Sebagai Inisiator Peran OHCHR di Myanmar

asset etnis Rohingya. Pembentukan tim investigasi ini sebagai respon atas kegagalan tim investigasi lokal yang dibentuk pemerintah.

B. Hambatan-hambatan OHCHR Dalam Menjalankan Tugas di Myanmar

Dalam hal ini, kegiatan atau peran OHCHR dalam menangani masalah Hak Asasi Manusia yang terjadi di Myanmar terutama pada etnis Rohingya, tentunya tidak berjalan seperti yang diharapkan, OHCHR dihadapkan berbagai hambatan, terutama dalam menghadapi sistem pemerintahan Myanmar yang masih dalam masa trasisi dari sistem otoriter. Berbagai hambatan yang dialami oleh Pelapor Khusus selama menjalankan misinya antara lain: 99 1. Dalam pelaksanaan tugas yang dijalankan OHCHR, sejak tahun 2000 pemerintah Myanmar selalu mengulur waktu jika tim Pelapor Khusus ingin melakukan pelaporan, identifikasi mengenai situasi HAM dan pelanggaran kemanusiaan yang terjadi pada etnis Rohingya serta dalam melakukan kunjungan untuk masuk ke wilayah Myanmar, terutama ke wilayah konflik di Arakan. 2. Tidak pahamnya pemerintah Myanmar baik di pusat maupun di daerah tentang standar dan prosedur hukum yang dijalani oleh PBB, sehingga menghambat masuknya OHCHR dan bantuan internasional lainnya seperti UNHCR dan OKI yang bertujuan untuk memberikan bantuan 99 Asrieyani, Dewi 2013 “Peran Office Of The High Commissioner For Human Right Dalam Penyelesaian Kasus Genosida Etnis Rohingya Di Myanmar 1978- 2012”, eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 1 2:42-50 kemanusiaan kepada masyarakat Rohingya yang telah menjadi korban atas pelanggaran kemanusiaan yang terjadi. Sejauh ini baru PMI saja yang berhasil masuk untuk memberikan bantuan kepada etnis Rohignya. 100 3. Adanya pembatasan akses bagi media internasional di wilayah Arakan oleh pemerintah Myanmar, yang dapat membantu pengumpulan informasi dan fakta terkini mengenai situasi HAM di wilayah tersebut. 101 4. Dan salah satu hambatan yang dirasa paling mendasar dalam membantu masalah etnis Rohingya adalah status warga negara etnis Rohingya itu sendiri yang tidak diakui oleh pemerintah Myanmar. Selain menutup ruang gerak etnis Rohingya, akses untuk mendatangi masyarakat Rohingya dan untuk mendekat ke wilayah Arakan pun seakan ditutup dan dihalangi. Walaupun dihadapkan dengan beberapa hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Pelapor Khusus dalam menjalankan tugasnya dilapangan, disisi lain perkembangan teknologi dan media sosial sangat membantu dalam menyebarluaskan berita tentang kasus HAM etnis Rohingya ke seluruh dunia. 102 Melalui media sosial seperti Facebook, Twitter dan Youtube, menunjukkan bahwa komitmen OHCHR dalam memperjuangkan hak asasi manusia di Myanmar terutama kepada etnis Rohingya sangat serius, tidak hanya sekedar menjalankan mandat. Seperti yang telah kita ketahui, konflik di Myanmar ini sudah terjadi sejak tahun 1942 dan bukti nyata dari peran media sosial itu dapat dilihat 100 Siti Ruyatul Munawwarah, “Peran Palang Merah Indonesia PMI Pada Konflik Rohingya di Myanmar Tahun 2012 ”, FISIP UIN 2013 101 Diakses dari http:www.dw.demandat-wakil-pbb-di-myanmar-dihentikan-junta-militera- 2933087 , tanggal 17 Juli 2014, pukul 14.00 wib 102 Ido Prijana Hadi, “Perkembangan Teknologi Komunikasi Dalam Era Jurnalistik Modern”, Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Vol. 3, No. 1, Januari 2009: 69 - 84 bagaimana di tahun 2012 perhatian seluruh dunia terhadap etnis Rohingya di Myanmar sangat tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. 103 Bagaimana gambaran situasi di Myanmar berupa foto atau video secara mudah dapat diakses melalui jaringan internet. Melalui akun resminya, OHCHR terus memperbaharui berita-berita mengenai situasi dan kondisi di Myanmar. 103 Ar is Pramono, “Peran UNHCR Dalam Menangani Pengungsi Myanmar Etnis Rohingya di Bangladesh periode 1978-2002 ”, FISIP UI, 2010 Contoh posting via Facebook 104 Contoh posting kampanye via Twitter 105 Dengan adanya penyebar luasan foto-foto dan video kekerasan dari OHCHR melalui media sosial, hasilnya terlihat dengan adanya respon positif dari 104 Diakses dari https:www.facebook.comunitednationshumanrights?rf=111418598910686 , tanggal 22 Juni 2014, pukul 20.00 WIB 105 Diakses dari http:twitter.comUNrightswire , tanggal 22 Juni 2014, pukul 21.00 WIB