Pengolahan Data PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Tabel 5.4. Faktor dan Nilai Kelonggoran Faktor Kode Operasi A B C D E F G H Kelonggaran WC 1 6 1 7 4 2,5 20,5 WC 2 6 1 7 3 2,5 19,5 WC 3 6 1 7 3 2,5 19,5 WC 4 6 1 7 3 2,5 19,5 WC 5 6 1 7 3 2,5 19,5 WC 6 6 1 7 3 2,5 19,5 WC 7 6 1 7 3 2,5 19,5 WC 8 6 1 7 3 2,5 19,5 WC 9 6 1 7 3 2,5 19,5 WC 10 6 1 7,5 3 2,5 20 WC 11 6 1 7 3 2,5 19,5 WC 12 6 1 7,5 3 2,5 20 WC 13 6 1 7,5 3 2,5 20 WC 14 6 1 7 3 2,5 19,5

5.3. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan berdasarkan teori dan langkah – langkah yang telah dikemukakan sebelumnya, yaitu dengan cara sebagai berikut : 1. Membuat precedence diagram dari pengerjaan produk yang dilakukan 2. Membagi operasi dalam precedence diagram dalam beberapa wilayahregion 3. Menghitung waktu standar operasi, yaitu :  Pengujian keseragaman data  Pengujian jumlah pengamatan yang dibutuhkan N  Penentuan waktu terpilih  Menentukan performance rating  Menentukan kelonggaran allowance Universitas Sumatera Utara  Menentukan waktu standar 4. Menentukan waktu siklus 5. Mengelompokkan elemen – elemen kerja ke dalam bentuk tabel berdasarkan pembagian wilayah region pada precedence diagram

6. Menentukan stasiun kerja untuk setiap elemen kerja

7. Menentukan hubungan atau relasi antar stasiun kerja

8. Menentukan Balance Delay, Effesiensi Lintasan dan Smoothness Index.

5.3.1. Menghitung Waktu Standar Operasi

Setelah waktu proses pembuatan matras spring bed dikumpulkan, maka dapat dilakukan perhitungan waktu standar operasi agar diperoleh hasil waktu yang akurat. Langkah-langkah pengolahan data untuk perhitungan waktu standar operasi pada proses perakitan adalah sebagai berikut : 1. Perhitungan waktu rata-rata dari pengamatan N Xi X   dimana : N = 12 12 848 , 112  X = 9,404 2. Hitung standar deviasi sebenarnya   1 2 1     N X X  Universitas Sumatera Utara         1 12 404 , 9 426 , 9 ... 404 , 9 327 , 9 404 , 9 344 , 9 404 , 9 507 , 9 2 2 2 2            11 0604 ,   = 0,074 3. Tentukan batas kontrol atas BKA dan batas kontrol bawah BKB Untuk tingkat kepercayaan 95 dan tingkat ketelitian 5, maka perhitungannya adalah: Batas kontrol atas BKA = X + 2  = 9,404 + 2 0,074 = 9,552 Batas kontrol bawah BKB = X – 2  = 9,404 – 2 0,074 = 9,256 Perhitungan batas kontrol atas BKA dan batas kontrol bawah BKB untuk setiap proses pembuatan matras spring bed dapat dilihat pada Tabel 5.5. dan dapat digambarkan peta kontrol uji keseragaman data pada setiap stasiun kerja work center. Peta kontrol uji keseragaman data pada WC 1 dapat dilihat pada Gambar 5.1. dibawah ini: Universitas Sumatera Utara Uji Keseragaman Data pada WC 1 9.1 9.2 9.3 9.4 9.5 9.6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Pengamatan Wa k tu Pengamatan pada WC 1 BKA BKB Gambar 5.1. Peta Kontrol Uji Keseragaman Data pada WC 1 Dari hasil perhitungan pada Tabel 5.5 diketahui bahwa data pengukuran waktu pada proses pembuatan matras spring bed telah seragam karena semua data berada dalam batas kontrol. Maka semua data dapat digunakan untuk menghitung banyaknya pengukuran yang diperlukan. Untuk WC 2, WC 3, WC 4, WC 5, WC 6, WC 7, WC 8, WC 9, WC 10, WC 11, WC 12, WC 13, dan WC 14 perhitungan waktu rata-rata, standard deviasi, BKA, BKB dapat dilihat pada Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara 4. Pengujian jumlah pengamatan yang dibutuhkan N Uji kecukupan data dilakukan untuk pengujian jumlah pengamatan yang dibutuhkan N dengan tingkat kepercayaan Untuk tingkat kepercayaan 95 dan tingkat ketelitian 5, maka perhitungannya adalah:   2 2 1 2 1 40                     Xi X X N N     2 2 2 2 2 848 , 112 426 , 9 ... 344 , 9 507 , 9 426 , 9 ... 344 , 9 507 , 9 12 40                 N     2 848 , 112 6711 , 12734 3954 , 12735 40           N 2 848 , 112 04 , 34      N = 0,09  1 pengamatan Pengujian jumlah pengukuran perlu dilakukan agar jumlah pengukuran yang didapat lebih akurat yaitu jumlah pengukuran yang dibutuhkan tidak melebihi jumlah pengukuran yang dilakukan. Dari perhitungan data didapat N’ ≤ N, yaitu 1 ≤ 12 yang berarti banyaknya pengamatan yang dilakukan untuk proses pemotongan busa sudah mencukupi. Pengujian jumlah pengamatan yang dibutuhkan untuk setiap proses pembuatan matras spring bed dapat dilihat pada Tabel 5.6. berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6. Pengujian Jumlah Pengamatan yang Dibutuhkan untuk Setiap Work Center Pembuatan Matras Spring Bed Kode Operasi Stasiun Kerja Work Center N ∑X N Keterangan WC 1 Pembentukan kawat 12 112,848 1 Cukup WC 2 Perakitan spring coil di ruang perakitan matras 12 51,35 1 Cukup WC 3 Pemotongan besi 12 38,684 1 Cukup WC 4 Besi dirakit pada sisi pinggir spring coil dengan menggunakan Gun Ar 22 sehingga menjadi rangka matras 12 25,799 1 Cukup WC 5 Pemotongan cotton sheet 12 29,531 1 Cukup WC 6 Pemotongan Busa 12 19,706 1 Cukup WC 7 Pemasangan cotton sheet pada seluruh bagian rangka 12 28,846 1 Cukup WC 8 Pelekatan busa pada seluruh sisi rangka 12 23,383 1 Cukup WC 9 Pemotongan kain dasar 12 28,457 1 Cukup WC 10 Penjahitan kain dasar pada seluruh sisi busa 12 23,056 1 Cukup WC 11 Pemotongan kain bermotif 12 27,361 1 Cukup WC 12 Penjahitan kain bermotif sudah menjadi matras 12 23,345 1 Cukup WC 13 Penjahitan lis pinggir matras 12 17,99 2 Cukup WC 14 Packing 12 23,393 2 Cukup 5. Menghitung waktu normal Waktu normal adalah waktu yang dibutuhkan seorang pekerja untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan dalam kondisi normal. Dalam menentukan waktu normal maka terlebih dahulu dilakukan perhitungan Rating Factor faktor penyesuaian dengan metode Westinghouse seperti yang terdapat pada Tabel 5.4. Waktu terpilih Wt = N Xi  = X Wt = 12 848 , 112 = 9,404 menit Universitas Sumatera Utara Waktu normal dalam proses pembuatan matras spring bed adalah sebagai berikut : Faktor Penyesuaian Rf = 1 + p = 1 + 0,13 = 1,13 Waktu normal Wn = Wt x Rf = 9,404 x 1,13 = 10,627 menit Perhitungan waktu normal untuk setiap work center proses pembuatan matras spring bed dapat dilihat pada Tabel 5.7. Tabel 5.7. Waktu Normal Pembuatan Matras Spring Bed Kode Operasi Stasiun Kerja Work Center X menit Rf Waktu Normal menit WC 1 Pembentukan kawat 9,404 0,13 10,627 WC 2 Perakitan spring coil di ruang perakitan matras 4,279 0,15 4,921 WC 3 Pemotongan besi 3,224 0,12 3,611 WC 4 Besi dirakit pada sisi pinggir spring coil dengan menggunakan Gun Ar 22 sehingga menjadi rangka matras 2,150 0,12 2,408 WC 5 Pemotongan cotton sheet 2,461 0,13 2,781 WC 6 Pemotongan Busa 1,642 0,13 1,856 WC 7 Pemasangan cotton sheet pada seluruh bagian rangka 2,404 0,17 2,812 WC 8 Pelekatan busa pada seluruh sisi rangka 1,949 0,14 2,221 WC 9 Pemotongan kain dasar 2,371 0,14 2,703 WC 10 Penjahitan kain dasar pada seluruh sisi busa 1,921 0,18 2,267 WC 11 Pemotongan kain bermotif 2,280 0,14 2,599 WC 12 Penjahitan kain bermotif sudah menjadi matras 1,945 0,18 2,296 WC 13 Penjahitan lis pinggir matras 1,499 0,18 1,769 WC 14 Packing 1,949 0,17 2,281 Universitas Sumatera Utara 6. Penetapan Allowance Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yakni untuk kelonggaran kebutuhan pribadi, kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique dan kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan. Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja dan selama pengukuran diamati, diukur dan dihitung. Faktor dan nilai kelonggaran waktu yang telah diamati pada proses pembuatan matras spring bed dapat dilihat pada Tabel 5.4. 7. Menghitung waktu standard Waktu standard pada proses pembuatan matras spring bed dihitung dengan rumus sebagai berikut : WS = WN x All 100 100  = 10,627 x 5 , 20 100 100  = 13,367 menit Perhitungan waktu standard untuk setiap work center proses pembuatan matras spring bed dapat dilihat pada Tabel 5.8. dibawah ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 5.8. Waktu Standard Pembuatan Matras Spring Bed Kode Operasi Stasiun Kerja Work Center Waktu Normal menit Allowance Waktu Standard menit WC 1 Pembentukan kawat 10,627 20,5 13,367 WC 2 Perakitan spring coil di ruang perakitan matras 4,921 19,5 6,113 WC 3 Pemotongan besi 3,611 19,5 4,485 WC 4 Besi dirakit pada sisi pinggir spring coil dengan menggunakan Gun Ar 22 sehingga menjadi rangka matras 2,408 19,5 2,991 WC 5 Pemotongan cotton sheet 2,781 19,5 3,454 WC 6 Pemotongan Busa 1,856 19,5 2,305 WC 7 Pemasangan cotton sheet pada seluruh bagian rangka 2,812 19,5 3,494 WC 8 Pelekatan busa pada seluruh sisi rangka 2,221 19,5 2,759 WC 9 Pemotongan kain dasar 2,703 19,5 3,358 WC 10 Penjahitan kain dasar pada seluruh sisi busa 2,267 20 2,834 WC 11 Pemotongan kain bermotif 2,599 19,5 3,229 WC 12 Penjahitan kain bermotif sudah menjadi matras 2,296 20 2,869 WC 13 Penjahitan lis pinggir matras 1,769 20 2,211 WC 14 Packing 2,281 19,5 2,833 56,302 Waktu standard dalam proses pembuatan matras spring bed adalah 56,302 menit atau 0,938 jam. Universitas Sumatera Utara

5.3.2. Precedence Diagram dari Pembuatan Matras Spring Bed

Precedence diagram merupakan gambaran secara grafis dari urutan – urutan operasi kerja, serta ketergantungan pada operasi kerja lainnya yang tujuannya untuk memudahkan pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait di dalamnya. Dari pengamatan yang dilakukan pada bagian produksi, Precedence Diagram dapat dilihat pada Gambar 5.2. Precedence Diagram untuk pembuatan matras spring bed adalah sebagai berikut : 7 13 8 1 16 18 2 3 9 14 15 17 19 4 10 5 11 6 12 Gambar 5.2. Precedence Diagram Pembuatan Spring Bed 2 4 5 7 9 10 3 6 8 11 1 12 13 14 Universitas Sumatera Utara

5.3.3. Pembagian Operasi pada Precedence Diagram Dalam Beberapa

Wilayah Region Pada bagian operasi dalam precedence diagram dimulai dari sisi kiri awal kemudian ke kanan akhir dimana dalam satu daerah tidak ada operasi yang saling bergantungan. Pembagian wilayah dilakukan dengan menggunakan garis vertikal untuk elemen – elemen kerja yang sejajar. Pengelompokkan dilakukan atas beberapa wilayah elemen kerja. Syarat-syarat penetapan daerah adalah sebagai berikut : 1. Pembagian operasi dalam precedence diagram dimulai dari kiri awal kemudian ke kanan akhir. 2. Dalam satu daerah tidak ada operasi yang saling bergantungan untuk memulainya. 3. Pada daerah berikutnya berisi operasi-operasi yang berlangsung mengikuti operasi-operasi selanjutnya. Adapun pembagian wilayah untuk pembuatan matras spring bed tertera pada Gambar 5.3 di bawah ini. Universitas Sumatera Utara 7 13 8 1 16 18 2 3 9 14 15 17 19 4 10 5 11 6 12 Gambar 5.3. Pembagian Precedence Diagram Dalam Beberapa Region

5.3.4. Menentukan Waktu Siklus

Waktu siklus merupakan waktu yang diperlukan untuk membuat satu unit produk per satu stasiun. Dalam mendesain keseimbangan lintasan produksi untuk sejumlah produksi tertentu, waktu siklus harus sama atau lebih besar dari waktu operasi terbesar WS ≥ ti maks . Jumlah produk yang dihasilkan untuk satu hari kerja berjumlah 10 matras spring bed. Waktu siklus untuk pembuatan matras spring bed adalah sebagai berikut : 4 5 7 9 10 3 6 11 1 13 14 2 8 12 Universitas Sumatera Utara WS ≥ ti maks Dimana : WS = Q T , maka T = waktu kerja 1 shift = 7 jam Q = jumlah produk yang dihasilkan dalam 1 shift kerja WS = Q T =   10 60 7 menit x = 42 menit matras spring bed Jumlah stasiun yang mungkin adalah = K min = WS ti n i  1 = 367 , 13 302 , 56 = 4,212  5 Maka waktu siklus proses produksi adalah 13,367 ≤ TC ≤ 42 menit, dimana 13,367 menit merupakan waktu standar terlama proses produksi pada stasiun kerja pembentukan kawat dan 42 menit diperoleh dari jam kerja efektif perhari dibagi jumlah produksi per hari. 5.3.5. Mengelompokkan Elemen – Elemen Kerja ke Dalam Bentuk Tabel Berdasarkan Pembagian Region pada Precedence Diagram Universitas Sumatera Utara Dari precedence diagram pembuatan matras spring bed tersebut maka waktu setiap stasiun kerja dalam bentuk pembagian kolom dapat dilihat pada Tabel 5.9. di bawah ini. Tabel 5.9. Pembagian Region pada Precedence Diagram Kode Operasi Stasiun Kerja Work Center Waktu Stasiun Kerja menit WC 1 Pembentukan kawat 13,367 WC 2 Perakitan spring coil di ruang perakitan matras 6,113 WC 3 Pemotongan besi 4,485 WC 4 Besi dirakit pada sisi pinggir spring coil dengan menggunakan Gun Ar 22 sehingga menjadi rangka matras 2,991 WC 5 Pemotongan cotton sheet 3,454 WC 6 Pemotongan Busa 2,305 WC 7 Pemasangan cotton sheet pada seluruh bagian rangka 3,494 WC 8 Pelekatan busa pada seluruh sisi rangka 2,759 WC 9 Pemotongan kain dasar 3,358 WC 10 Penjahitan kain dasar pada seluruh sisi busa 2,834 WC 11 Pemotongan kain bermotif 3,229 WC 12 Penjahitan kain bermotif sudah menjadi matras 2,869 WC 13 Penjahitan lis pinggir matras 2,211 WC 14 Packing 2,833 56,302

5.3.6. Menentukan Stasiun Kerja Untuk Setiap Elemen Kerja

Penentuan stasiun kerja untuk setiap elemen kerja berdasarkan waktu standar, dengan mengurangkan waktu siklus terhadap waktu tiap elemen kerja. Pengurangan dilakukan sampai kumulatif waktu elemen kerja mendekati atau sama dengan waktu siklus. Apabila masih ada kemungkinan elemen yang memenuhi syarat bergabung maka elemen tersebut dapat dimasukkan ke dalam Universitas Sumatera Utara stasiun kerja, maka dilanjutkan pada stasiun kerja selanjutnya. Penentuan stasiun kerja untuk elemen kerja dapat dilihat pada Tabel 5.10. Tabel 5.10 Penentuan Jumlah Stasiun Kerja untuk Setiap Elemen Kerja Stasiun Kerja Elemen Kerja Waktu Proses Menit Waktu Stasiun Menit Waktu Siklus Menit Idle Time Effisiensi I 1 13,367 13,367 22,842 9,475 58,52 2 6,113 3 4,485 4 2,991 5 3,454 6 2,305 II 7 3,494 22,842 22,84 100 8 2,755 III 9 3,358 6,117 22,842 16,725 26,78 IV 10 2,834 2,834 22,842 20,008 12,41 V 11 3,229 3,229 22,842 19,613 14,14 VI 12 2,869 2,869 22,842 19,973 12,56 VII 13 2,211 2,211 22,842 20,631 9,68 VIII 14 2,833 2,833 22,842 20,009 12,40 Sumber : Olahan Data Idle time merupakan selisih perbedaan antara waktu siklus dan waktu stasiun. Idle time = WS-WT = 22,842-13,367 = 9,475 Universitas Sumatera Utara Selanjutnya dilakukan penentuan kembali elemen-elemen kerja ke dalam stasiun kerja. Rancangan pada Tabel 5.10, dilakukan perubahan dengan metode Region Approach sehingga terjadi perbaikan pada stasiun-stasiun kerja, seperti terlihat pada Tabel 5.11 dibawah ini. Tabel 5.11. Penentuan Ulang Jumlah Stasiun Kerja untuk Setiap Elemen Kerja Berdasarkan Metode Region Approach Stasiun Kerja Elemen Kerja Waktu Proses Menit Waktu Stasiun Menit Waktu Siklus Menit Idle Time Effisiensi I 1 13,367 13,367 13,589 0,222 98,36 2 6,113 3 4,485 II 4 2,991 13,589 13,589 100 5 3,454 8 2,759 III 9 3,358 9,571 13,589 4,018 70,43 6 2,305 IV 10 2,834 5,139 13,589 8,45 37,82 7 3,494 V 11 3,229 6,723 13,589 6,866 49,5 VI 12 2,869 2,869 13,589 10,72 21,11 VII 13 2,211 2,211 13,589 11,378 16,27 VIII 14 2,833 2,833 13,589 10,756 20,85

V.2.7. Menentukan Hubungan Antar Stasiun Kerja

Dari hasil penentuan stasiun kerja pada Tabel 5.10, maka dapat digambarkan susunan stasiun kerja berupa Gambar 5.4 berikut ini. Stasiun Kerja IV 10 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.4. Pengelompokan Stasiun Kerja Pembuatan Spring Bed Dari hasil rancangan ulang penentuan stasiun kerja untuk setiap elemen kerja dari Tabel 5.11, maka dapat digambarkan susunan stasiun kerja sepert Gambar 5.5. Gambar 5.5. Rancangan Ulang Hubungan Antar Stasiun Kerja Pembuatan Spring Bed Berdasarkan Metode Region Approach

V.2.8. Menentukan Balance Delay, Effesiensi dan Smoothness Index Lintasan

Balance delay dapat ditentukan berdasarkan waktu standar terlama proses produksi pembuatan matras spring bed, sehingga dapat ditentukan kondisi yang optimal untuk keseimbangan lintasan. Balance delay, Effesiensi dan Smoothness Index untuk proses pembuatan matras spring bed berdasarkan Tabel 5.10, adalah sebagai berikut : Stasiun Kerja I 1 Stasiun Kerja II 2,3,4,5,6,7 Stasiun Kerja III 8,9 Stasiun Kerja VI 12 Stasiun Kerja VII 13 Stasiun Kerja VIII 14 Stasiun Kerja IV 10 Stasiun Kerja V 11 Stasiun Kerja I 1 Stasiun Kerja II 2,3,4 Stasiun Kerja III 5,8,9 Stasiun Kerja IV 6,10 Stasiun Kerja V 11 Stasiun Kerja V 7,11 Stasiun Kerja VI 12 Stasiun Kerja VII 13 Stasiun Kerja VIII 14 Universitas Sumatera Utara 100 . . 1 x C n Ti C n D n t     = 100 842 , 22 8 302 , 56 842 , 22 8 x  = 100 736 , 182 302 , 56 736 , 182 x  = 69,19 100 1 x nxWS WTi EL n t    = 100 842 , 22 8 302 , 56 x = 30,81     k i i WT WT SI 1 2 max        2 2 2 117 , 6 842 , 22 842 , 22 842 , 22 367 , 13 842 , 22       2 2 2 869 , 2 842 , 22 229 , 3 842 , 22 834 , 2 842 , 22 2 2 833 , 2 842 , 22 211 , 2 842 , 22    = 48,8 Balance delay, Effesiensi dan Smoothness Index untuk proses pembuatan matras spring bed berdasarkan Tabel 5.11, adalah sebagai berikut : 100 . . 1 x C n Ti C n D n t     Universitas Sumatera Utara = 100 589 , 13 8 302 , 56 589 , 13 8 x  = 100 712 , 108 302 , 56 712 , 108 x  = 48,21 100 1 x nxWS WTi EL n t    = 100 589 , 13 8 302 , 56 x = 51,8     k i i WT WT SI 1 2 max        2 2 2 571 , 9 589 , 13 589 , 13 589 , 13 367 , 13 589 , 13       2 2 2 869 , 2 589 , 13 723 , 6 589 , 13 139 , 5 589 , 13 2 2 833 , 2 589 , 13 211 , 2 589 , 13    = 22,24 Dari hasil pengolahan data menggunakan metode Region Approach diatas diperoleh jumlah penentuan stasiun kerja untuk setiap elemen kerja yang lebih baik dengan balance delay sebesar 48,21, Effesiensi lintasan produksi dari 8delapan stasiun kerja adalah 51,8, dan Smoothness Index adalah 22,24 Universitas Sumatera Utara

BAB VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH