Selain membuka unit pengumpul zakat di berbagai tempat, lembaga pengelola zakat dapat membuka kounter atau loket tempat pembayaran zakat di kantor atau
secretariat lembaga yang bersangkutan. Kounter atau loket tersebut harus dibuat yang representative seperti layaknya loket lembaga keuangan professional yang dilengkapi
dengan ruang tunggu bagi muzakki yang akan membayar zakat. c. Pembukaan rekening Bank,
Suatu kemudahan lain bagi para muzakki untuk membayar zakat dan juga kemudahan bagi lembaga- lembaga pengelola zakat dalam menghimpun dana zakat
dari para muzakki adalah dibukanya rekening pembayaran zakat, infaq dan sedekah di bank dan dipublikasikan secara luas kepada masyarakat.
41
2. Pola Pendayagunaan zakat,infaq, sedekah dan wakaf uang
Pendayagunaan, merupakan fungsi bagaimana dana yang telah terkumpul dapat
menghasilkan multimanfaat bagi si mustahik. Dalam hal ini berarti dana ZIS dan Wakaf Uang berorientasi pada usaha-usaha yang bersifat produktif, bukan hanya
untuk dikonsumsi saja. Sedangkan prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk usaha produktif, sebagaimana diatur pasal 29 Keputusan Mentri Agama
Republik Indonesia Nomor 581 tahun 1999 ditetapkan sebagai berikut ; a.
Melakukan studi kelayakan b.
Menetapkan jenis usaha produktif c.
Melakukan bimbingan dan penyuluhan
41
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Peny. Haji DEPAG RI, Manajemen Pengelolaan Zakat
, Jakarta : Ciputat Press, 2005 h. 31-33
d. Melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan
e. Mengadakan evaluasi
f. Membuat pelaporan
Pembagian atau pendayagunaan zakat, menurut Pedoman Pelaksanaan Zakat di DKI Jaya itu ditentukan sebagai berikut ;
a. Bersifat edukatif, produktif dan ekonomis agar para penerima zakat pada
suatu masa tidak memerlukan zakat lagi, bahkan diharapkan menjadi orang yang membayar zakat.
b. Untuk fakir miskin, muallaf, dan ibnu sabil, pembagian zakat itu
dititikberatkan pada pribadinya bukan pada lembaga hukum yang mengurusnya. Kebijaksanaan ini dilakukan agar unsur pendidikan yang
dikandung dalam pembagian zakat itu lebih kentara dan terasa. c.
Bagi kelompok amil, gharim, dan sabilillah. Pembagian dititikberatkan pada badan hukumnya atau kepada lembaga yang mengurus atau melakukan
aktivitas-aktivitas keislaman. d.
Dana-dana yang tersedia dari pengumpulan zakat itu yang belum dibagi atau diserahkan kepada para mustahiq dimanfaatkan untuk pembangunan dengan
jalan menyimpannya di bank pemerintah berupa giro, deposito atau sertifikat atas nama Badan Amil Zakat yang bersangkutan.
42
42
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Wakaf Jakarta : UI-Press, 1988 h.68-70
Bertitik-tolak dari nash al-Qur’an suarah at-Taubah 9 ayat 60 serta memperhatikan bobot permasalahan yang dihadapi oleh penerima zakat, Bazis DKI
Jaya membuat ketentuan umum yang merupakan kebijaksanaan pendayagunaan zakat ke dalam 4 sektor, yaitu ; 1 Sektor fakir miskin 35 dua puluh lima persen untuk
dana produktif dan sepuluh persen untuk dana konsumtif; 2 Sektor amil: 10 yang pelaksanaannya dialihkan ke sector fakir miskin dan sector sabilillah karena
amil sebagai pegawai negeri mendapat gaji dan subsidi dari APBD; 3 Sektor Muallaf,gharim dan Ibnussabil;
10 4 Sektor sabilillah: 45 dua puluh lima persen untuk bantuan fisik, lima belas persen pembinaan lembaga dakwah, dan lima
persen untuk bantuan sosial.
43
Pemanfaatan dan pendayagunaan alokasi dana zakat dapat digolongkan sebagai berikut
44
: a.
Konsumtif tradisional , zakat dimanfaatkan dan digunakan langsung oleh mustahik, untuk pemenuhan kebutuhan hidup.
b. Konsumtif kreatif, zakat yang diwujudkan dalam bentuk lain dari jenis barang
semula, misalnya beasiswa. c.
Produktif tradisional, yaitu zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang produksi, seperti sapi, mesin jahit.
d. Produksi Kreatif, yaitu pendayagunaan zakat diwujudkan dalam bentuk modal,
baik untuk membangun suatu proyek social maupun menambah modal pedagang untuk berwirausaha.
45
43
Ibid., h. 69
44
Depag RI, Pedoman zakat 9 seri Jakarta : Bagian proyek peningkatan zakat wakaf, 2002, h.243-244
Dari hasil penelitian atau laporan-laporan tentang pendayagunaan zakat yang ada selama ini, maka dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Dipergunakan untuk meringankan penderitaan masyarakat Pada umumnya zakat itu diberikan kepada fakir miskin atau asnaf lainnya dengan
tujuan untuk meringankan beban hidup sekelompok masyarakat mustahik. Zakat yang diberikan itu berupa materi, adakalanya berupa bahan makanan pokok dan ada
pula yang berupa uang. b. Dipergunakan untuk pembangunan dan usaha-usaha yang produktif
Hal ini sangat dirasakan manfaatnya bagi daerah-daerah pedesaan, daerah pertanian yang sangat bergantung pada musim kemarau biasanya terancam oleh paceklik.
Contoh-contoh yang dikemukakan di atas, memberikan gambaran bahwa pandangan keagamaan khususnya tentang zakat di beberapa daerah menunjukkan
adanya tahap kemajuan. Langkah-langkah yang ditempuh, dapat dikembangkan di tempat lain sesuai kondisi masyarakat setempat. Dan apabila pandangan itu telah
menyebar ke daerah-daerah lain, maka usaha untuk mendayagunakan zakat agar berfungsi sebagai amal ibadah dan konsep sosial tersebut dapat dikembangkan lebih
luas.
D. Teknologi Informasi