Kendala-Kendala yang terjadi dalam Proses Pembentukan dan

67 perannya sebagai penampung dan penyalur aspirasi masyarakat serta pengayom masyarakat desa. Proses pembuatan Peraturan Desa mulai dari merumuskan Peraturan Desa sampai pada menetapkan Peraturan Desa yang dilakukan bersama-sama dengan pemerintah desa, tidak ada kendala atau hambatan yang dihadapi. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Drs. H. Didi Supendi selaku ketua BPD Desa Tridayasakti bahwa dalam proses pembuatan Peraturan Desa yang kami lakukan bersama-sama dengan pemerintah desa walaupun ada sedikit hambatan baik dari dalam yaitu persoalan intelektual anggota BPD yang lain dalam membentuk PerDes serta memahami perannya sebagai Anggota BPD, mengenai perbedaan pendapat dalam menetapkan Peraturan Desa tersebut itu sudah hal yang biasa. 10 Dalam penelitian ini Penulis meninjau dari empat variable yang menjadi kendala Badan Permusyawaratan Desa Tridayasakti dalam mengimplementasikan fungsinya. Empat variable tersebut adalah komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. 1. Komunikasi Menurut ketua BPD desa Tridayasakti Bapak Drs. H. Didi Supendi menyatakan bahwa kami dalam internal BPD sendiri sudah dikomunikasikan antara satu dengan yang lainnya, mengenai pembentukan peraturan desa untuk lebih jauhnya belum dilaksanakan dengan baik. demikian halnya BPD dengan Pemerintah Desa untuk pertemuan yang lebih intens membicarakan terkait 10 Wawancara pribadi dengan Drs. H. Didi Supendi,Bekasi. 25 Desember 2013 68 dengan pembentukan peraturan desa juga komunikasi yang terbangun belum terlalu baik. 11 2. Sumber daya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa ada dua sumber daya yang perlu diperhatikan yaitu : a. Finansial yang merupakan faktor pendukung dalam menjalankan program atau suksesnya program yang telah diprogramkan. Seperti dalam pasal 14 Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi nomor 2 tahun 2008 bahwa : satu, untuk kegiatan BPD disediakan biaya operasional sesuai kemampuan keuangan desa yang dikelola oleh Sekretaris BPD, kedua, biaya sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ditetapkan setiap tahun dalam APB Desa. b. Sumber daya manusia yang merupakan faktor pendukung dalam merancang program yang akan dilaksanakan yaitu kecukupan baik kualitas maupun kuantitas implementor. Menurut Wakil Ketua BPD Tridayasakti Bapak Sumitra juga menyatakan bahwa jujur saja untuk anggaran belum memadai bahkan belum terlalu intens dalam membicarakan gimana sesuai dengan porsi anggarannya ? apalagi untuk pembentukan peraturan desa. Sedangkan terkait dengan sumber daya manusia yang di BPD sendiri sangat kurang dalam kualitas maupun kapasitas sebagai legislator. 12 11 Wawancara pribadi dengan Drs. H. Didi Supendi, Bekasi. 25 Desember 2013. 12 Wawancara pribadi dengan Sumitra, Bekasi. 15 Januari 2014. 69 Dari hasil wawancara tersebut maka penulis mengetahui bahwa dalam hal peran BPD sebagai penampung dan penyalur aspirasi masyarakat belum mencapai kesadaran yang maksimal, dari kapasitas dan kemampuan BPD dalam memahami fungsi mereka dan kapsitasnya sebagai kepanjangan tangan aspirasi masyarakat desa terlebih lagi dengan faktor anggaran yang menjadi kendala anggota BPD enggan melaksanakan tugas dan perannya dalam asumsi mereka yang setiap rapat atau musyawarah harus menghasilkan pundi-pundi rupiah, seperti yang dinyatakan salah satu anggota BPD Tridayasakti yaitu Bapak Suwanto menyatakan bahwa Bagaimana rapat dan pembentukan peraturan desa mau berjalan efektif, anggaran konsumsi rapat saja tidak ada sedangkan kita mengadakan rapat menyia-nyiakan waktu kerja kami yang seharusnya kami pulang kerumah membawa hasil untuk keluarga. 13 3. Disposisi Disposisi juga merupakan salah satu kendala dalam anggota BPD Tridayasakti dalam pembentukan Peraturan Desa yaitu komitmen yang rendah dalam BPD itu sendiri sehingga tidak bisa bertahan lama dalam menjalankan program-program ketika ada hambatan yang ditemui. Program atau kepentingan desa misalnya membicarakan porsi-porsi anggaran lebih intens, aspirasi masyarakat dan termasuk merumuskan peraturan desa lainnya. Hal senada yang disampaikan oleh anggota BPD Tridayasakti lainnya yaitu Bapak Abdurrahman S.Ag menyampaikan bahwa 13 Wawancara pribadi dengan Suwanto, Bekasi. 15 januari 2014. 70 BPD selalu duduk dan membicarakan segala program atau kepentingan desa, bahkan sudah pada tingkatan pembicaraan terkait dengan pembentukan peraturan desa. Untuk sejauh ini belum dilaksanakan dengan baik dan komprehensif. 14 Dalam persoalan ini Penulis melihat faktor kendala yang memungkinkan terjadinya yaitu kurangnya komitmen dan tanggungjawab yang membuat anggota BPD inkonsisten dalam melaksanakan proses pembentukan peraturan desa maupun menjalankan fungsi lainnya. 4. Struktur Birokrasi Struktur birokrasi juga menjadi salah satu yang menjadi kendala BPD Tridayasakti dalam implementasi kebijakan yaitu proses mekanismenya tidak ada yang dicantumkan dalam kerangka kerja program BPD. Hal ini juga terjadi karena tingkat pemahaman dan wawasan BPD yang masih minim sehingga semua tidak tersusun secara sistematis, padahal ini merupakan acuan setiap anggota BPD dalam melaksanakan program-program BPD. Sedangkan terkait dengan struktur pelaksana tidak memberikan memberikan jaminan atas terlaksananya program dalam hal ini peran BPD Tridayasakti dalam pembentukan peraturan desa baik dalam merumuskan dan merancang peraturan desa serta lemahnya sumber daya manusia aparatur Pemerintahan Desa yang menguasai peraturan perundang-undangan dan teknik legal drafting. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu anggota BPD Tridayasakti 14 Wawancara pribadi dengan Abdurrahman S.ag., Bekasi. 23 Januari 2014. 71 oleh Bapak Romli Efendi selaku sekretaris BPD Tridasakti menyatakan kalau untuk mekanisme dan struktur pelaksana dalam menjalankan fungsi kami sebagai BPD tidak mempunyai suatu panduan dalam kerangka kerja, sedangkan untuk pembentukan peraturan desa mengukur dari pemahaman dan wawasan setiap anggota dalam internal BPD yang masih rendah atau katakanlah belum terlalu optimal. Inilah kendala kami di BPD. 15 Bukan hanya persoalan sumber daya manusia yang kurang kompeten, Penulis melihat bahwa lembaga atau badan dari penyelenggaraan pemerintah desa tidak memiliki acuan dalam menjalankan program maupun teknis kerjanya sehingga peraturan desa yang diciptakan oleh Badan Permusyawaratan Desa di desa Tridayasakti tidak mencerminkan kebutuhan masyarakat dan kurang optimalnya peran BPD dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Berdasarkan pasal 9 ayat f PerDa Kabupaten Bekasi No. 2 Tahun 2008 bahwa wewenang BPD adalah menyusun tata tertib BPD, faktanya yang Penulis dapat dari wawancara tersebut menyatakan bahwa Badan Permusyawaratan Desa di desa Tridayasakti tidak memiliki acuan dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai mitra Kepala Desa.

E. Perspektif Islam Terhadap Kedudukan Badan Permusyawaratan Desa

Dalam ajaran Islam telah banyak dijelaskan tentang pentingnya masalah Pemerintahan baik yang menyangkut urusan duniawi maupun urusan ukhrawi, hal 15 Wawancara pribadi dengan Romli Effendi, Bekasi. 26 Januari 2014. 72 ini dikarenakan adanya pendapat bahwa Islam adalah agama yang komprehensif, didalamnya terdapat sistem ketatanegaraan, sistem ekonomi, sistem sosial dan sebgainya. Namun dalam skripsi ini lebih menerangkan tentang implementasi peran Badan Permusyawaran Desa BPD dalam melaksanakan amanat yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Dalam Al-Quran telah dijelaskan tentang prinsip kepemimpinan yaitu dalam Surat Ali Imran ayat 118 yang berbunyi:                                 Artinya: Allah berfirman “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu, karena mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dimulut mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat Kami jika kamu memahaminya”.Q.S. Ali Imran [3]: 118 Dengan demikian jelaslah pentingnya Pemerintahan baik Pusat maupun Daerah, maka dengan adanya tugas pembantuan yang diemban oleh Pemerintah Desa diharapkan warga masyarakat dapat langsung menyalurkan aspirasinya melalui orang-orang yang dipercayainya ditingkat Pemerintahan Desa, karena dalam Al-Quran pun pada saat surat Ali Imran ayat 118, Allah memerintahkan ummatNya untuk mengambil dan menjadikan orang-orang yang dipercaya dalam menjalankan roda pemerintahan Pusat maupun Desa yaitu orang-orang derasal 73 dari golongannya, karena dianggap lebih dapat dipercaya dan lebih mengetahui asal usul dan adat kebiasaan masyarakat setempat. Dengan dipilihnya Kepala pemerintahan dari golongan sendiri maka lembaga imamah Pemerintah mempunyai tugas dan tujuan umum sebagaimana telah dikemukakan Imam- Almawardi yaitu: Pertama, mempertahankan dan memelihara agama dan prinsip-prinsipnya yang ditetapkan dan apa yang menjadi ijma’ oleh salaf generasi pertama umat Islam. Kedua, melaksanakan kepastian hukum diantara pihak-pihak yang bersengketa atau berperkara dan berlakunya keadilan yang universal antara penganiaya dan yang dianiaya. Ketiga, melindungi wilayah Islam dan memelihara kehormatan rakyat agar mereka bebas, aman dan baik jiwanya maupun harta. Keempat, memelihara hak-hak rakyat dan hukum-hukum Tuhan. Kelima. Membentuk kekuatan untuk menghadapi musuh. Keenam, jihad terhadap orang- orang yang menentang Islam setelah adanya dakwah agar mereka mengakui eksistensi Islam. Ketujuh, memungut pajak dan sedekah menurut yang diwajibkan syara’, nash dan ijtihad. Kedelapan, mengatur penggunaan harta baitul mal secara efektif. Kesembilan, meminta nasehat dan pandangan dari orang-orang terpercaya. Kesepuluh, dalam mengatur ummat dan memelihara agama, pemerintah dan kepala Negara harus langsung menanganinya dan meneliti keadaan yang sebenarnya. 16 16 J. Suyuti Pulungan, Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, PT. Rajawali Pers, Jakarta,h. 260.

Dokumen yang terkait

Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada BPD Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

5 96 117

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Tentang Proyek Desa Di Desa Gunung Tua Panggorengan Kecamatan Panyabungan)

35 350 77

Relasi Antara Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus: Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

1 62 186

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembangunan Pertanian Di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo

1 71 103

Peran Badan Perwakilan Desa (BPD) Dalam Proses Demokratisasi Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang (Suatu Tinjauan di Desa Simalingkar A dan Desa Perumnas Simalingkar)

1 49 124

SKRIPSI PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembentukan Peraturan Desa Di Kecamatan Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

1 2 15

PENDAHULUAN Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembentukan Peraturan Desa Di Kecamatan Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

2 3 14

PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DESA DI KECAMATAN KISMANTORO Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembentukan Peraturan Desa Di Kecamatan Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

0 2 24

PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENYUSUNAN PERATURAN DESA Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyusunan Peraturan Desa (Studi Kasus di Desa Pablengan Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar).

0 0 17

PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENYUSUNAN PERATURAN DESA Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyusunan Peraturan Desa (Studi Kasus di Desa Pablengan Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar).

1 3 16