larutan formalin mungkin untuk menyebabkan iritasi pada kulit Cahyadi, 2006. Jika lewat penelanan ingestion sebanyak 30
ml 2 sendok makan dari larutan formalin dapat menyebabkan kematian, hal ini disebabkan sifat korosif formalin terhadap mukosa saluran cerna lambung, disertai
mual, muntah, nyeri, pendarahan. Jika terpapar terus menerus dapat menyebabkan kerusakan pada hati, ginjal dan jantung Widyaningsih Murtini, 2006.
Menurut National Institute for Occupational Safety and Health NIOSH paparan limit yang direkomendasikan untuk para pekerja adalah 0,016 ppm
selama periode 8 jam, sedangkan untuk 15 menit 0,1 ppm dan menurut International programme on Chemical Safety, ambang batas aman formalin di
dalam tubuh adalah 1 mgL, dalam bentuk air minum adalah 0,1 mg per liter atau dalam satu hari asupan yang dibolehkan adalah 0,2 mg. Sementara formalin yang
boleh masuk kedalam tubuh dalam bentuk makanan untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari. NIOSH juga menyatakan formalin berbahaya bagi
kesehatan pada kadar 20 ppm Anonim
a
, 2006; Saraswati, Indraswari Nurani, 2009.
2.4 Penyalahgunaan Formalin
Sebenarnya formalin secara alamiah terdapat dalam makanan seperti pada udang halus shrimp dan roti Schmidt Rodrick, 2003 tetapi karena efek
toksik formalin yang sangat tinggi dan bersifat karsinogenik maka Badan POM melarang penambahan formalin dalam makanan. Penyalahgunaan formalin dalam
makanan ditemukan oleh Badan POM pada tahun 2005 yang menguji makanan jajanan anak di 195 Sekolah Dasar di 18 Propinsi. Dari 66 sampel bakso yang
dianalisis satu 1 sampel bakso mengandung formalin, begitu juga dengan
Universitas Sumatera Utara
sepuluh 10 sampel tahu yang dianalisis empat 4 diantaranya mengandung formalin, selain jajanan tersebut dua 2 dari delapan 8 sampel mi yang
dianalisis juga mengandung formalin Rachmawati, 2006. Hasil serupa juga ditemukan oleh Badan POM pada Jajanan Anak Sekolah
di sekolah dasar di seluruh ibukota provinsi di Indonesia pada tahun 2006. Hasilnya terdapat 5,76 mi yang mengandung formalin 434 sampel per
parameter dan 2,53 bakso yang mengandung formalin 474 sampel per parameter Anonim
d
, 2007. Penyalahgunaan formalin tidak hanya ditemukan pada makanan jajanan
anak sekolah tapi juga pada makanan yang dijual di pasar. Pada tahun 2003 hingga 2005 Badan POM menemukan lebih dari separuh sampel mie 51 dan
lebih dari seperlima 22 tahu yang dianalisis mengandung formalin. Hanya satu sampel pangan yang lain bakso mengandung formalin. Sebanyak 13 sampel mi
basah mengandung formalin Anonim
e
, 2004. Data kandungan formalin
berdasarkan jenis pangan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Formalin Berdasarkan Jenis Pangan
Jenis Pangan
Jumlah sampel yang dianalisis
Tidak mengandung
formalin Mengandung
formalin Mi Basah
103 50 49
53 51 Tahu
120 94 78
26 22 Lainnya
19 18 99
1 1 Total
242 16267
80 33 Sumber : Anonim, 2004
Formalin juga ditemukan pada ikan asin teri medan, ebi, ikan asin kristal, ikan gembung aso, udang dan cumi-cumi segar tapi tidak ditemukan adanya formalin
Universitas Sumatera Utara
pada ikan dencis Pane, 2009; Tarigan, 2008. Kadar formalin pada masing-masing
sampel dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kadar formalin pada masing-masing sampel
No. Sampel
Kadar mcgg Sumber
1 Ikan asin teri medan
13,66 1
2 Ebi
2,33 1
3 Ikan asin Kristal
4,76 1
4 Ikan gembung aso
16,22 2
5 Udang
70,75 2
6 Cumi-cumi segar
77,78 2
Sumber : 1 : Pane, 2009, 2: Tarigan 2008 2.5 Bakso
Bakso merupakan produk gel dari protein daging, baik daging sapi, ayam, ikan maupun udang. Bakso dibuat dari daging giling dengan bahan tambahan
utama garam dapur, tepung tapioka, dan bumbu, berbentuk bulat seperti kelereng dengan berat 25-30 g per butir. Setelah dimasak, bakso memiliki tekstur yang
kenyal sebagai ciri spesifiknya Widyaningsih Murtini, 2006. Ada tiga jenis bakso yang biasa dijual di pasaran yaitu bakso daging, bakso urat terbuat dari
urat sapi, dan bakso aci terbuat dari tepung tapioka. Bakso yang baik adalah bakso yang dibuat dari daging yang berkualitas yang biasanya mengandung 90
daging dan 10 tepung tapioka Cahyadi, 2006. Bakso memiliki sifat keasaman yang rendah sehingga bakso tidak dapat
bertahan lama dan rentan terhadap kerusakan, sehingga bakso memiliki masa simpan maksimal satu hari pada suhu kamar Widyaningsih Murtini, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Bakso juga mengandung protein yang tinggi dan memiliki kadar air yang tinggi sehingga bakteri mudah berkembang biak Cahyadi, 2006. Untuk
memperpanjang daya awet bakso dilakukan dengan mencelupkan bakso ke dalam larutan formalin yang juga akan menyebabkan bakso menjadi lebih kenyal.
Penambahan larutan formalin kepada bakso akan membuat bakso tidak akan rusak selama lima 5 hari pada suhu kamar 25
C, teksturnya menjadi sangat kenyal dan akan membuat aroma khas dari bakso tidak tercium Anonim
c
, 2009.
2.6 Analisis Formalin dalam Makanan