Makanan Uji Grafik Glukosa Darah

25 Tabel 4.4 Nilai glycemic load makanan uji Makanan uji Nilai glycemic load Roti Keju 14.2 Roti Cokelat 26.3 Berdasarkan nilai glycemic load diatas, roti keju termasuk kategori sedang dan roti cokelat kategori tinggi. 22 Nilai glycemic load roti cokelat lebih tinggi dibandingkan roti keju, hal ini disebabkan jumlah karbohidrat dan gula yang lebih banyak serta jumlah lemak yang lebih sedikit dan tidak adanya pengaruh dari makanan berfermentasi pada roti cokelat dibanding roti keju. 33 Menurut data diatas, dianjurkan untuk pasien-pasien dengan diabetes melitus ataupun pra-diabetes untuk mengkonsumsi roti isi keju dibanding roti isi cokelat.

4.5 Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini terdapat beberapa hal yang menjadi keterbatasan penliti sehingga mempengaruhi proses dan hasil penelitian. Nilai indeks glikemik makanan uji dalam penelitian ini berdasarkan referensi, memungkinkan nilai indeks glikemik dan glycemic load kurang spesifik terhadap makanan uji dalam penelitian. Kemudian, peneliti sulit untuk melakukan pengawasan terhadap aktivitas fisik responden. 26 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil penelitian ini menunjukkan roti isi dengan nilai glycemic load tinggi adalah roti cokelat 26.3 kemudian roti keju masuk kategori sedang 14.2. 2. Makanan dengan nilai glycemic load tinggi memiliki kadar glukosa darah puncak lebih tinggi dibandingkan makanan dengan nilai glycemic load sedang.

5.2 Saran

1. Mengingat varian roti isi dan merek yang banyak di pasaran, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengklasifikasikan nilai indeks glikemik dan glycemic load sehingga didapatkan referensi yang lengkap. 2. Pemeriksaan kadar glukosa darah terhadap makanan sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali, agar mendapatkan hasil yang lebih presisi. 3. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, sebaiknya dilakukan penelitian nilai indeks glikemik makanan uji. 4. Dibutuhkan glukometer yang lebih baik agar didapatkan nilai yang lebih akurat. 27 DAFTAR PUSTAKA 1. Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H. Global Prevalence of Diabetes Estimates for The Year 2000 and Projections for 2030. Diabetes Care. 2004 May; 27: p. 1047-1051. 2. Ala Alwan. Global status report on non communicable diseases 2010. World Health Organization; 2011. Report No.: ISBN. 3. PERKENI. KONSENSUS PENGELOLAAN DAN PENCEGAHAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INDONESIA. In KONSENSUS PENGELOLAAN DAN PENCEGAHAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INDONESIA; 2011: www.perkeni.org. p. 1-3. 4. RI BPdPKK. RISET KESEHATAN DASAR 2013. Kemenkes RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2013. 5. Hammond K. Assessment: Dietary and Clinical Data. In Mahan LK, Stump SE. Krauses Food and Nutrition Therapy.: Saunders Elsevier; 2008. p. 384- 386. 6. Henry CJK, Lightowler HJ, Strik CM, Renton H, Hails S. Glycaemic index and glycaemic load values of commercially available products in the UK. British Journal of Nutrition. 2005 August; 90: p. 922. 7. Louie JCY, Buyken AE, Heyer K, Flood VM. Dietary glycaemic index and glycaemic load among Australian children and adolescent. British Journal of Nutrition. 2011 May; 106: p. 1273. 8. Nippon Indosari Corpindo, Tbk. Laporan Utama Nippon Indosari Corpindo, Tbk. Laporan Utama. , Equity Index Valuation Division; 2013. 9. Askari G, Heidari-Beni M, Broujeni MB, Ebneshahidi A, Amini M, Ghisvand R, et al. Effect of whole wheat bread consumption and white bread consumption on pre-diabetes patient. Pak J Med Sci. 2013; 1. 10. Gropper SS, Smith JL, Groff JL. Advance Nutrition and Human Metabolism. 5th ed.: Cengage Learning; 2009. 11. M. A. Konsumsi Pangan Masyarakat Indonesia Analisis Data SUSENAS