12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Tanggung Jawab Sosial Corporate Social Responsibility
Defenisi mengenai tanggung jawab sosial corporate social
responsibility beragam-ragam. Seperti defenisi Corporate Social
Responsibility CSR yang dikemukakan oleh World Bank 2003 sebagai berikut:
“………. CSR is commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employes and their respresentatives,
the local community and society at large to improve quality of life, in way that are both good for business and good for development……….”
Yang dimaksud dalam defenisi ini alah CSR merupakan komitmen bisnis untuk berperan dalam pembangunan ekonomi yang dapat bekerja dengan
karyawan dan perwakilan mereka, masyarakat sekitar dan masyarakat yang lebih luas untuk memperbaiki kualitas hidup, dengan cara pengembangan
CSR menurut Sitepu 2009 adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap
lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi dibidang hukum.
Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan
13 mengenai kebijakan ekonomi, sosial dan lingkungan yang berpengaruh pada
kinerja organisasi dan produk yang dihasilkan. Menurut Tjahjono 2013 : 53 dua aspek tanggung jawab sosial, yaitu:
a. Memahami dan memperhitungkan secara teratur tidak hanya
pandangan dan minat orang, perusahaan, dan pihak-pihak lain yang terlibat, tetapi juga lingkungan yang lebih luas yang menjasi
tempat operasi bisnis itu;
b. Mengambil tindakan yang merangkul tanggung jawab yang
berada di pundak warga perusahaan dan, bilamana perlu, memperioritaskan area-area yang bisa menghadirkan dampak
besar.
Perubahan perundang-undangan terbaru yang mendukung CSR, antara lain yaitu: perundang-undangan anti korupsi, pengungkapan oleh
perwakilan dana pensiun tentang “sejauh mana isu sosial, lingkungan dan
etika dipertimbangkan dalam memilih, menjaga dan mewujudkan investasi”, pelaporan CSR wajib, tanggung jawab direktur untuk
mengenali “pentingnya hubungan dengan karyawan, pemasok, pelanggan, dan sebagainya, perlunya menjaga-repurtasi standar perilaku bisnis yang
tinggi dan dampak kebijakan direktur bagi masyarakat dan lingkungan. Dalam upaya penyelengaraan kesejateraan sosial yang terdapat dalam
Pasal 32 UU No. 11 Tahun 2009, yaitu sumberdaya manusia, sarana dan prasarana dan sumber pendanaan.
Pemerintah juga mengeluarkan peraturan mengenai tanggung jawab sosial, yang diatur dalam Undang-Undang R.I. No. 40 tahun 2007
pasal 74 tentang “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan” yang berisi Adikara, 2011:
14 1.
Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan 2.
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana yang dilakukan pada ayat 1 merupakan kewajiban Perseroan yang
dianggarkan dan dihitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan
kewajiban.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintahan. Perusahaan dianggap bertanggung jawab secara sosial merupakan
secara sadar mengarahkan kegiatan bisnisnya pada penciptaan ketiga dimensi nilai; profit, people, dan planet. Secara konsisten mendorong
keseimbangan tiga sektor utama yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Pentingnya kaitan antara ketiga aspek tersebut menjadikan triple bottom
line dijadikan strategi bisnis. Untuk mencapai keseimbangan antara ketiga aspek secara maksimal harus didukung oleh adanya kerjasama yang
bersifat membangun. Baik dalam elemen sosial, pemerintah bisnis dan masyarakat sipil.
Menurut Indriani 2010, cara pandang perusahaan melaksanakan CSR umumnya diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu:
a. Sekedar basa basi dan keterpaksaan. CSR diterapkan lebih karena
tekanan faktor eksternal. b.
Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban compimance. CSR diimplementasikan karena memang ada regulasi, hokum dan aturan
yang memaksanya. c.
Bukan lagi sekedar kewajiban, tetapi lebih dari sekedar kewajiban beyond compliance. CSR diimplementasikan karena memang ada
dorongan yang tulus dari dalam internal driven. Perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan
15 ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya,
melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Etika bisnis yang berasal dari motif laba ada versi lemah dan versi kuat. Versi lemah adalah etika motif laba yang berasal dari inisiatif
perusahaan dan menawarkan kepada masyarakat, sedangkan versi kuat adalah motif laba yang berasal dari inisiatif masyarakat atau stakeholder.
Prinsip stakeholder adalah bisnis harus mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan bisnis, pemasok, termasuk
karyawan, kreditur, pelanggan, pemerintah, komunitas dan kompetitor. Tujuan etika bisnis yang umum diterapkan dalam organisasi adalah:
a. Menghindari pelanggaran hukum pidana dalam pekerjaan.
b. Menghindari tindakan yang dapat mengakibatkan gugatan hokum
perdata terhadap perusahaan. c.
Menghindari tindakan yang berkaitan buruk bagi citra perusahaan. Rees McBain 2007 : 58 mengungkapkan tren kearah
akuntabilitas hukum terutama di area hak asasi manusia. Pada juli 2000, P
BB meluncurkan “Global Compact Initiative” yang akan digunakan untuk menjalin hubungan dengan perusahaan-perusahaan. Program ini
dirancangkan nilai-nilai inti di bidangnya menurut Ress dan McBain 2007 : 55, yaitu:
a. Hak asasi manusia – menghargai hak-hak asasi manusia
sebagaimana tertuang dalam Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia.
b. Standart kerja – menjunjung tinggi kebebasan berkumpul dan
tawar-menawar kolektif, tidak memperkerjakan anak di bawah umur, atau tenaga kerja paksa, dan tidak melakukan
16 diskriminasi atas dasar ras, agama, jenis kelamin, dan asal-usul
etnis. c.
Lingkungan – menerapkan prinsip kehati-hatian, memajukan tanggung jawab lingkungan, dan mendorong pengembangan
teknologi yang ramah lingkungan.
Dalam menjalankan etika dalam bisnis harus melakukan tiga jenis motif, yaitu: motif laba, motif hukum dan motif moral. Motif laba, ketika
perusahaan melakukan kebaikan etika maka salah satu motivasi perusahaan adalah laba. Dalam motif hukum, perusahaan melakukan atau
menjalankan bisnis dengan etika karena takut ditindak secara hukum. Motif moral, melihat perusahaan melakukan kegiatan bisnis dengan etika
yang baik karena ingin melakukan kebaikan. Menurut Urip 2010 Lima prinsip moral yang disarankan para ahli,
yakni sebagai berikut : a.
Harm principle prinsip bahaya: bisnis seharusnya menghindari sesuatu yang dapat mendatangkan bahaya,
b. Fairness principle prinsip keadilan: bisnis seharusnya adil
dalam semua praktiknya, c.
Human right principle prinsip hak asasi manusia: bisnis harus menghargai hak asasi manusia,
d. Autonomy principle prinsip otonomi: bisnis seharusnya tidak
melanggar pilihan orang, e.
Veracity principle prinsip kebenaran: bisnis seharusnya tidak melakukan penipuan.
Manfaat dari tanggung jawab sosial sosial yang dibuat perusahaan sangat penting buat perkembangan perusahaan kedepan. Ada beberapa
manfaat dalam tanggung jawab sosial, yaitu sebagai berikut: a.
Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial b.
Mereduksi resiko sosial perusahaan c.
Membuka peluang pasar yang lebih luas
17 d.
Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah e.
Memperbaiki hubungan dengan stakeholders f.
Melebarkan akses sumber daya bagi operasional perusahaan g.
Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan h.
Memperbaiki hubungan dengan regulator i.
Peluang mendapat penghargaan j.
Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan
Banyak yang salah dalam pembuatan atau pelaksanaan dari program pertanggungjawaban sosial. Sehingga, banyak program
pertanggungjawaban sosial tidak sampai manfaatnya bagi lingkungan atau masyarakkat sekitar perusahaan. Ada beberapa ciri-ciri program CSR yang
baik, yaitu: a.
Terpadu dan menjadi bagian kegiatan operasi bisnis. b.
Perbaikan berkesinambungan melalui pengawasan, pelaporan dan evaluasi.
c. Menghasilkan manfaat berkelanjutan.
d. Hanya akan berkelanjutan apabila peningkatan kompetensi dan
pemberdayaan masyarakat dilakukan secara terus-menerus, dengan didukung oleh prasarana yang dibutuhkan.
e. Menyediakan pemecahan masalah yang saling menguntungkan
win-win.
18
2.1.2. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Corporate Social