12
kitab-kitab klasik sebagai objek penelitiannya. Pada skripsi ini, penulis membahas tentang kajian mengenai diksi, dan objek penelitian yang penulis
gunakan adalah kitab tasawuf Ta’lim al-Muta’allim karya Syekh al-Zarnuji. Penulis tertarik untuk mengkaji terjemahan kitab tersebut, karena banyak
ketidaktepatan dan ketidaksesuaian terhadap pemilihan kata-kata dalam terjemahan kitab tersebut.
F. Sistematika Penulisan
Untuk menghindari penulisan yang keliru, penulis sepenuhnya berpedoman pada buku Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang
diterbitkan oleh Center for Quality Development and Assurance CeQDA UIN Jakarta tahun 2007. Selain itu, untuk dapat memberikan penjelasan
yang lebih sistematis, maka penulis menyusun skripsi ini dalam lima bab, dengan rincian sebagai berikut:
Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. Bab II berisi tentang definisi dan metode penerjemahan, pengertian diksi
dan korelasinya dengan makna serta peranti-perantinya. Di samping itu, pada bab ini penulis juga akan menjelaskan tentang pengertian syair.
Bab III tentang biografi pengarang kitab Ta’lim al-Muta’allim dan karya
monumentalnya.
13
Bab IV merupakan analisis data terkait diksi dan konstruksi kalimat dalam
terjemahan syair kitab Ta’lim al-Muta’allim Bab V merupakan penutup yang mencakup kesimpulan dari penelitian
yang telah dilakukan, dengan tidak lupa menyertakan saran.
13
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Penerjemahan
Kebudayaan tidak lahir dari kekosongan. Ia didahului oleh kebudayaan- kebudayaan lain yang menjadi unsur pembentuknya. Kebudayaan suatu
bangsa selalu merupakan ikhtisar dari kebudayaan sebelumnya atau seleksi dari berbagai kebudayaan lain. Proses seperti ini terjadi dan berkembang
melalui berbagai sarana, diantaranya penerjemahan. Catatan sejarah menegaskan bahwa peradaban Islam pertama-tama
berkembang melalui penerjemahan karya-karya lama Yunani, Persia, India, dan Mesir dalam bidang ilmu eksakta dan kedokteran. Kegiatan ini dimulai
pada masa pemerintahan Khalifah Abu Ja’far al-Mansur 137-159 H. 754- 775 M, seorang khalifah dari Dinasti Abbasiah. Upayanya itu mencapai
kegairahan yang menakjubkan pada masa Khalifah al-Ma’mun, sehingga mengantarkan umat Islam ke masa keemasan.
1
Kegiatan penerjemahan, terutama nas keagamaan, sebagai transfer budaya dan ilmu pengetahuan juga dilakukan oleh bangsa Indonesia sejak masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda 1607-1636 di Aceh. Hal ini ditandai dengan dijumpainya karya-karya terjemahan ulama Indonesia terdahulu.
Upaya umat Islam Indonesia – juga kaum missionaris – terus berlanjut hingga sekarang.
1
Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia Bandung: Humaniora, 2005, h. 1.