Review Studi Terdahulu PENDAHULUAN

11 pembentukan peraturan desa dan itu tidak dijabarkan sama sekali dalam buku ini sesuai yang Penyususn teliti tentang peran anggota BPD dalam pembentukan peraturan desa. 8 Otonomi desa merupakan otonomi yang asli, bulat dan utuh. Buku yang ditulis Haw Widjaja dalam bab III pemerintahan desa di jelaskan bahwa sebelum nama Badan Perwakilan Desa menjad Badan Permusyawaratan Desa. Dalam Undang-undang No 22 Tahun 1999 terdapat Badan Perwakilan Desa sebagai lembaga legislatif desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat. Bersama-sama pemerintah desa membuat dan menetapkan peraturan desaPerdes, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat kepada pejabat atau instansi yang berwenang serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Perdes, APBD serta keputusan kepala desa. Pelaksanaan fungsi BPD di tetapkan dalam tata tertib BPD sendiri dalam pasal 1 huruf b Kepmendagri No. 64 Tahun 1999 dinyatakan secara tegas bahwa pemerintah desa adalah kegiatan pemerintah yang dilaksanakan oleh pemerintah desa dan BPD. Dari ketentuan ini tampak jelas bahwa antara lembaga pemerintah desa dan BPD merupakan lembaga yang terpisah yang mempunyai tugas dan kewenangan sendiri. 9 Membangun Good Governance di Desa. Buku yang ditulis pada tahun 2003 oleh AAGN Ari Dwipayana dalam bab III dijelaskan bahwa dalam konteks pembangunan institusi demokrasi desa, kehadiran Badan Permusyawaratan Desa telah memberikan intrumen kelembagaan bagi masyarakat desa untuk 8 Taliziduhu Ndraha, Dimensi-Dimensi Pemerintahan Desa, Jakarta: PT Bumi Aksara, 1991, h.50. 9 HAW. Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi Asli, Bulat dan Utuh.......,h.27-28. 12 berpartisipasi dalam politik desa. Ruang bagi masyarakat untuk menyuarakan kepentingannya voice, terlibat dalam proses politik access, dan turut mengontrol jalannya proses politik di level desa terakomodasi dengan keberadaan BPD, akan tetapi tidak menjelaskan mengenai fungsi BPD sebagai mitra pemerintah desa dalam penyusunan dan penetapan peraturan desa, itu tidak dijabarkan dalam buku ini. 10

E. Kerangka Konsepsional

Untuk mengupayakan agar tidak terjadi kesimpangsiuran dan kesalahpahaman dalam hal mengartikan konsep-konsep pokok dalam penelitian ini, maka penelitian ini ditentukan bahwa: 1. Yang dimaksud dengan “Pemerintah Desa” adalah organisasi dalam pemerintahan desa yang melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan desa, pejabataparatur desa tersebut yaitu Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Staf Desa lainnya. 2. Yang dimaksud dengan “Badan Permusyawaratan Desa selanjutnya disebut BPD adalah suatu badan selaku mitra Kepala Desa dalam menyelenggarakan Pemerintah Desa, BPD yang sebelumnya disebut Badan Perwakilan Desa memiliki fungsi menetapkan peraturan desa, bersama Kepala Desa menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta menjadi fungsi kontrol dalam penyelenggaran pemerintahan desa 10 AAGN Ari Dwipayana, Membangun Good Governance di Desa, Yogyakarta: IRE Press, 2003, h.25. 13 3. Yang dimaksud dengan “Peraturan Desa” yang selanjutnya disebut PerDes adalah produk hukum yang diciptakan oleh pemerintah desa dalam menjalankan pembangunan desa demi tercapainya kesejahteraan masyarakat desa secara menyeluruh. Peraturan desa adalah bentuk regulasi yang dikeluarkan pemerintah desa sebagaimana kabupaten membuat peraturan daerah. Peraturan desa ditetapkan oleh kepala desa bersama Badan Permusyawaratan Desa, peraturan desa dibentuk dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat desa setempat. 11

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi objek kajian adalah Pemerintahan Desa khususnya Badan Permusyawaratan Desa BPD sebagai mitra Kepala Desa dalam menetapkan Peraturan Desa. Melihat begitu pentingnya kedalaman empiris yang harus dapat dijangkau dengan sejumlah data yuridis maka penulis akan menggunakan metode penelitian hukum normatif didalamnya akan dikombinasikan dengan metode komparatif, pengamatan, serta studi kasus. 11 Hanif Nurcholis, Pertumbuhan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Jakarta: Erlangga, 2011, h. 113. 14 Metode komparatif menjelaskan lebih pada perbandingan berbagai macam hal dengan tujuan mendapatkan petunjuk-petunjuk mengenai apa yang dilakukan BPD di desa Tridayasakti dalam proses pembentukan Peraturan Desa. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif dan juga pendekatan secara empiris, yakni menekankan pada sumber hukum mengenai peran BPD dalam pemerintahan desa serta implementasi undang-undang oleh Badan Permusyawaratan Desa dalam proses pembentukan Peraturan Desa. Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih dalam mengenai kinerja BPD selaku penampung dan penyalur aspirasi masyarakat dalam pembentukan perdes demi terciptanya tatanan sosial, ekonomi dan budaya desa yang mapan. 2. Jenis Data Dalam penelitian ini akan digunakan data primer dan data sekunder. Dibawah ini akan dirincikan satu persatu apa saja yang termasuk ke dalam data primer dan sekunder yang menunjang penelitian ini terlaksana. a. Data Primer Didapatkan dari Kantor Pemerintahan Desa Tridayasakti Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi terkait dengan peran Badan Permusyawaratan Rakyat dalam proses pembentukan Perdes. Selain itu juga data primer diperoleh lewat interview wawancara kepada anggota BPD selaku mitra Pemerintah desa dalam pembentukan Perdes

Dokumen yang terkait

Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada BPD Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

5 96 117

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Tentang Proyek Desa Di Desa Gunung Tua Panggorengan Kecamatan Panyabungan)

35 350 77

Relasi Antara Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus: Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

1 62 186

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembangunan Pertanian Di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo

1 71 103

Peran Badan Perwakilan Desa (BPD) Dalam Proses Demokratisasi Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang (Suatu Tinjauan di Desa Simalingkar A dan Desa Perumnas Simalingkar)

1 49 124

SKRIPSI PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembentukan Peraturan Desa Di Kecamatan Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

1 2 15

PENDAHULUAN Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembentukan Peraturan Desa Di Kecamatan Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

2 3 14

PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DESA DI KECAMATAN KISMANTORO Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembentukan Peraturan Desa Di Kecamatan Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

0 2 24

PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENYUSUNAN PERATURAN DESA Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyusunan Peraturan Desa (Studi Kasus di Desa Pablengan Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar).

0 0 17

PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENYUSUNAN PERATURAN DESA Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyusunan Peraturan Desa (Studi Kasus di Desa Pablengan Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar).

1 3 16