Landasan Pembentukan Peraturan Desa

37 Yang dimaksud dengan asas “kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat” adalah bahwa setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh lembagapejabat Pembentuk Peraturan Perundang-undangan yang berwenang. Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum, apabila dibuat oleh lembagapejabat yang tidak berwenang; 3. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan Yang dimaksud dengan asas kesesuaian antara jenis dan materi muatan adalah bahwa dalam Pembentakan Peraturan Perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis Peraturan. Perundang-undangannya; 4. Dapat dilaksanakan Yang dimaksud dengan asas dapat dilaksanakan adalah bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus memperhitungkan efektifitas Peraturan Perundang- undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, yuridis maupun sosiologis; 5. Kedayagunaan dan kehasilgunaan Yang dimaksud dengan asas kedayagunaan dan kehasilgunaan adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan dibuat karena memang benar- benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; 6. Kejelasan rumusan 38 Yang dimaksud dengan asas kejelasan rumusan adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan Peraturan Perundang-undangan, sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti, sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya; dan 7. Keterbukaan Yang dimaksud dengan asas keterbukaan adalah bahwa dalam proses Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan, dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam proses pembuatan Peraturan Perundang-undangan. Peraturan desa, peraturan kepala desa, dan keputusan kepala desa harus disusun secara benar sesuai kaidah-kaidah hukum, teknik penyusunan dan asas yang terkandung dalam materi muatannya. 20 Berdasarkan pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 menjelaskan bahwa materi Muatan Peraturan Perundang-undangan mengandung asas : 1. Pengayoman; 20 Hanif Nurcholis, Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, h. 115. 39 Yang dimaksud dengan asas pengayoman adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan ketentraman masyarakat. 2. kemanusian; Yang dimaksud dengan asas kemanusiaan adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional. 3. Kebangsaan; Yang dimaksud dengan asas kebangsaan adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik kebhinekaan dengan tetap menjaga prinsip negara kesatuan Republik Indonesia. 4. Kekeluargaan; Yang dimaksud dengan asas kekeluargaan adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan. 5. Kenusantaraan; Yang dimaksud dengan asas kenusantaraan adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan Peraturan 40 Perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila. 6. bhinneka tunggal ika; Yang dimaksud dengan asas bhinneka tunggal ika adalah bahwa Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah, dan budaya khususnya yang menyangkut masalah-masalah sensitif dalam kehidupan. bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 7. keadilan; Yang dimaksud dengan asas keadilan adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali. 8. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan; Yang dimaksud dengan asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang- undangan tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial. 9. ketertiban dan kepastian hukum; danatau Yang dimaksud dengan asas ketertiban dan kepastian hukum adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus dapat 41 menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum. 10. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan. Yang dimaksud dengan asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu dan masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara. 42

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG DESA TRIDAYASAKTI, KECAMATAN

TAMBUN SELATAN, KABUPATEN BEKASI, PROVINSI JAWA BARAT A. Letak Geografis dan Profil Desa Desa Tridayasakti merupakan salah satu desa di Kecamatan Tambun, Selatan, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Dimana luas keseluruhan wilayahnya mencapai 325 Ha, yang terdiri dari 6 Ha lahan pertanian tanaman padi, 309 Ha perumahan atau pekaerangan, 10 Ha semak belukar. Secara Administrasi Desa Tridayasakti dibagi menjadi 3 Dusun, 16 rukun warga yang kemudian disebut RW dan 97 rumah tangga yang kemudian disebut RT. Kemudian teritorial pemerintahan desa Tridayasakti di batasi dengan batas- batas sebagai berikut : 1. Sebelah Utara dibatasi dengan Desa Sumber Jaya 2. Sebelah Selatan dibatasi dengan Desa Mekarsari 3. Sebelah Barat dibatasi dengan Desa Mangun Jaya 4. Sebelah Timur dengan Kelurahan Wanasari Dilihat dari iklim yang ada di Desa Tridayasakti mempunyai iklim tropis yang terbagi menjadi dua bagian yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Dalam kondisi normal musim kemarau terjadi pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus sedangkan untuk musim penghujan terjadi pada bulan September sampai dengan Februari. 43 Dilihat dari perkembangan selama 6 tahun dimulai tahun 2006 sampai dengan 2012, Penduduk Desa Tridayasakti mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 jumlah penduduk di Desa Tridayasakti sebanyak 18.554 jiwa. Penduduk laki-laki : 9.145 jiwa Penduduk perempuan : 9,409 jiwa Pada tahun 2007 kemudian meningkat kembali penduduk desa Tridayasakti menjadi 27.972 jiwa. Penduduk laki-laki : 13.999 jiwa Penduduk perempuan : 13.973 jiwa Pada tahun 2008 penduduk desa Tridayasakti menjadi 28.336 jiwa. Penduduk laki-laki : 14.091 jiwa Penduduk perempuan : 14.425 jiwa Peningkatan penduduk setiap tahunnya terus berjalan pada tahun 2009 menjadi 28.559 jiwa, tahun 2010 mejadi 28.611 jiwa, pada tahun 2011 menjadi 28.688, pada tahun 2012 menjadi 28.700 jiwa dan pada tahun 2013 peningkatan itu terus memadati perkampungan Tridayasakti menjadi 29.600 jiwa yang terdiri dari : 1. Penduduk laki-laki : 14.930 jiwa 2. Penduduk perempuan : 14.670 jiwa 3. Usia 0 – 15 : 8.070 jiwa 4. Usia 16 – 65 : 15.710 jiwa 5. Usia 66 keatas : 6.819 jiwa 44 Sedangkan jika dilihat berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat di Desa Tridayasakti Tahun 2013 adalah sebagai berikut: 1. Lulusan Pendidikan Umum: a. Taman kanak-kanak : 621 orang b. Sekolah Dasar sederajat : 22.700 orang c. SMP : 13.321 orang d. SMASMU : 9.823 orang e. AkademiD1-D3 : 811 orang f. Sarjana : 521 orang g. Pascasarjana : S2 45 orang dan S3 20 orang 2. Lulusan pendidikan khusus a. Pondok pesantren : 370 orang b. Pendidikan keagamaan : 780 orang c. Sekolah luar biasa : 5 orang d. Kursus ketrampilan : 211 orang 3. Tidak lulus dan tidak sekolah a. Tidak lulus : 36 orang b. Tidak bersekolah : 120 orang

B. Struktur Pemerintahan Desa

Pemerintahan desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat memiliki peran yang strategis dalam pengaturan masyarakat desa kelurahan dan keberhasilan pembangunan nasional. Struktur administrasi pemerintah desa di

Dokumen yang terkait

Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada BPD Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

5 96 117

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Tentang Proyek Desa Di Desa Gunung Tua Panggorengan Kecamatan Panyabungan)

35 350 77

Relasi Antara Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus: Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

1 62 186

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembangunan Pertanian Di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo

1 71 103

Peran Badan Perwakilan Desa (BPD) Dalam Proses Demokratisasi Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang (Suatu Tinjauan di Desa Simalingkar A dan Desa Perumnas Simalingkar)

1 49 124

SKRIPSI PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembentukan Peraturan Desa Di Kecamatan Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

1 2 15

PENDAHULUAN Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembentukan Peraturan Desa Di Kecamatan Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

2 3 14

PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DESA DI KECAMATAN KISMANTORO Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembentukan Peraturan Desa Di Kecamatan Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

0 2 24

PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENYUSUNAN PERATURAN DESA Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyusunan Peraturan Desa (Studi Kasus di Desa Pablengan Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar).

0 0 17

PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENYUSUNAN PERATURAN DESA Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyusunan Peraturan Desa (Studi Kasus di Desa Pablengan Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar).

1 3 16