Al-Qisth dalam Jual-Beli Keadilan dalam al-qur’an: analisis kata al-qisth pada berbagai ayat

                              Dan kepada penduduk Mad-yan kami utus saudara mereka, Syuaib. ia berkata: Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, Sesungguhnya aku melihat kamu dalam Keadaan yang baik mampu dan Sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan kiamat. 108 Ini mengisyaratkan bahwa adanya perintah untuk menegakkan hak-hak keadilan dalam menyempurnakan takaran dan timbangan. Tidak mengurangi takaran dan timbangan berarti ia telah telah berbuat adil dengan menyempurnakannya. Turunnya ayat ini agar menjadi perhatian bagi tiap individu untuk selalu condong berbuat adil dalam transaksi jual beli dengan menyempurnakan takaran dan timbangan dan tidak menguranginya. Hal ini juga menunjukkan kedermawanan seorang pedagang. 109 Tidak semua barang dapat ditimbang dengan ukuran yang pas, seperti biji- bijian. Oleh karena itu Allah tidaklah membebankan kepada hambanya untuk menyempurnakan timbangannya dalam hal biji-bijian dan segala benda yang berukuran kecil. Namun harus tetap waspada atau hati-hati dalam menentukan takaran dan timbangannya. Kehati-hatian dalam hal ini terjadi karena kehawatiran para penjual akan berbuat salah, dan juga mengindikasikan agar setiap orang tetap berlaku adil dalam hal sekecil apapun. Perintah ini juga bertujuan untuk menjaga 108 Lihat Al- Qur‟an Al-Hadi 109 Ibn „ syūr, Tafsīr At-Tahrīr wa At-Tanwīr, h. 165 harta seorang pembeli dari praduga yang negatif, seperti pemborosan dan sia-sia dalam mengeluarkan uangnya. 110 Keadilan kedua menggunakan term „al-„adl. Menurut Ibn „ syūr, ar- R zī, 111 az- Zamakhsyarī, 112 dan al- lūsī 113 adalah keadilan dalam menegakkan hukum yang dilakukan oleh seseorang terhadap kerabatnya dengan berkata yang benar. Artinya walaupun seseorang yang diadili adalah kerabatnya, maka ia tetap menegakkan keadilan berdasarkan kebenaran. Keadilan tidak mengenal siapaun atau apapun. Oleh karena itu keadilan tetap harus dijalankan walaupun terhadap kerabat, dan tidak bermaksud untuk melindunginya dari hal yang mudharat atau kemaslahatannya. Hendaknya ia mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Ini juga terjadi dalam hal persaksian di dalam hukum. Sebagaimana firman Allah Swt. Q.S an- Nis [04]:135. 114 Menurut Thab thab i‟ keadilan dengan term „adl bermakna keadilan dalam bentuk perkataan. Perkataan yang dapat memberikan keuntungan atau kemudharatan bagi orang lain. Seperti dalam persaksian, fatwa, nasihat, hukum, perkara pengadilan, perintah untuk kebaikan dan larangan untuk keburukan. Dalam hal ini keadilan tidak boleh berpihak kepada siapapun dan apapun, baik keluarga atau kerabat dekat atau jauh. Jika mereka menjadi saksi maka tetap harus menyampaikan persaksiannya dengan adil. Sedangkan bagi penegak keadilan 110 Ibn „ syūr, Tafsīr At-Tahrīr wa At-Tanwīr, h. 165-166 111 Fakhruddīn, Tafsīr Al-Fakhr Ar-R zī: At-Tafsīr Al-Kabīr wa Maf tih Al-Ghaib, h. 248 112 Az- Zamakhsyarī, Tafsīr Al-Kasysy f „an Haq iq Ghaw midh At-Ta‟wīl wa ‟Uyūn Al- Aq wīl fī Wujūh At-Ta‟wīl, h. 76-77 113 Al- lūsī, Rūh Al-Ma‟ nī fī Tafsīr Al-Qur‟an Al-„Azhīm wa As-Sab‟ Al-Mats nī, h. 299 114 Ibn „ syūr, Tafsīr At-Tahrīr wa At-Tanwīr, h. 168 harus tetap menegakkan keadilan terhadap mereka ketika mereka terbukti bersalah dan tidak boleh melindungi diri serta hartanya. 115 Mafhūm mukhalafah dari dua term ini adalah bahwa keadilan yang pertama menunjukkan sesuatu yang bersifat materi yaitu berupa takaran dan timbangan, sedangkan yang kedua menunjukkan sesuatu yang bersifat immateri yaitu sifat kasih sayang terhadap kerabat dalam menetapkan hukum untuknya.

4. Al-Qisth dalam Melerai Pertikaian

Al-qisth adalah tindakan yang dilakukan seseorang secara proporsional yaitu sesuai dengan kadarporsinya. Seperti meandamaikan dua orang yang sedang berselisihbertikai. Dalam mendamaikan keduanya seseorang yang ditunjuk sebagai hakim harus menghukum keduanya sessuai dengan tindakankesalahannya masing-masing. Sebagaimana firman Allah.                                   Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil. 116 Ayat ini menerangkan perdamaian antara dua kelompok yang berselisihbertikai. Asb b an-nuzūl ayat ini menceritakan suku Aus dan Khazr j 115 At- Thab thab ī, Al-Mīz n fī Tafsīr Al-Qur‟an, h. 376 116 Q.S. Al-H ujur t [49]:09 lihat Al-Qur‟an Al-Hadi yang sedang bertikai dengan menggunakan tangan, sandal dan perabot rumah tangga. Maka turunlah ayat ini. 117 Pada ayat ini term keadilan yang digunakan ada dua term, yaitu al- ‟adl dan al-qisth. Menurut ar- R zī pada ayat ini menggunakan kata in yang mengisyaratkan bahwa jarang sekali terjadi peperangan antara dua kelompok muslim. Term yang digunakan adalah th ifah bukan firqah karena kata thaifah bermakna satu sektekelompok, sedangkan kata firqah adalah kumpulan besar dari sekte-sektekelompok-kelompok. 118 Menurutnya keadilan yang menggunakan term „adl bermakna mendamaikan perselisihan dua kelompok untuk menghentikan peperangannya dengan memberikan nasihat untuk tidak mengulanginya. Sedangkan keadilan dengan term al-qisth bermakna keadilan yang dilakukan untuk membela kebenaran. Hal ini bermakna bahwa kebenaran yang dituju adalah hukum yang ditegakkan dalam segala perkara untuk mencari derajat yang paling mulia dan kedudukan yang tinggi di hadapan Allah Swt yaitu mahabbatullah cintanya Allah. Keadilan yang menggunakan term ini biasanya salah satu dari pihak yang terkait masih belum merasa ridharela di dalam hatinya. 119 Menurut Ibn „ syūr pada ayat ini terdapat dua kali perintah untuk mendamaikan dua kelompok yang bertengkar. Perintah pertama, mendamaikan dua kelompok yang sedang bertengkar, dan kedua perintah mendamaikan dua 117 „Im duddīn Abī al-Fid ‟ Ism ‟īl bin Katsīr al-Qurasyī Al-Damasyqī, Tafsīr Al-Qur‟an Al- „Azhīm, Bairut: Al-Maktabah Al-„Ashriyyah, 2000, h. 189 118 Fakhruddīn, Tafsīr Al-Fakhr Ar-R zī: Al-Tafsīr Al-Kabīr wa Maf tīh Al-Ghaib, h. 127 119 Fakhruddīn, Tafsīr Al-Fakhr Ar-R zī: Al-Tafsīr Al-Kabīr wa Maf tīh Al-Ghaib, h. 128-129 kelompok yang salah satunya memberontak setelah adanya perdamaian pertama. Keadilan ini dilakukan oleh Nabi Saw kepada dua suku yaitu Aus dan Khazraj. 120 Dalam masalah hukum Nabi tetap menegakkannya dengan adil. Menurut ibn „ syūr keadilan menggunakan term „adl menunjukkan perdamaian yang pertama. Sehingga dalam mendamaikan keduanya Nabi tidak berat sebelah dan mencari solusi untuk saling ridha dan rela. Sedangkan keadilan dengan term qisth pendapat ini sama dengan az- Zamakhsyarī menunjukkan perdamaian yang kedua. Yaitu keadilan yang ditegakkan Nabi untuk kelompok yang memberontak. Sehingga hukuman yang dijatuhkan disesuaikan dengan tindakan pemberontakan yang dilakukan salah satu kelompok dengan menjamin keduanya selamat dan tidak berperang kembali. 121 Adapun pendapat az- Zamakhsyarī 122 dan al- lūsī 123 keadilan dengan menggunakan term „adl berimplikasi dalam mendamaikan dua kelompok dan memberikan hukuman sesuai perintah Allah yang tertulis di dalam al- Qur‟an. Yaitu dengan hikmah dan nasihat. Namun hukuman ini masih memungkinkan keduanya bertikai kembali. Karena hanya berupa nasihat saja. 124 Menurut Thab thb i‟ Keadilan yang dimaksud dengan term „adl adalah mendamaikan dua kelompok yang salah satunya memberontak hingga ia kembali ke jalan Allah. Perdamaian diantara keduanya bukan hanya mengambil senjata 120 Ibn „ syūr, Tafsīr At-Tahrīr wa At-Tanwīr, h. 239 121 Ibn „ syūr, Tafsīr At-Tahrīr wa At-Tanwīr, h. 242 122 Az- Zamakhsyarī, Tafsīr Al-Kasysy f „an Haq iq Ghaw midh At-Ta‟wīl wa ‟Uyūn Al- Aq wīl fī Wujūh At-Ta‟wīl, h. 356 123 Al- lūsī, Rūh Al-Ma‟ nī fī Tafsīr Al-Qur‟an Al-„Azhīm wa As-Sab‟ Al-Mats nī, h. 301 124 Az- Zamakhsyarī, Tafsīr Al-Kasysy „an Haq iq Ghaw midh At-Ta‟wīl wa ‟Uyūn Al- Aq wīl fī Wujūh At-Ta‟wīl, h. 354