Tujuan Umum Tujuan Khusus

5

2.1.2 Indeks Glikemik

Indeks glikemik IG adalah nilai yang menunjukkan kemampuan suatu makanan yang mengandung karbohidrat dalam meningkatkan kadar glukosa darah. Jumlah karbohidrat makanan dalam pengukuran indeks glikemik ditentukan sejumlah 50 gram. Pengukuran indeks glikemik ialah dengan cara luas kurva makanan uji selama 2 jam setelah dikonsumsi dibagi dengan luas kurva makanan uji standar selama 2 jam setelah dikonsumsi dan dikalikan dengan angka 100. 10 Indeks glikemik pertama kali diperkenalkan oleh Jenkins pada tahun 1981 dengan tujuan untuk melakukan pengurutan makanan berdasarkan kemampuan makanan tersebut dalam meningkatkan kadar glukosa dalam darah dibandingkan dengan makanan standar. 12 Pada studi awalnya pengujian indeks glikemik menggunakan glukosa sebagai makanan uji standar, akan tetapi akhir-akhir ini digunakan roti putih sebagai makanan uji standar. Roti putih sebagai makanan uji memiliki nilai indeks glikemik 100 dengan roti putih sebagai makanan uji standar, sedangkan apabila glukosa menjadi makanan uji standar maka roti putih sebagai makanan uji memiliki nilai IG 71. 10 Kita dapat melihat efek yang ditimbulkan suatu makanan terhadap peningkatan kadar glukosa darah dan dapat membandingkan antara satu makanan dengan makanan yang lain secara kuantitatif. 10 Indeks glikemik tidak ditujukan untuk melihat seberapa cepat terjadinya peningkatan kadar glukosa darah setelah makan, karena puncak kadar glukosa dalam darah baik pada makanan dengan indeks glikemik tinggi maupun indeks glikemik rendah terjadi pada waktu yang hampir bersamaan. 13 6 Tabel 2.1. Klasifikasi nilai indeks glikemik 14 Klasifikasi indeks glikemik Nilai indeks glikemik Rendah 55 Sedang 55 – 70 Tinggi ≥ 70 Tabel 2.2. Faktor-faktor pada makanan yang mempengaruhi nilai IG 15 Faktor Mekanisme Contoh Makanan Tingkat gelatinisasi pati Semakin rendah tingkat gelatinisasi pati, semakin rendah laju pencernaan. Spaghetti, oatmeal Bentuk fisik makanan Lapisan fibrosa pada buncis dan biji-bijan, serta yang terdapat pada dinding sel berfungsi sebagai penghalang, memperlambat kerja enzim ke dalam pati tersebut. Roti gandum, polong-polongan, pasta yang dimasak sedang. Rasio amilosa dan amilopektin Semakin banyak makanan mengandung amilosa, semakin lambat laju pencernaan pati Nasi basmati, polong-polongan, tepung maizena Kadar serat Serat larut air meningkatkan kekentalan isi pencernaan dan memperlambat interaksi antara pati dan enzimnya. Tepung gandum halus memiliki laju pencernaan dan absorbsi yang cepat karena seratnya tidak kental. Buncis, buah apel, roti putih