8 Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang menunjukan hasil yang belum
konsisten maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan akan menganalisis karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Ketidak
konsistenan hasil penelitian terdahulu memotivasi peneliti untuk meneliti kembali dengan menggunakan variabel sebagai berikut: leverage, profitabilitas, ukuran
perusahaan, profil perusahaan dan ukuran dewan komisaris yang berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian terdahulu. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis pengaruh
karakteristik perusahaan terhadap pertanggungjawaban sosial perusahaan pada perusahaan manufaktur ya
ng terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang yang diuraikan diatas, maka masalah yang akan dikaji dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi pertanggungjawaban sosial. Rumusan masalah dalam penelitain ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Leverage berpengaruh secara signifikan terhadap
pertanggungjawaban sosial perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah Profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap
pertanggungjawaban sosial perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
9 3.
Apakah Ukuran perusahaan, berpengaruh secara signifikan terhadap pertanggungjawaban sosial perusahaan pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 4.
Apakah Profil perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pertanggungjawaban sosial perusahaan pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 5.
Apakah Ukuran dewan komisaris berpengaruh secara signifikan terhadap pertanggungjawaban sosial perusahaan pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 6.
Apakah Leverage, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Profil Perusahaan dan Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap
pertanggungjawaban sosial perusahaan secara simultan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitain maka penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Mengetahui Leverage berpengaruh secara signifikan terhadap pertanggungjawaban sosial perusahaan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2.
Mengetahui Profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap pertanggungjawaban sosial perusahaan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
10 3.
Mengetahui Ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pertanggungjawaban sosial perusahaan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 4.
Mengetahui Profil perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pertanggungjawaban sosial perusahaan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 5.
Mengetahui Ukuran dewan komisaris berpengaruh secara signifikan terhadap pertanggungjawaban sosial perusahaan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 6.
Mengetahui Leverage, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Profil Perusahaan dan Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh secara signifikan
terhadap pertanggungjawaban sosial perusahaan secara simultan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
1.3.2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi: 1.
Peneliti, dalam melakukan penelitian ini diharapakan menambah wawasan dan pengetahuanF bagi peneliti untuk mengetahui pengaruh
karakteristik perusahaan terhadap pertanggungjawaban sosial secara signifikan dan luas.
2. Perusahaan, secara empiris penelitian ini menjadi sebagai bahan
referensi dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan kedepannya dalam melakukan pertanggungjawaban sosial
11 3.
Masyarakat dan Pemerintahan, diharapkan bisa mampu merumuskan undang-undang
yang tepat
untuk pertanggungjawaban
sosial perusahaan, memberikan informasi tentang perusahaan, dan memberikan
kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Tanggung Jawab Sosial Corporate Social Responsibility
Defenisi mengenai tanggung jawab sosial corporate social
responsibility beragam-ragam. Seperti defenisi Corporate Social
Responsibility CSR yang dikemukakan oleh World Bank 2003 sebagai berikut:
“………. CSR is commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employes and their respresentatives,
the local community and society at large to improve quality of life, in way that are both good for business and good for development……….”
Yang dimaksud dalam defenisi ini alah CSR merupakan komitmen bisnis untuk berperan dalam pembangunan ekonomi yang dapat bekerja dengan
karyawan dan perwakilan mereka, masyarakat sekitar dan masyarakat yang lebih luas untuk memperbaiki kualitas hidup, dengan cara pengembangan
CSR menurut Sitepu 2009 adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap
lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi dibidang hukum.
Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan
13 mengenai kebijakan ekonomi, sosial dan lingkungan yang berpengaruh pada
kinerja organisasi dan produk yang dihasilkan. Menurut Tjahjono 2013 : 53 dua aspek tanggung jawab sosial, yaitu:
a. Memahami dan memperhitungkan secara teratur tidak hanya
pandangan dan minat orang, perusahaan, dan pihak-pihak lain yang terlibat, tetapi juga lingkungan yang lebih luas yang menjasi
tempat operasi bisnis itu;
b. Mengambil tindakan yang merangkul tanggung jawab yang
berada di pundak warga perusahaan dan, bilamana perlu, memperioritaskan area-area yang bisa menghadirkan dampak
besar.
Perubahan perundang-undangan terbaru yang mendukung CSR, antara lain yaitu: perundang-undangan anti korupsi, pengungkapan oleh
perwakilan dana pensiun tentang “sejauh mana isu sosial, lingkungan dan
etika dipertimbangkan dalam memilih, menjaga dan mewujudkan investasi”, pelaporan CSR wajib, tanggung jawab direktur untuk
mengenali “pentingnya hubungan dengan karyawan, pemasok, pelanggan, dan sebagainya, perlunya menjaga-repurtasi standar perilaku bisnis yang
tinggi dan dampak kebijakan direktur bagi masyarakat dan lingkungan. Dalam upaya penyelengaraan kesejateraan sosial yang terdapat dalam
Pasal 32 UU No. 11 Tahun 2009, yaitu sumberdaya manusia, sarana dan prasarana dan sumber pendanaan.
Pemerintah juga mengeluarkan peraturan mengenai tanggung jawab sosial, yang diatur dalam Undang-Undang R.I. No. 40 tahun 2007
pasal 74 tentang “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan” yang berisi Adikara, 2011:
14 1.
Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan 2.
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana yang dilakukan pada ayat 1 merupakan kewajiban Perseroan yang
dianggarkan dan dihitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan
kewajiban.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintahan. Perusahaan dianggap bertanggung jawab secara sosial merupakan
secara sadar mengarahkan kegiatan bisnisnya pada penciptaan ketiga dimensi nilai; profit, people, dan planet. Secara konsisten mendorong
keseimbangan tiga sektor utama yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Pentingnya kaitan antara ketiga aspek tersebut menjadikan triple bottom
line dijadikan strategi bisnis. Untuk mencapai keseimbangan antara ketiga aspek secara maksimal harus didukung oleh adanya kerjasama yang
bersifat membangun. Baik dalam elemen sosial, pemerintah bisnis dan masyarakat sipil.
Menurut Indriani 2010, cara pandang perusahaan melaksanakan CSR umumnya diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu:
a. Sekedar basa basi dan keterpaksaan. CSR diterapkan lebih karena
tekanan faktor eksternal. b.
Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban compimance. CSR diimplementasikan karena memang ada regulasi, hokum dan aturan
yang memaksanya. c.
Bukan lagi sekedar kewajiban, tetapi lebih dari sekedar kewajiban beyond compliance. CSR diimplementasikan karena memang ada
dorongan yang tulus dari dalam internal driven. Perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan
15 ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya,
melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Etika bisnis yang berasal dari motif laba ada versi lemah dan versi kuat. Versi lemah adalah etika motif laba yang berasal dari inisiatif
perusahaan dan menawarkan kepada masyarakat, sedangkan versi kuat adalah motif laba yang berasal dari inisiatif masyarakat atau stakeholder.
Prinsip stakeholder adalah bisnis harus mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan bisnis, pemasok, termasuk
karyawan, kreditur, pelanggan, pemerintah, komunitas dan kompetitor. Tujuan etika bisnis yang umum diterapkan dalam organisasi adalah:
a. Menghindari pelanggaran hukum pidana dalam pekerjaan.
b. Menghindari tindakan yang dapat mengakibatkan gugatan hokum
perdata terhadap perusahaan. c.
Menghindari tindakan yang berkaitan buruk bagi citra perusahaan. Rees McBain 2007 : 58 mengungkapkan tren kearah
akuntabilitas hukum terutama di area hak asasi manusia. Pada juli 2000, P
BB meluncurkan “Global Compact Initiative” yang akan digunakan untuk menjalin hubungan dengan perusahaan-perusahaan. Program ini
dirancangkan nilai-nilai inti di bidangnya menurut Ress dan McBain 2007 : 55, yaitu:
a. Hak asasi manusia – menghargai hak-hak asasi manusia
sebagaimana tertuang dalam Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia.
b. Standart kerja – menjunjung tinggi kebebasan berkumpul dan
tawar-menawar kolektif, tidak memperkerjakan anak di bawah umur, atau tenaga kerja paksa, dan tidak melakukan
16 diskriminasi atas dasar ras, agama, jenis kelamin, dan asal-usul
etnis. c.
Lingkungan – menerapkan prinsip kehati-hatian, memajukan tanggung jawab lingkungan, dan mendorong pengembangan
teknologi yang ramah lingkungan.
Dalam menjalankan etika dalam bisnis harus melakukan tiga jenis motif, yaitu: motif laba, motif hukum dan motif moral. Motif laba, ketika
perusahaan melakukan kebaikan etika maka salah satu motivasi perusahaan adalah laba. Dalam motif hukum, perusahaan melakukan atau
menjalankan bisnis dengan etika karena takut ditindak secara hukum. Motif moral, melihat perusahaan melakukan kegiatan bisnis dengan etika
yang baik karena ingin melakukan kebaikan. Menurut Urip 2010 Lima prinsip moral yang disarankan para ahli,
yakni sebagai berikut : a.
Harm principle prinsip bahaya: bisnis seharusnya menghindari sesuatu yang dapat mendatangkan bahaya,
b. Fairness principle prinsip keadilan: bisnis seharusnya adil
dalam semua praktiknya, c.
Human right principle prinsip hak asasi manusia: bisnis harus menghargai hak asasi manusia,
d. Autonomy principle prinsip otonomi: bisnis seharusnya tidak
melanggar pilihan orang, e.
Veracity principle prinsip kebenaran: bisnis seharusnya tidak melakukan penipuan.
Manfaat dari tanggung jawab sosial sosial yang dibuat perusahaan sangat penting buat perkembangan perusahaan kedepan. Ada beberapa
manfaat dalam tanggung jawab sosial, yaitu sebagai berikut: a.
Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial b.
Mereduksi resiko sosial perusahaan c.
Membuka peluang pasar yang lebih luas
17 d.
Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah e.
Memperbaiki hubungan dengan stakeholders f.
Melebarkan akses sumber daya bagi operasional perusahaan g.
Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan h.
Memperbaiki hubungan dengan regulator i.
Peluang mendapat penghargaan j.
Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan
Banyak yang salah dalam pembuatan atau pelaksanaan dari program pertanggungjawaban sosial. Sehingga, banyak program
pertanggungjawaban sosial tidak sampai manfaatnya bagi lingkungan atau masyarakkat sekitar perusahaan. Ada beberapa ciri-ciri program CSR yang
baik, yaitu: a.
Terpadu dan menjadi bagian kegiatan operasi bisnis. b.
Perbaikan berkesinambungan melalui pengawasan, pelaporan dan evaluasi.
c. Menghasilkan manfaat berkelanjutan.
d. Hanya akan berkelanjutan apabila peningkatan kompetensi dan
pemberdayaan masyarakat dilakukan secara terus-menerus, dengan didukung oleh prasarana yang dibutuhkan.
e. Menyediakan pemecahan masalah yang saling menguntungkan
win-win.
18
2.1.2. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Corporate Social
Responsibility Disclosure
Pengungkapan atau
disclosure menurut
Politon Rustiyaningsih2013 adalah penyajian sejumlah informasi yang
dibutuhkan untuk mengoperasi secara optimal pasar modal yang efisien. Dalam interpretasi yang lebih luas, pengungkapan terkait dengan informasi
baik yang terdapat dalam laporan keuangan maupun komunikasi tambahan supplementary communication yang terdiri dari catatan kaki, informasi
tentang kejadian setelah tanggal laporan, analisis manajem atas operasi perusahaan di masa dating, prakiraan keuangan operasi, serta informasi
lainnya Sitepu, 2009. Pengunkapan tersebut ditujukan pada tanggung jawab sosial perusahaan yang dimana pengungkapan informasi CSR pada
laporan tahuan entitas bisnis berdampak positif, yaitu manfaat jangka panjang bagi perusahaan kedepannya.
Pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan pada umumnya masih bersifat voluntary suka rela, unregulated tidak dipengaruhi
peraturan tertentu, dan unaudited belum diaudit. Oleh karena itu, entitas bisnis yang dikelola oleh manajer yang memiliki pandangan filosofi
manajerial yang berbeda dan keluasan yang berkaitan dengan pengungkapan informasi yang tidak diwajibkan oleh badan penyelenggara
pasar modal. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga
disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting atau corporate social responsibility merupakan proses
19 pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi
organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Pengungkapan tanggung jawab sosial
dapat diukur dengan proksi Corporate Social Responsibility Disclosure Index CSRDI berdasarkan Global Reporting Initiatives GRI yang
diperoleh dari website www.globalreporting.org
indriani,2011. Hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan terdiri
dari lima, yaitu: a.
Lingkungan, meliputi pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau perbaikan terhadap kerusakan terhadap lingkungan, conservasi alam,
dan pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan. b.
Sumber daya manusia, meliputi aktivitas di dalam suatu komunitas, dalam kaitan dengan pelayamam kesehatan, pendidikan dan seni.
c. Energi, meliputi konservasi anergi, efesiensi energi dan lain-lain.
d. Produk, meliputi, keamanan, pengurangan polusi dan lain-lain.
e. Praktek bisnis yang wajar, meliputi, pemberdayaan terhadap minoritas
dan perempuan, dukungan terhadap usaha minoritas dan tanggung jawab sosial.
Akuntansi pertanggung jawaban sosial Social Responsibility Accounting menurut Sitepu 2009 adalah akuntansi yang memerlukan
adanya laporan mengenai terlaksananya pertanggungjawab sosial perusahaan.
20
2.1.3. Landasan Teori
Adapun teori yang mendasari pengungkapan tanggung jawab sosial dalam penelitian ini adalah teori agensi dan teori legitimasi.
2.1.3.1. Teori Agensi
Teori agensi menjelaskan potensi konflik kepentingan diantara berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan.
Konflik ini terjadi dikarenakan perbedaan tujuan dari masing- masing pihak berdasarkan posisi dan kepentingan terhadap
perusahaan Indriani, 2011. Prinsip utama teori agensi merupakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang
prinsipal yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang agen yaitu manajer entitas bisnis. Hubungan keagenan merupakan
suatu kontrak dimana seseorang atau lebih prinsipal melibatkan orang lain agen untuk melakukan beberapa layanan atas nama
mereka yang melibatkan mendelegasikan sebagian kewenangan pengambilan keputusan kepada agen.
Teori agensi mempunyai kaitan dengan teori akuntansi positif yang mempunyai tujuan untuk menjelaskan dan
memprediksi praktik
akuntansi. Teori
akuntansi positif
menggunakan asumsi sebagai berikut Indriani, 2011: a.
Manajer mengambil tindakan untuk memaksimumkan nilai perusahaan.
b. Manajer memiliki kebebasan untuk memilih metode
akuntansi yang memaksimumkan keputusan mereka atau mengubah kebijakan produksi, investasi dan pendanaan
perusahaan untuk memaksimumkan keputusan mereka.
21 c.
Manajer, investor, kreditur, dan individu lain bersikap rasional dan berusaha memaksimalkan keputusan.
2.1.3.2. Teori Legistimasi
Menurut Adikara 2011 menjelaskan bahwa teori legitimasi sangat bermanfaat dalam menganalisis perilaku
organisasi, karena teori legitimasi adalah hal yang paling penting bagi organisasi, batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-
norma dan nilai-nilai sosial dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan
memperhatikan lingkungan. Dasar pemikiran teori ini adalah perusahaan atau organisasi
akan terus berkelanjutan keberadaannya jika masyarakat menyadari bahwa organisasi beroperasi untuk sistem nilai yang sepadan
dengan system nilai masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini, perusahaan dan perusahaan memiliki kontrak
sosial yang berisi sejumlah kewajiaban dan hak. Kontak sosial akan berubah sejalan dengan perubahan kondisi mayarakat. Akan
tetapi, walaupun ada perubahan yang terjadi, kontrak sosial tetaplah merupakan dasar bagi legistimasi bisnis. Legistimas
adalah keadaan psikologi keberpihakan seseorang dan kelompok yang sangat peka terhadap gejala lingkungan sekitarnya, baik
secara fisik maupun nonfisik. Hasil penelitian di atas menjelaskan bahwa legitimasi
perusahaan dapat ditingkatkan melalui tanggung jawab sosial
22 perusahaan CSR. Untuk itu, pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan diperlukan untuk mendapatkan nilai positif dan legitimasi dari masyarakat.
2.1.4. Karakteristik Perusahaan yang Mempengaruhi Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial
Karakteristik perusahaan
dapat menjelaskan
variasi luas
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Karakteristik perusahaan merupakan prediktor luas pengungkapan Sitepu 2009 Dalam penelitian
ini, karakteristik perusahaan yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial adalah leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan, profil
perusahaan dan ukuran dewan komisaris.
2.1.4.1. Leverage
Leverage adalah penggunaan sumber daya memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan
keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang
saham Herdiani, 2012. Perusahaan yang mempunyai proporsi hutang lebih besar, maka perusahaan dengan leverage yang tinggi
mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi kebutuhan informasi krediturnya Indriani, 2011. Leverage operasi merupakan
meningkatknya sumbangan biaya produksi tetap terhadap total biaya operasi pada berbagai tingkat penjualan.
Rasio ini merupakan struktur yang menyangkut struktur keuangan perusahaan. Struktur keuangan merupakan bagaimana
23 perusahaan mendanai aktivitasnya. Aktivitas perusahaan ditandai
dengan modal pemegang saham dan hutang jangka pendek. Variabel leverage dalam penelitian ini menggunakan Debt
Equity Ratio DER. Adapun jenis-jenis leverage antara lain Kasmir, 2010:
1. Debt to Equity Ratio DER
2. Debt to Aset Ratio
3. Long Term Debt to Equity Ratio
4. Times Interst Earned
5. Fixed Change Coverage
Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak
informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi
2.1.4.2. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi
bebas dan
fleksibel untuk
mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham Sitepu,
2009. Semakin tinggi tingkat profitabilitas dari perusahaan, maka semakin besar pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Variabel profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Return On Aset ROA.
Tanpa adanya keuntungan profit, perusahaan akan kesulitanuntuk menarik modal dari luar. Dalam melakukan analisis
pada perusahaan, bisa dilakukan dengan menganalisis laporan
24 keuangan perusahaan, dengan menggunakan anaisis rasio
keuangan. Rasio profitabilitas terdiri atas dua, yaitu: a.
Rasio profitabilitas yang berkaitan dengan penjualan. b.
Rasio profitabilitas yang berkaitan dengan investasi. Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan
maupun pihak luar perusahaan, yaitu: a.
Untuk menghitung atau mengukur laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode.
b. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu
c. Untuk mengukur produktifitas seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal sendiri maupun modal pinjaman. d.
Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang
e. Untuk mengukur produktifitas dari seluruh dana perusahaan
yang digunakan baik modal sendiri atau tujuan lainnya. f.
Untuk menilai laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Berdasarkan teori legistimasi, argumen dalam hubungan
profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial adalah saat perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan
menganggap tidak perlu melaporkan hasil kinerja perusahaannya karena akan mengganggu informasi pada kesuksesan keuangan
perusahaan. Sedangkan, pada tingkat profitabilitas rendah,
25 perusahaan berharap para pengguna laporan keuangan akan
membaca ”good news” kinerja perusahaan.
2.1.4.3. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam
laporan tahunan perusahaan. Semakin besar ukuran perusahan yang dimiliki perusahaan berarti semakin besar aktiva yang bisa
dijadikan jaminan untuk memperoleh utang sehingga struktur modal akan meningkat. Hal ini berkaitan dengan teori
agresi,dimana perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas
untuk mengurangi biaya keagenan tersebut Safitri, 2011. Skala ukuran perusahaan dapat mempengaruhi luas
pengungkapan informasi dalam laporan keuangan mereka. Maka, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi sosial atau
tanggung jawab sosial lebih banyak daripada perusahaan kecil. Secara teoritis perusahaan besar merupakan entitas bisnis yang
tidak lepas dari resiko tekanan politis yang lebih besar dibandingkan perusahaan kecil.
Ukuran perusahaan diatur dalam UU RI NO.20 Tahun 2008. Peraturan tersebut menjelaskan 4 jenis ukuran perusahaan
yang dapat dinilai dari jumlah penjualan dan asset yang dimiliki
26 oleh perusahaan. Empat jenis ukuran perusahaan sesuai dengan UU
RI NO.20 Tahun 2008 antara lain Indriani, 2011: a.
Perusahaan dengan usaha ukuran mikro, yaitu memiliki kekayaan bersih ≤ Rp50.000.000,- tidak termasuk tanah
dan bangunan dan memiliki jumlah penjualan ≤ Rp. 300.000.000,-.
b. Perusahaan dengan usaha ukuran kecil, yaitu memiliki
kekayaan bersih Rp. 50.000.000,- sampai Rp. 500.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan serta memiliki jumlah
penjualan Rp. 300.000.000,- sampai dengan Rp. 2.500.000.000,-.
c. Perusahaan dengan usaha ukuran menengah, yaitu memiliki
kekayaan bersih
Rp. 500.000.000,-
sampai Rp.
10.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan serta memiliki jumlah penjualan Rp. 2.500.000.000,- sampai
dengan Rp.50.000.000.000,-.
d. Perusahaan dengan usaha ukuran besar, yaitu memiliki
kekayaan bersih ≥ Rp. 10.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan serta memiliki jumlah penjualan ≥ Rp.
50.000.000.000,-.
Dikaitkan dengan teori agensi, dimana perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan
mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut Sitepu, 2011. Perusahaan lebih yang besar
pengaruhnya terhadap masyarakat akan memiliki pemegang saham yang mungkin memperhatikan program sosial yang dibuat
perusahaan danlaporan
tahunan akan
digunakan untuk
menyebarkan informasi tentang tanggung jawab sosial tersebut.
2.1.4.4. Profil Perusahaan
Profil adalah salah satu perbedaan karakteristik yang digunakan untuk menguji pengungkapan sosial. Profil ini terdiri
dari dua jenis yaitu high-profile dan low-profile. Perusahan high-
27 profil sebagai perusahaan yang memiliki consumer visibility, yang
memiliki tingkat resiko politik dan kompetisi yang tinggi Adikara, 2011. Profil yang high-profile memiliki kecenderung lebih banyak
dalam melakukan pengungkapan sosial daripada industri yang low- profile. Adikara, 2011
Menurut Yulfaida, 2012 dalam menyatakan bahwa kegiatan ekonomi perusahaan yang memodifikasi lingkungan,
seperti industri pertambangan lebih banyak mengungkapkan informasi tentang dampak lingkungan mereka dibanding
perusahaan jenis industri lain.
2.1.4.5. Ukuran Dewan Komisaris
Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, semakin besar jumlah anggota dewan komisaris maka akan semakin mudah untuk
mengendalikan dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Dewan komisaris merupakan wakil shareholder didalam
suatu entitas yang berbadan hukum perseroan terbatas. Selain sebagai wakil shareholder, dewan komisaris memiliki tugas untuk
mengawasi, memberikan pengarahan pada pengelola perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen direksi, dan bertanggung-
jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan, serta menyelenggarakan
pengendalian intern perusahaan.
28 Fungsi
dewan komisaris
merupakan mengawasi
pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen direksi dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah
manajemen memenuhi
tanggung jawab
mereka dalam
mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan.
Teori agensi telah digunakan secara luas dalam penelitain tentang dewan komisaris karena manajemen dengan tugas yang
besar maka dibutuhkan dewan komisaris yang banyak untuk mengawasi kegiatan manajemen. Hal ini dilakukan dengan
membagi dua tipe anggota dewan komisaris, yaitu: outside dan inside directors.
2.1.5. Perusahaan Manufaktur
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mengelola persediaan bahan baku menjadi barang jadi dan memerlukan perlakuan
akuntansi untuk persediaan mulai dari persediaan barang jadi, pesediaan barang dalam proses dan persediaan bahan baku. Harga pokok penjualan
setiap produk yang dihasilkan terdiri dari biaya overhead pabrik, biaya bahan baku dan upah harus dihitung dalam perusahaan manufaktur.
Perusahaan manufaktur melakukan aktivitas produksi sehingga disebut dengan harga pokok produksi. Elemen-elemen yang ada dalam
biaya produksi menurut Hermawan2008 : 160, yaitu: 1.
Biaya bahan langsung adalah biaya bahan yang digunakan dan menjadi bagian dari produk jadi.
29 2.
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang terlibat dalam proses mengubah bahan langsung menjadi
barang jadi. 3.
Biaya overhead pabrik BOP adalah biaya-biaya produksi yang tidak termasuk biaya bahan langsung dan tenaga kerja
langsung.
Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Namea
Peneliti Judul
Penelitian Pengukuran
Variabel Hasil Penelitaian
1. Andre
Christia n Sitepu
2009 Faktor-faktor
yang Mempengaruh
i Pengugkapan Informasi
Sosial
dalam Laporan
Tahunan Pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia
Variabel Independen:
Ukuran Perusahaan,
Finacial leverage, ukuran
perusahaan, dan profitabilitas.
Variabel Dependen:
Pengungkapan Informasi Sosial
Ukuran dewan komisaris dan
profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap jumlah informasi
sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan
perusahaan.
Sedangkan, tingkat
leverage dan
ukuran perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap jumlah informasi
sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan
peusahaanstudi
empiris pada
perusahaan manufaktur Bursa Efek
Jakarta tahun 2007 2.
Shinta Safitri
2010 Pengaruh
Karakteristik Perusahaan
Terhadap Penggungkapa
n
Tanggung Jawab Sosial
perusahaan Study Survey
pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia
Variabel independen:
Size of Board of Commissioners,
Institutional Ownership, dan
Company Size Variabel
dependen: Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial
Company size
dan institutional
ownership tidak
berpengaruh terhadap
pengungkapan tanggung
jawab sosial
perushaan. Sedangkan size of board commissioners
berpengaruh terhadap
pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan Studi
survey pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia
periode 2009
30
No Nama
Peneliti Judul
Penelitian Pengukuran
Variabel Hasil Penelitaian
3. Mahtalia
Indriani 2011
Analisis Pengaruh
Karakteristik Perusahaan
Terhadap Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan
Perbankan dan Lembaga
Keuangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia
Variabel independen:
ukuran perusahaan,
ukuran
komite audit,
profitabilitas dan
financial leverage.
Variabel dependen:
Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial. ukuran perusahaan, ukuran
komite audit,
dan profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap
pengungkapan tanggung
jawab sosial. Sedangkan, financial leverage tidak
berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan
tanggung jawab
sosial Studi ini dilakukan pada
Perusahaan Perbankan dan Lembaga Keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009.
4. Yoga
Nata Adikara
2011 Pengaruh
Karakteristik Perusahaan
Terhadap Penggung-
kapan Tanggung
Jawab Sosial dalam Laporan
Tahunan Perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Variabel
independen: ukuran
perusahaan, profil
perusahaan, profitabilitas,
proporsi kepemilkan
saham,
ukuran dewan komisaris
dan leverage Variabel
dependen: Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial
ukuran perusahaan size dan
profil perusahaan
berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial. Sedangkan, profitabilitas,
propoporsi kepemilikan
saham, ukuran
dewan komisaris dan leverage
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan Studi ini dilakukan dalam
Laporan Tahunan
Perusahaan yang terdaftar dalam
Bursa Efek
Indonesia tahun 2009
2.2. Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual berdasarkan uraian teoritis serta beberapa penelitian terdahulu, sehingga peneliti mengindikasikan leverage, profitabilitas, ukuran
perusahaan, profil perusahaan dan ukuran dewan komisaris sebagai variabel
31 independen penelitian yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan sebagai variabel dependen penelitian. Maka dapat dibagun kerangka pemikiran sebagai berikut:
Hipotesis 1
Hipotesis 2 Hipotesis 3
Hipotesis 4
Hipotesis 5
Hipotesis 6 X6
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual di atas menjelaskan hubungan secara parsial maupun simultan antara masing-masing variabel independen dan dependen. Penjelasan
dari gambar di atas adalah sebagai berikut:
1. Hubungan leverage terhadap pertanggungjawaban sosial
Leverage merupakan alat untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan semua kewajibannya kepada pihak lain.
Variabel Independent Leverage
X1 Profitabilitas
X2 UkuranPerusahaan
X3 Profil Perusahaan
X4 Ukuran Dewan
Komisaris X5
Variabel Dependent
Pertanggungjawaban Sosial
Y
32 Perusahaan mempunyai proporsi utang lebih banyak dalam struktur
pemodalannya akan mempunyai biaya keagenan yang lebih besar. Oleh sebab itu, perusahaan yang mempunyai leverage tinggi
mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi kebutuhan informasi krediturnya. Semakin tinggi tingkat leverage maka semakin besar pula
kemungkinan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Sehingga
upaya untuk meningkatkan laba maka manajer harus mengurangi biaya-biaya
termasuk biaya
untuk pengungkapan
pertanggungjawaban sosial. Keputusan untuk mengungkapkan informasi sosial akan
mengikuti suatu pengeluaran untuk pengungkapan yang menurunkan pendapatan. Dan menurut beberapa penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Sitepu 2009, Adikara 2011 dan Indiani 2011 menemukan hasil bahwa tingkat leverage tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertanggungjawaban sosial perusahaan.
2. Hubungan profitabilitas terhadap pertanggungjawaban sosial
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu entitas bisnis untuk menghasilkan laba dalam meniingkatkan nilai pemegang saham.
Profitabilitas juga merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggung-
jawaban sosial kepada pemegang saham, sehingga semakin besar
33 perusahaan maka semakin besar pula penggungkapan informasi
pertanggungjawaban sosial perusahaan. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Sitepu
2009 dan Indriani 2011 menyatakan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, sedangkan
menurut Adikara
2011 tidak
berpengaruh terhadap
pertanggungjawaban sosial perusahaan.
3. Hubungan ukuran perusahaan terhadap pertanggungjawaban
sosial
Ukuran perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan.
Perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disoroti oleh masyarakat luas, sehingga pengungkapan yang lebih banyak entitas
bisnis maka merupakan bagian dari pengurangan biaya tekanan politis sebagai wujud tanggung jawab sosial entitas. Perusahaan besar tidak
akan lepas dari tekanan, aktivitas operasi dan pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat yang mungkin akan memiliki pemegang
saham yang memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan akan
semakin luas. Sehingga program tanggung jawab sosial perusahaan juga semakin diungkapkan dalam laporan tahunan. Oleh sebab itu
perusahaan dituntut untuk menggungkapkan tanggung jawab sosialnya.
34 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sitepu 2009 dan
Safitri 2010 ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pertanggungjawaban sosial. Sedangkan, menurut Indriani
2011 dan Adikara 2011 ukuran perusahaan size berpengaruh signifikan terhadap pertanggungjawaban sosial perusahaan. Terdapat
ketidak konsistenan dalam penelitian sebelumnya. Akan tetapi, penelitian ini menggunakan total asset yang dimiliki perusahaan
sebagai proksi dari ukuran perusahaan sebagai pariabel independen. 4.
Hubungan profil perusahaan terhadap pertanggungjawaban sosial
Perusahaan yang berorientasi pada konsumen diperkirakan akan memberikan informasi mengenai informasi pertanggungjawaban
sosial karena hal ini akan mengangkat image perusahaan dan mempengaruhi penjualan. Adikara 2011 bahwa profil perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa profil perusahaan berpengaruh terhadap pertanggungjawaban sosial.
5. Hubungan
ukuran dewan
komisaris terhadap
pertanggungjawaban sosial
Dewan komisaris berfungsi sebagai untuk mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen direksi
dan bertanggung-jawab untuk menentukan apakah manajemen dereksi memenuhi tanggung jawab mereka dalam menyelenggaraka dan
35 mengembangkan penelitian intern perusahaan. Dengan wewenwng
yang dimiliki oleh dewan komisaris dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk menekan manajemen agar mengungkapkan informasi
CSR lebih lengkap, sehingga dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran dewan komisaris yang lebih besar akan lebih banyak
mengungkapkan CSR. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Sitepu
2009 ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Adikara 2011 ukuran dewan komisaris dan tidak berpengaruh signifikan terhadap pertanggungjawaban sosial perusahaan.
6. Hubungan leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan, profil
perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pertanggungjawaban sosial
Secara simultan, leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan, profil perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap
pertanggungjawaban sosial. Pada dekade terakhir, pertumbuhan kesadaran public terhadap peran perusahaan semakin meningkat. Hal
ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan yang dianggap telah member kontribusi bagi kemajuan ekonomi dan teknologi tetapi
perusahaan tersebut mendapat kritik karena telah menciptakan masalah sosial. Limbah, polusi, penyusutan sumber daya, keamanan produk,
dan status karyawan merupakan isu-isu yang menjadi perhatian saat ini
36 terus meningkat. Hal ini melahirkan akuntansi sosial ekonomi yang
merupakan suatu hasil upaya untuk mengakomodasi kebutuhan perusahaan dalam melakukan pertanggungjawaban sosial kepada
masyarakat dari sebuah perusahaan. Pengungkapan mengandung arti bahwa laporan keuangan harus
memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Perusahaan yang memberi informasi
pertanggungjawaban sosial akan menambah nilai perusahaan. Bukan hanya untuk membuat perusahaan semakin dikenal masyarakat luas
dengan kegiatan sosial yang dibuat perusahaan tersebut dan membantu penjualan produk, tetapi juga untuk menjaga lingkungan.
2.3. Hipotesis