BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Melakukan wawancara pada bagian fabrikasi di PT. Ocean Centra Furnindo yang bersangkutan secara langsung dengan penelitian.
2. Membuat laporan-laporan yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dihadapi
3. Melakukan pengukuran secara langsung terhadap proses perakitan matras spring bed dengan menggunakan stop watchjam.
4. Mengumpulkan dokumen-dokumen perusahaan yang berkaitan dengan penelitian.
5.2. Pengumpulan Data
Dalam melakukan analisa keseimbangan lintasan produksi, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu hubungan ketergantungan antar aktifitas
daerah penempatan dan kombinasi stasiun yang memungkinkan. Pembagian
daerah penempatan
pada lintasan perakitan ini didasarkan atas urutan-urutan proses pengerjaan :
Universitas Sumatera Utara
1. Adanya pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang sama. 2. Adanya pekerjaan yang tempatnya mengharuskan dikerjakan pada daerah
tertentu. 3. Adanya pekerjaan yang dapat dikerjakan pada waktu yang bersamaan.
Proses operasi perakitan matras spring bed yang terjadi dapat dilihat sebagai berikut :
1. Pada work centre 1 satu stasiun pembentukan kawat, pengertian satu siklus pekerjaannya adalah:
Kawat diambil dari gudang bahan baku, lalu dibawa ke tempat pengukuran dan pemotongan. Kemudian kawat diukur dan dipotong, lalu dibawa dan
disusun pada mesin pembentuk per spring coil kemudian spring coil dibawa ke perakitan matras.
2. Pada work centre 2 dua stasiun perakitan spring coil di ruang perakitan matras, pengertian satu siklus pekerjaannya adalah:
Spring coil disusun rapi berbentuk persegi panjang, dan spring coil diikat satu sama lain menggunakan Gun Ar Cl 22
3. Pada work centre 3 tiga stasiun pemotongan besi, pengertian satu siklus pekerjaannya adalah:
Besi diambil dari gudang bahan baku, lalu besi dibawa ke tempat pengukuran dan pemotongan. Kemudian besi di ukur dan di potong, lalu besi dibawa ke
ruang perakitan matras. 4. Pada work centre 4 empat stasiun perakitan besi pada sisi pinggir spring coil
dengan menggunakan Gun Ar 22 sehingga menjadi rangka matras.
Universitas Sumatera Utara
5. Pada work centre 5 lima stasiun pemotongan cotton sheet, pengertian satu siklus pekerjaannya adalah:
Cotton sheeet diambil dari gudang bahan tambahan, kemudian cotton sheet diukur dan dipotong lalu dibawa ke ruang perakitan matras.
6. Pada work centre 6 enam stasiun pemasangan cotton sheet pada seluruh bagian rangka.
7. Pada work centre 7 tujuh stasiun pemotongan busa, pengertian satu siklus pekerjaannya adalah:
Busa diambil dari gudang bahan baku, kemudian busa diukur dan dipotong lalu busa dibawa ke runag perakitan matras.
8. Pada work centre 8 delapan stasiun pelekatan busa pada seluruh sisi rangka. 9. Pada work centre 9 sembilan stasiun pemotongan kain dasar, pengertian satu
siklus pekerjaannya adalah: Kain dasar diambil dari gudang bahan tambahan kemudian diukur dan
dipotong, lalu dibawa ke ruang perakitan matras. 10. Pada work centre 10 sepuluh stasiun penjahitan kain dasar pada seluruh sisi
busa. 11. Pada work centre 11 sebelas stasiun pemotongan kain bermotif, pengertian
satu siklus pekerjaannya adalah: Kain bermotif diambil dari gudang bahan tambahan, kemudian diukur dan
dipotong lalu dibawa ke ruang perakitan matras. 12.
Pada work centre 12 dua belas stasiun penjahitan kain bermotif sudah menjadi matras.
Universitas Sumatera Utara
13. Pada work centre 13 tiga belas stasiun penjahitan lis pinggir matras,
pengertian satu siklus pekerjaannya adalah: Lis pinggir matras dijahit kemudian matras dibawa ke packing.
14. Pada work centre 14 empat belas stasiun packing, pengertian satu siklus pekerjaannya adalah:
Label produksi dan plastik diambil dari gudang, lalu dibawa ke ruang packing. Kemudian pemberian label produksi dan pembungkusan pada matras spring
bed, lalu matras dibawa ke ruang barang jadi.
Data hasil pengamatan diperoleh dengan cara melakukan pengamatan secara langsung dengan menggunakan stopwatch. Pengukuran waktu dilakukan
pada jam kerja yang ada pada bagian produksi, yaitu : Jam 08.30 – 12.00 WIB waktu bekerja
Jam 12.00 – 13.00 WIB waktu istirahat Jam 13.00 – 16.30 WIB waktu bekerja
Data waktu operasi pada setiap stasiun kerja work center merupakan data waktu operasi yang diambil dari tahap-tahap pengerjaan pembuatan matras
spring bed. Untuk mengetahui data waktu operasi, perlu dilakukan pengukuran waktu dengan pengamatan waktu operasi pada setiap work center. Pengamatan
pengukuran waktu dilakukan sebanyak 12 kali pengamatan dengan menggunakan alat pengukur yaitu stop watch. Data waktu operasi pada setiap work center dapat
dilihat pada Tabel 5.2.
Universitas Sumatera Utara
Langkah-langkah sebelum
melakukan pengukuran kerja pendahuluan adalah :
1. Penetapan tujuan
pengukuran. Tujuan melakukan kegiatan harus ditetapkan terlebih dahulu. Dalam
pengukuran waktu, hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat ketelitian dan
tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut. 2. Melakukan
penelitian pendahuluan.
Yang dicari dari pengukuran waktu adalah waktu yang pantas diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.Tentu suatu kondisi
yang ada dapat dicari waktu yang pantas tersebut;artinya akan didapat juga waktu yang pantas untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kondisi yang
bersangkutan. 3. Memilih
operator. Operator yang akan melakukan pekerjaan yang diukur bukanlah orang yang
begitu saja diambil dari pabrik. Orang ini harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan baik, dan dapat
diandalkan hasilnya. Syarat-syarat tersebut adalah berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama.
4. Melatih operator.
Walaupun operator yang baik telah didapat, kadang-kadang masih diperlukan adalah bagi operator tersebut terutama jika kondisi dan cara kerja yang
dipakai tidak sama dengan yang biasa dijalankan operator.
Universitas Sumatera Utara
Dalam keadaan ini operator harus dilatih terlebih dahulu karena sebelum diukur operator harus terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah
ditetapkan da telah dibakukan itu. Harap diingat bahwa yang dicarai adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang didapat dari suatu penyelesaian wajar dan
bukan penyelesaian dari orang yang bekerja kaku berbagai kesalahan. 5. Mengurai pekerjaan atas elemen pekerjaan.
Dalam hal ini pekerjaan dipecah menjadi elemen pekerjaan, yang merupakan gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Elemen-elemen inilah yang
diukur waktunya. Waktu siklusnya jumlah dari waktu setiap elemen ini. Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan produksi sejak bahan
baku mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan. Ada beberapa alasan yang menyebabkan pentingnya melakukan penguraian
pekerjaan atas elemen-elemennnya. Pertama untuk menjelaskan catatan tentang tata cara kerja yang dibakukan. Kedua adalah untuk memungkinkan
melakukan penyesuaian bagi setiap elemen karena keterampilan bekerjanya operator belum tentu sama untuk semua bagian dari gerakan-gerakan
kerjanya. Alasan ketiga melakukan pembagian kerja menjadi elemen-elemen pekerjaan adalah untuk memudahkan mengamati terjadinya elemen yang
tidak baku yang mungkin saja dilakukan pekerja. Alasan keempat adalah adalah untuk memungkinkan dikembangkannya Data Waktu Standard atau
tempat kerja yang bersangkutan. Sehubungan engan lagkah-langkah ini,ada beberapa pedoman penguraian
pekejaan atas elemen-elemennya, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
- Sesuai dengan ketelitian yang digunakan, uraikan pekerjaan menjadi
elemen-elemennya seterperinci mungkin, tetapi masih dapat diamati oleh indera pengukur dan dapat direkam waktunya oleh jam henti yang
digunakannya. -
Untuk memudahkan, elemen-elemen pekerjaan hendaknya berupa satu atau beberapa elemen gerakan misalnya seperti yang dikembangkan oleh
Gelberth. -
Jangan sampai ada elemen yang tertinggal; jumlah dari semua elemen harus tepat sama dengan satu pekerjaan yang bersangkutan.
- Elemen yang satu hendaknya dipisahkan dari elemen yang lain secara
jelas. Batas-batas diantaranya harus dapat dengan mudah diamati agar tidak ada keragu-raguan dalam menentukan bagaimana suatu elemen
berakhir dan bilamana elemen berikutnya bermula. Kadang-kadang, disamping mata, telinga pun dapat digunakan untuk mengetahui
perpindahan elemen terutama jika perpindahan tersebut menimbulkan bunyi.
6. Menyiapkan alat-alat pengukuran. Setelah kelima langkah diatas dijalankan dengan baik, tibalah sekarang pada
langkah terakhir sebelum pengukuran yaitu menyiapkan alat-alat yang diperlukan. Alat-alat tersebut adalah :
- Jam henti
- Lembaran-lembaran pengamatan
- Pena atau pensil
Universitas Sumatera Utara
- Papan pengamatan
Langkah-langkah pengamatan waktu dengan metoda stop watch time study adalah :
1. Menelaah dan mencatat informasi mengenai operasi dan operator dari objek yang akan diamati.
Penelaahan dan pencatatan informasi diperlukan untuk mendapatkan keseragaman dari metode kerja, peralatan, kualitas dan kondisi tempat kerja
sebelum melakukan pengukuran kerja, sehingga segala bentuk yang tidak efisien dapat dipilih dan dihilangkan. Hal ini berguna untuk menyusun data
standar dikemudian hari. Penelaahan faktor-faktor diatas memerlukan ketelitian karena studi waktu yang dilakukan haruslah lengkap dan bernilai.
2. Memecahkan operasi menjadi elemen-elemen kerja dan mencatat keterangan yang lengkap mengenai metode yang digunakan.
Pemecahan operasi menjadi elemen-elemen yang lebih halus merupakan bagian yang perlu dan pokok dalam studi waktu dengan alasan-alasan sebagai
berikut : a.
Memberikan kemungkinan untuk membandingkan elemen-elemen yang sama dalam pekerjaan-pekerjaan yang berbeda.
b. Memberikan kemungkiana untuk memberikan rating secara terpisah pada
fase-fase pekerjaan yang berbeda bila diinginkan. c.
Memberikan kemungkinan lebih lanjut menuju data standar.
Universitas Sumatera Utara
d. Elemen-elemen dari studi waktu dapat digunakan untuk memilih operator-
operator baru. e.
Dengan diketahui waktu standar elemen-elemen, maka dapat dihitung waktu standar total operasi.
f. Untuk mengetahui adanya variasi dalam metode kerja, tidak dapat dengan
mudah ditentukan dengan suatu pengamatan secara keseluruhan. g.
Untuk mengetahui adanya penyimpangan waktu kerja yang terjadi pada suatu elemen misalnya waktu yang terlampau sempit yang diperhitungkan
untuk suatu elemen kerja. 3. Mengamati dan mencatat langsung waktu yang dibutuhkan pekerja untuk
melaksanakan pekerjaannya. Untuk mengukur waktu dengan stop watch ada tiga metode pelaksanaannya
yaitu : 1.
Metode berulang Stop Back Method Pengukuran waktu secara berulang, stop watch dijalankan, pada akhir
elemen kerja stop watch dibaca pada saat itu pula jarumnya dikembalikan ke nol, dijalankan kembali untuk yang berikutnya.
2. Metode Kontinu Continious Method
Pengukuran waktu secara kontinu, stop watch dijalankan pada permukaan pengamatan sampai elemen kerja yang terakhir selesai, sehingga dapat
dibaca dan dicatat waktu kumulatif pada setiap akhir dari masing-masing
Universitas Sumatera Utara
elemen kerja. Kemudian ditentukan dengan mengurangkan waktu kerja yang tercatat pada elemen berikutnya.
3. Metode Akumulatif
Pengukuran secara akumulatif memungkinkan cara pembacaan waktu dari masing-masing elemen dengan dua buah stop watch yang pertama
dijalankan maka stop watch kedua otomatis berhenti dan sebaliknya.
Faktor penyesuaian yang diamati adalah faktor penyesuaian menurut cara westinghouse. Faktor yang diamati adalah keterampilan, usaha, kondisi kerja
dan konsistensi. Hasil pengamatan berdasarkan Westinghouse factor dapat dilihat pada Tabel 5.3. berikut dan hasil pengamatan Allowance kelonggaran dapat
dilihat pada Tabel 5.4 berikut di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3. Faktor Penyesuaian Kode
Operasi Faktor
Kelas Lambang
Penyesuaian
Keterampilan Excellent B2
+ 0,08
Usaha Good C2 +
0,02 Kondisi kerja
Good C
+ 0,02 WC 1
Konsistensi Good C
+ 0,01
Total 0,13
Keterampilan Excellent B1
+ 0,11
Usaha Good C2 +
0,03 Kondisi kerja
Average D
+ 0,00 WC 2
Konsistensi Good C
+ 0,01
Total 0,15
Keterampilan Excellent B1
+ 0,11
Usaha Average D +
0,00 Kondisi kerja
Average D
+ 0,00 WC 3
Konsistensi Good C
+ 0,01
Total 0,12
Keterampilan Excellent B1
+ 0,11
Usaha Average D +
0,00 Kondisi kerja
Average D
+ 0,00 WC 4
Konsistensi Good C
+ 0,01
Total 0,12
Keterampilan Excellent B2
+ 0,08
Usaha Good C2 +
0,02 Kondisi kerja
Good C
+ 0,02 WC 5
Konsistensi Good C
+ 0,01
Total 0,13
Keterampilan Excellent B1
+ 0,08
Usaha Average D +
0,02 Kondisi kerja
Good C
+ 0,02 WC 6
Konsistensi Good C
+ 0,01
Total 0,13
Keterampilan Good C1
+ 0,06
Usaha Excellent B2 +
0,08 Kondisi kerja
Good C
+ 0,02 WC 7
Konsistensi Good C
+ 0,01
Total 0,17
Keterampilan Good C2
+ 0,03
Usaha Excellent B2 +
0,08 Kondisi kerja
Good C
+ 0,02 WC 8
Konsistensi Good C
+ 0,01
Total 0,14
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3. Faktor Penyesuaian Lanjutan
Kode Operasi Faktor
Kelas Lambang
Penyesuaian
Keterampilan Good C1 +
0,06 Usaha Good
C1 + 0,05
Kondisi kerja Good
C + 0,02
WC 9
Konsistensi Good C +
0,01
Total 0,14
Keterampilan Excellent B1 +
0,11 Usaha Good
C2 + 0,02
Kondisi kerja Good
C + 0,02
WC 10
Konsistensi Excellent B +
0,03
Total 0,18
Keterampilan Good C1 +
0,06 Usaha Good
C1 + 0,05
Kondisi kerja Good
C + 0,02
WC 11
Konsistensi Good C +
0,01
Total 0,14
Keterampilan Excellent B1 +
0,11 Usaha Good
C2 + 0,02
Kondisi kerja Good
C + 0,02
WC 12
Konsistensi Excellent B +
0,03
Total 0,18
Keterampilan Excellent B1 +
0,11 Usaha Good
C2 + 0,02
Kondisi kerja Good
C + 0,02
WC 13
Konsistensi Excellent B +
0,03
Total 0,18
Keterampilan Excellent B2 +
0,08 Usaha Good
C1 + 0,06
Kondisi kerja Good
C + 0,02
WC 14
Konsistensi Good C +
0,01
Total 0,17
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4. Faktor dan Nilai Kelonggoran Faktor
Kode Operasi
A B
C D
E F
G H
Kelonggaran
WC 1 6
1 7
4 2,5
20,5 WC 2
6 1
7 3
2,5 19,5
WC 3 6
1 7
3 2,5
19,5 WC 4
6 1
7 3
2,5 19,5
WC 5 6
1 7
3 2,5
19,5 WC 6
6 1
7 3
2,5 19,5
WC 7 6
1 7
3 2,5
19,5 WC 8
6 1
7 3
2,5 19,5
WC 9 6
1 7
3 2,5
19,5
WC 10 6
1 7,5
3 2,5
20 WC 11
6 1
7 3
2,5 19,5
WC 12 6
1 7,5
3 2,5
20 WC 13
6 1
7,5 3
2,5 20
WC 14 6
1 7
3 2,5
19,5
5.3. Pengolahan Data