Komunikasi Dua Arah Masyarakat Kabupaten Aceh Singkil Tentang

pernyataan Mulyana 2007, suatu model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Liliweri 2011 bahwa Interaksi dalam komunikasi dua arah adalah saling bertukar pesan atau pikiran, dan komunikasi ini dapat terjadi secara disengaja maupun tidak sengaja, komunikasi yang disengaja terjadi apabila pesan yang akan disampaikan disiapkan terlebih dahulu dan dikirimkan kepada penerima yang dimaksudkan. Sumber atau pengirim menyebarluaskan informasi agar dapat diketahui penerima, fungsi utama dan pertama dari informasi adalah menyampaikan pesan informasi atau menyebarluaskan informasi kepada orang lain, artinya diharapkan dari penyebarluasan informasi itu para penerima informasi akan mengetahui sesuatu yang ingin dia ketahui. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti yang berada pada tabel 4.11 menunjukan bahwa dari semua 29 responden yang datang kepetugas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan informasi seputar program KB mengatakan bahwa ya petugas pelayanan kesehatan memberikan penjelasan kepada responden tentang program KB dan bagaimana cara menggunakannya.

5.2.3 Tanggung Jawab Masyarakat Kabupaten Aceh Singkil Tentang

Partisipasi Masyarakat Ber-KB Tanggung jawab menurut kamus bahasa indonesia merupakan keadaan berkewajiban menaggung, memikul, menanggung segala sesuatunya, dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian hidup manusia, bahwa setiap manusia dibebani dengan tangung jawab. Apabila dikaji tanggung jawab itu adalah kewajiban yang harus dipikul sebagai akibat dari perbuatan pihak yang berbuat. Hasil penelitian ini yang berada pada tabel 4.19 menunjukan bahwa ada sebanyak 41,1 responden menyatakan setuju dengan pernyataan perlunya pemeriksaan rutin sesuai dengan program KB yang digunakan, dan ada 1,1 responden yang menyatakan tidak setuju dengan pernyataan perlunya pemeriksaan rutin sesuai dengan program KB yang digunakan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Indira 2009 bahwa diperlukannya pemeriksaan rutin bagi pengguna alat konterasepsi untuk memastikan kondisi kesehatanya terhadap reaksi dan efek samping alat konterasepsi yang responden gunakan. Dari banyaknya pilihan metode alat konterasepsi yang ada semuanya menawarkan keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Ada banyak kondisi yang bisa terjadi dikarenakan pengaruh atau efek samping dari penggunaan alat konterasepsi tersebut seperti, mual, pusing, nyeri pada payudara, terganggunya siklus menstruasi, keram dan nyeri pada rahim, nyeri setelah prosedur serta komplikasi lain akibat pembedahan dan anestesi serta dapat meningkatkan resiko kehamilan ektopik. Oleh karena itu, sangat diperlukan pemeriksaan rutin untuk menghindari resiko yang lebih besar.