Analisis Faktor-Faktor Penghambat Pengembalian Dana Bantuan PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Melalui Program Kemitraan Kepada Usaha Kecil Di Kota Medan.

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT

PENGEMBALIAN DANA BANTUAN PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA III (PERSERO) MELALUI PROGRAM

KEMITRAAN KEPADA USAHA KECIL DI KOTA MEDAN

GELADIKARYA

Oleh:

MAILANTA BANGUN NIM: 077007056

KONSENTRASI: MANAJEMEN PEMASARAN

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Geladikarya : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PENGEMBALIAN DANA BANTUAN

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

MELALUI PROGRAM KEMITRAAN KEPADA

USAHA KECIL DI KOTA MEDAN

Nama : MAILANTA BANGUN

NIM : 077007056

Program Studi : Magister Manajemen

Konsentrasi : Manajemen Pemasaran

Menyetujui, KomisiPembimbing

Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng Ketua

Dr. Ir. Nazaruddin, MT Anggota

Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa geladikarya yang berjudul:

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PENGEMBALIAN DANA BANTUAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III

(PERSERO) MELALUI PROGRAM KEMITRAAN KEPADA USAHA KECIL DI KOTA MEDAN”

adalah benar hasil karya sendiri yang belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas.

Medan, Desember 2012 Yang Membuat Pernyataan


(4)

RIWAYAT HIDUP

Mailanta Bangun, lahir di Banjar Masin pada tanggal 01 Mei 1964, sekarang aktif bekerja sebagai Kepala Bagian Komersil di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) terhitung sejak tanggal 19 Maret 2012.

Riwayat Pendidikan

Memulai pendidikan di SD Negeri di Kota Medan pada Tahun 1976, setelah lulus langsung melanjutkan studinya disalah satu SMP di Kota Medan pada Tahun 1980 dan kemudian melanjutkannya SMA di Kota Bogor, Jawa Barat pada Tahun 1983. Pendidikan berikutnya adalah Sarjana Ilmu administrasi Jurusan Ilmu Administrasi Niaga di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta Tahun 1988.

Riwayat Pekerjaan

Memulai karir pekerjaan dengan hanya sebagai calon asisten administrasi Kebun Aek Nabara selatan PTPN III pada Tahun 1991, diangkat menjadi staf bagian Pembiayaan diperusahaan yang sama pada Tahun 1992. Dan sebagai Kepala Bagian Komersil di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) terhitung sejak tanggal 19 Maret 2012 hingga saat ini.


(5)

RINGKASAN EKSEKUTIF

PT Perkebunan Nusantara III sejak tahun 2002 sampai tahun 2011 telah menjalankan Program Kemitraan untuk membantu usaha kecil ke seluruh wilayah Sumatera Utara. Dalam pelaksanaannya, Program Kemitraan ini juga mengalami berbagai hambatan. Dari berbagai hambatan tersebut dapat dikatakan pengembalian dana bantuan yang telah diberikan dari berbagai kelompok usaha belum memenuhi target yang diharapkan dari penyandang dana, maka untuk itu perlu dilakukan penelitian, mengapa para pelaku usaha kecil penerima bantuan tidak dapat mengembalikan dana bantuan tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-korelasional. Penelitian deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Jenis penelitian deskriptif yang dilakukan adalah penelitian survei (survey research). Penelitian ini juga menggunakan metode sensus.

Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan bahwa pengaruh variabel hasrat untuk berbisnis terhadap kemampuan penerima bantuan baik dalam mengembalikan pinjaman, cara mengembalikan, sikap penerima dalam menjalankan usaha maupun kemampuan penerima pinjaman memasarkan produk usahanya sangat signifikan yaitu sebesar 68,5%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Variabel Hasrat untuk berbisnis memberikan pengaruh cukup besar terhadap kemampuan penerima pinjaman memiliki alasan yang dapat diterima, hal ini dikarenakan bahwa penerima bantuan yang benar-benar dan bersungguh-sungguh untuk menjalankan usahanya dapat meningkatkan kemampuan penerima pinjaman, dan sebaliknya.

Dilain pihak, rendahnya sangsi yang diberikan oleh pemberi pinjaman terhadap penerima pinjaman yang kurang memiliki kemampuan penerima pinjaman juga menjadi salah satu persoalan dalam program ini. Hal ini memunculkan dampak psikologis bagi penerima pinjaman yang menganggap bahwa pengembalian pinjaman hanya memiliki dampak yang kecil terhadap usaha mereka serta masih ada iktikad yang kurang terpuji dari para penerima untuk membayar cicilan sehingga terjadi tunggakan.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada tuhan yang maha Esa yang telah memberikan rahmat, kasih serta sayangNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan Geladikarya ini dengan judul: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PENGEMBALIAN DANA BANTUAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MELALUI PROGRAM KEMITRAAN KEPADA USAHA KECIL DI KOTA MEDAN.

Usulan Geladikarya ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam penyusunan Geladikarya sesuai dengan kurikulum Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

• Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.SIE selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

• Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng selaku Ketua Program Studi Magister

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

• Dr. Ir. Nazaruddin , MT selaku Anggota Komisi Pembimbing

• Seluruh Staf Pengajar dan Staf Administrasi Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Yang telah membimbing, membantu dan memberikan saran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan Geladikarya. Penulis menyadari banyak kekurangan pada penyusunan Geladikarya, oleh karenanya sangat diharapkan saran serta kritik untuk kesempurnaan Geladikarya.

Medan, Desember 2012 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ……... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... ... iv

RINGKASAN EKSEKUTIF ... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang …………... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 4

1.5 Batasan Ruang Lingkup Penelitian... 5

BAB II KERANGKA TEORITIS... 6

2.1 Kewirausahaan dan Usaha Kecil ... 6

2.2 Indikator Kesuksesan Kewirausahaan ... 9

2.3 Karakteristik Kewirausahaan ... 11

2.4 Benchmarking ... 16

2.5 Corporate Social Responsibility (CSR) ... 17


(8)

BAB IV METODE PENELITIAN... 20

4.1 Metode Penelitian …………... 20

4.2 Jenis dan Sumber Data ……... 20

4.3 Metode Pengumpulan Data…... 21

4.3.1 Variabel Operasional Penelitian ... 21

4.4 Metode Pengolahan dan Pengumpulan Data ... 26

4.4.1 Analisis Deskriptif …………... 26

4.4.2 Analisis Uji Validitas dan Realibilitas... 26

4.4.3 Uji Multikolinieritas dan Heterokedastisitas ... 26

4.4.4 Analisis Regresi Linier berganda …... 27

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitan ... 28

BAB V GAMBERAN UMUM PERUSAHAAN... 29

5.1 Sejarah Perusahaan ………... 29

5.2 Tujuan ……….. 30

5.3 Komoditi Utama ……….. 31

5.4 Visi dan Misi…………. ……... 32

5.5 Strategi dan Upaya Strategis ……… 32

5.5.1 Strategi ………... 32

5.5.2 Upaya Srategi ………... 33

5.6 Tata Kelola Perusahaan yang Baik ... 34

5.7 Pendirian PKBL dan Informasi Umum ... 36

5.7.1 Kegiatan Utama ... 37

5.7.2 Struktur Organisasi PKBL ... …... 38

5.7.3 Gambaran Umum Mitra Binaan ... 39

5.8 Struktur Organisasi Perusahaan ... 40

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...…... 41


(9)

6.1.1 Validitas dan Realibilitas Kuisioner... 41

6.1.2 Uji Multikolinieritas dan Heterokedastisitas ... 43

6.1.3 Analisis Regresi Linier Berganda... 45

6.2 Pembahasan Hasil ... 50

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN………... 53

7.1 Kesimpulan ... 53

7.2 Saran ………..……… 53

7.2 Usul Penelitian Lebih Lanjut..……… 54

DAFAR PUSTAKA... 55 Lampiran.


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian …………... 19

5.1 Struktur Organisasi PTPN III ……… 40


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1.1 Kondisi Mitra Binaan Penerima Bantuan di Kota Medan ... 2

4.1 Populasi Penerima Bantuan Semester I Tahun 2010 ... 21

4.2 Defenisi Operasional Variabel ... 22

4.3 Jadwal Kegiatan Penelitian ……….………... 28

5.1 Komoditi dan Produk PTPN III ...……... 31

6.1 Hasil Perhitungan Validitas Variabel Penelitian ... 42

6.2 Perhitungan Realibilitas Pengukuran Kuisioner ... 43

6.3 Hasil Uji Multikolinieritas ... 44

6.4 Model Summary Penelitian ... 46

6.5 Hasil Perhitungan ANOVA Penelitian ... 47


(12)

RINGKASAN EKSEKUTIF

PT Perkebunan Nusantara III sejak tahun 2002 sampai tahun 2011 telah menjalankan Program Kemitraan untuk membantu usaha kecil ke seluruh wilayah Sumatera Utara. Dalam pelaksanaannya, Program Kemitraan ini juga mengalami berbagai hambatan. Dari berbagai hambatan tersebut dapat dikatakan pengembalian dana bantuan yang telah diberikan dari berbagai kelompok usaha belum memenuhi target yang diharapkan dari penyandang dana, maka untuk itu perlu dilakukan penelitian, mengapa para pelaku usaha kecil penerima bantuan tidak dapat mengembalikan dana bantuan tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-korelasional. Penelitian deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Jenis penelitian deskriptif yang dilakukan adalah penelitian survei (survey research). Penelitian ini juga menggunakan metode sensus.

Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan bahwa pengaruh variabel hasrat untuk berbisnis terhadap kemampuan penerima bantuan baik dalam mengembalikan pinjaman, cara mengembalikan, sikap penerima dalam menjalankan usaha maupun kemampuan penerima pinjaman memasarkan produk usahanya sangat signifikan yaitu sebesar 68,5%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Variabel Hasrat untuk berbisnis memberikan pengaruh cukup besar terhadap kemampuan penerima pinjaman memiliki alasan yang dapat diterima, hal ini dikarenakan bahwa penerima bantuan yang benar-benar dan bersungguh-sungguh untuk menjalankan usahanya dapat meningkatkan kemampuan penerima pinjaman, dan sebaliknya.

Dilain pihak, rendahnya sangsi yang diberikan oleh pemberi pinjaman terhadap penerima pinjaman yang kurang memiliki kemampuan penerima pinjaman juga menjadi salah satu persoalan dalam program ini. Hal ini memunculkan dampak psikologis bagi penerima pinjaman yang menganggap bahwa pengembalian pinjaman hanya memiliki dampak yang kecil terhadap usaha mereka serta masih ada iktikad yang kurang terpuji dari para penerima untuk membayar cicilan sehingga terjadi tunggakan.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu kewirausahaan telah berkembang sejak lama, paling tidak sejak tahun 50-an, tetapi perkembangan yang paling menonjol baru pada era tahun 80-an. Perkembangan tersebut terjadi setelah hasil penelitian Birch (1981) dipublikasikan. Dalam hasil penelitiannya disebutkan bahwa antara tahun 1969-1976 kurang lebih 80% dari pekerjaan baru yang tumbuh di Amerika Serikat adalah berasal dari usaha kecil dan menengah (UKM), yaitu perusahaan yang mempunyai tenaga kerja lebih kecil dari 100 orang. Malahan perusahaan yang paling banyak berkembang adalah terutama dari usaha yang tenaga kerjanya lebih kecil dari 20 orang. Selanjutnya penelitian di negara lain menunjukkan fenomena yang sama dengan yang terjadi di Amerika Serikat.

Pada kurun waktu 1980-1988 di Amerika Serikat, 17 juta pekerja baru berskala kecil tumbuh dan pada kurun waktu yang sama dari perusahaan-perusahaan besar yang termasuk kelompok Fortune 500, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sebanyak 3,5 juta pekerja. Fenomena diatas terjadi akibat adanya resesi, dan gejolak ekonomi yang melanda perusahaan besar yang kebetulan tidak kenyal terhadap goncangan-goncangan ekonomi. Untuk mengatasi keadaan tersebut diperlukan terobosan baru, yaitu perubahan paradigma dari manajemen umum ke arah kewirausahaan dan manajemen usaha kecil dan menengah. Konsep tersebut menyatukan management dan kepemilikan dan menumbuhkan kreativitas dan inovasi yang akan menjadi prasyarat tumbuhnya usaha baru.


(14)

Setelah diteliti lebih lanjut terhadap usaha kecil dan menengah yang dapat menyerap tenaga kerja lebih besar adalah hanya 2-10% dari populasi UKM yang tumbuh. Mereka adalah kelompok orang-orang muda yang cakap. Mempunyai mimpi yang dapat direalisasikan menjadi kenyataan. Mereka berkembang karena dapat menyatukan visi dengan kecakapan. Perusahaan tersebut disebut “job creating companies”. Pola yang berkembang di Amerika Serikat tersebut yang banyak ditiru oleh negara lain sebagai best practice.

Data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop dan UKM) Republik Indonesia menunjukkan jumlah UKM di Indonesia pada Tahun 2011 sebanyak 53,2 juta unit. Jumlah ini mampu menyerap 90,86% tenaga kerja yang ada (www.depkop.go.id).

PT. Perkebunan Nusantara III telah menjalankan Program Kemitraan sejak tahun 2002, hal tersebut sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002. PT Perkebunan Nusantara III telah menjalankan Program Kemitraan tersebut ke seluruh wilayah Sumatera Utara. Sejak tahun 2002 sampai tahun 2011, PT Perkebunan Nusantara III melalui Program Kemitraan telah membantu usaha kecil di Sumatera Utara.

Tabel 1.1 Kondisi Mitra Binaan Penerima Bantuan Tahun 2008 s/d 2011 di Kota Medan

No Tahun Jumlah Penerima Bantuan (Unit)

Bermasalah (Unit)

Lancar (Unit)

Persentase Bermasalah

1 2008 132 15 117 11,36%

2 2009 125 17 108 13,60%

3 2010 194 18 176 9,28%

4 2011 246 20 226 8,13%


(15)

Di dalam pelaksanaannya, Program Kemitraan ini juga mengalami berbagai hambatan. Menurut Laporan PKBL Tahun 2011 sebelum Audit, berbagai hambatan yang dialami di dalam pelaksanaan program tersebut antara lain:

1) Masih terdapat hal-hal yang kurang terpuji dari Mitra Binaan untuk membayar cicilan sehingga terjadi tunggakan,

2) Masih belum membudayanya dikalangan Mitra Binaan untuk membayar angsuran melalui transfer Bank,

3) Masih ada Mitra Binaan yang bersikap tertutup, sehingga pembinaan sulit dilakukan secara optimal,

4) Mitra binaan sulit memasarkan produknya.

Dari permasalahan diatas dapat dikatakan pengembalian dana bantuan yang telah diberikan dari berbagai kelompok usaha belum memenuhi target yang diharapkan dari penyandang dana, maka untuk itu perlu dilakukan penelitian, mengapa para pelaku usaha kecil penerima bantuan tidak dapat mengembalikan dana bantuan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah dijelaskan, permasalahan yang akan diteliti pada geladikarya ini adalah:

a. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan para pelaku usaha kecil yang mendapat bantuan melalui program kemitraan PT Perkebunan Nusantara III (persero) tidak mampu mengembalikan dana bantuan secara tepat waktu. b. Bagaimana upaya yang harus ditempuh agar usaha kecil menengah mitra


(16)

Tujuan dari penulisan geladikarya ini adalah:

a. Menemu kenali faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan penerima bantuan atau para pelaku usaha kecil dalam melakukan pengembalian dana bantuan.

b. Merumuskan kebijakan dalam upaya perbaikan proses penyaluran bantuan sehingga tunggakan pengembalian dana bantuan dapat diminimisasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Sejalan dengan tujuan penelitian, manfaat penelitian yang diharapkan dari penulisan geladikarya ini adalah :

a. Bagi penulis :

Menambah wawasan dalam mengaplikasikan pendekatan kewirausahaan dalam mengindentifikasikan masalah-masalah dalam pengembangan usaha kecil.

b. Bagi program Magister Manajemen (MM) USU :

Sebagai bahan referensi penelitian lebih lanjut yang terkait dengan masalah kewirausahaan dalam pengembangan usaha kecil.

c. Bagi PT. Perkebunan Nusantara III :

1) Penelitian ini diharapkan bisa menjadi upaya peningkatan pemberdayaan usaha kecil khususnya di Kota Medan.

2) Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumbangan dalam perbaikan terhadap Program Kemitraan pada PT. Perkebunan Nusantara III.

1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian


(17)

a. Penelitian terbatas pada Program Kemitraan yang dilakukan di Kota Medan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010.

b. Penerima bantuan yang menjadi obyek penelitian adalah yang bergerak di sektor usaha kecil.

Sementara ruang lingkup penelitian hanya membahas faktor yaitu, hasrat untuk berbisnis, fokus pada produk pelanggan, ketahanan menghadapi kegagalan dan kecenderungan melakukan eksekusi.


(18)

BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1 Kewirausahaan dan Usaha Kecil

Prawirokusumo (2010), mendefinisikan Entrepreneurship atau Kewirausahaan adalah suatu proses menjalankan suatu kegiatan baru yang kreatif dan sesuatu yang berbeda atau innovative dalam upaya untuk memperoleh sesuatu untuk dirinya dan memberi nilai tambah bagi masyarakatnya. Sesuatu yang dimaksud disini tidaklah hanya keuntungan atau profit dalam arti finansial, tetapi juga pengetahuan (knowledge)dan kebijaksanaan (wisdom).

Enterpreneur atau wirausaha adalah orang yang melakukan kegiatan dalam proses mendapatkan laba dan nilai tambah, melalui inkubasi gagasan, meramu sumber daya dan melaksanakan gagasan tersebut. Maka, kewirausahaan berlaku pula bagi semua kegiatan ekonomi tidak hanya bagi mereka yang mendirikan dan mempunyai bisnis kecil.

Definisi kewirausahaan yang paling fenomenal adalah dari Drucker (1985), sebagai berikut :

Innovation is a disciplne, with its own, fairly simple, rules. And so is entrepreneurship.Innovation is organized systematic, rational work”

Hisrich, et. al., (2005), Cunningham dan Lisheron (1991), Zimmer dan Scarborough (1998) mendiskripsikan pemahaman wirausaha atau entrepreneur sebagai: “entrepreneurs are individuals who recognize oppurtunities where others see chaos of confusion. They are aggressive catalysts foor change within the market place. The terms entrepreneurs and small business owner are sometimes used interchangeably. Entrepreneurs is the symbol of business tenacity and


(19)

achievement. Entrepreneurs were the pioneer of today’s business successes. Entrepreneurs will continue to be critical contributors to economic growth throught their leadership, management, innovation, research and development effectiveness, job creation, competitiveness, productivity and formation of new industry.”

Definisi lain tentang wirausahawan adalah seseorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumberdaya yang dimiliki (Zimmer dan Scarborough, 2004).

Kristanto (2009), mendefinisikan kewirausahaan adalah ilmu, seni maupun perilaku, sifat, ciri dan watak seseorang yang memilki kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif (create new and different). Berpikir sesuatu yang baru (kreativitas) dan bertindak melakukan sesuatu yang baru (keinovasian) guna menciptakan nilai tambah (value added) agar mampu bersaing dengan tujuan menciptakan kemakmuran individu dan masyarakat. Karya dari wirausaha dibangun berkelanjutan, dilembagakan agar kelak dapat berjalan dengan efektif meskipun di tangan orang lain.

Walaupun kewirausahaan diartikan berbeda dengan manajemen usaha kecil tetapi mereka mempunyai hubungan yang dekat yaitu bahwa kewirausahaan selalu berhubungan dengan pembentukan usaha kecil atau dalam proses sebagai suatu kegiatan ekonomi dalam menciptakan kesejahteraan hidup yang merupakan bagian dari upaya yang berhubungan dengan pengusaha itu sendiri.

Menurut Prawirokusumo (2010), kewirausahaan harus mencakup pengertian sebagai berikut:


(20)

1. Kewirausahaan adalah suatu proses penciptaan “Wealth” (laba, knowledge, dan wisdom) sehingga tidak sekedar bisnis mencari untung. Konsep kewirausahaan dapat diterapkan untuk semua kegiatan ekonomi.

2. “Equity” adalah bisnis dari pengembangan kewirausahaan. Akumulasi dari equity adalah kontribusi dari semua stakeholders, yaitu investasi berupa uang dan investasi berupa kegairahan, cinta, kerjasama dan waktu yang diberikan dalam pendirian, perkembangan dan pertumbuhan perusahaan.

3. Setiap orang dalam perusahaan, disamping sebagai stakeholders, mereka juga sebagai manajer dalam bidangnya masing-masing.

4. Individu-individu dalam perusahaan bertanggungjawab dalam penciptaan keuangan, nilai tambah dan residu untuk semua stakeholders. Perusahaan dianggap sebagai organisasi yang terdiri dari atas uang dan orang.

5. Untuk mengubah model manajemen umum ke model kewirausahaan perlu dikembangkan :

• Memperluas konsep equity (kepemilikan) yaitu menambah kontribusi

manusia disamping kontribusi finansial yang dilakukan oleh investor.

• Memperhitungkan nilai manusia dalam semua kegiatan usaha dengan

menganggap manusia sebagai Human Resources Economics.

Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang-perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil.

Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil, yang termasuk usaha kecil adalah mereka yang mempunyai asset di bawah 200 juta


(21)

tidak termasuk tanah dan bangunan, atau mempunyai omzet penjualan ± Rp 1 milyar/tahun ke bawah. Peranan usaha kecil dalam perekonomian di Indonesia menurut data tahun 1996 adalah 38,85% dalam PDB, sekarang sudah mendekati ± 50%. Peranan dalam ekspor ± 64% dan penyerapan tenaga kerja antara 70-90%. Badan Pusat Statistik (BPS) juga mengklasifikasikan industri kecil menjadi industri menengah 20-99 orang dan industri besar mempunyai pekerja diatas 100 orang (www.bps.go.id).

2.2 Indikator Kesuksesan Kewirausahaan

Ada empat karakteristik untuk mengukur kesuksesan kewirausahaan menurut Barringer dan Ireland (2006) :

1. Hasrat dalam melakukan bisnis

Hasrat disini diartikan sebagai bisnis yang dilakukan, dipercaya oleh wirausahawan akan secara positif mempengaruhi kehidupan masyarakat. 2. Berfokus kepada produk dan pelanggan (Product/Customer focus)

Seorang wirausahawan tekun dalam memfokuskan dirinya kepada produk dan pelanggan karena pada dasarnya ketekunan tersebut berasal dari hati dan sifatnya sebagai pengerajin (craftpeople)

3. Ketahanan dalam menghadapi kegagalan (Tenacity despite failure)

Tipe wirausaha pada dasarnya adalah mencoba sesuatu yang baru, tentu saja kemungkinan menemui kegagalan secara alamiah tinggi. Untuk itu diperlukan suatu kemampuan dan kemauan yang kuat untuk melalui segala kemunduran dan kegagalan yang mereka hadapi dalam menjalankan bisnis.


(22)

Kemampuan dalam mempertujukan ide bisnis yang solid kedalam bisnis yang sehat. Wirausahawan mampu menterjemahkan pemikiran, kreativitas dan imajinasi kedalam aksi dan hasil yang terukur.

Sementara Blanchard (2008), menuliskan ada 20 (dua puluh) karakter kesuksesan kewirausahaan sebagai mana dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Karakter Kesuksesan Kewirausahaan

No Karakter

1 Cerdik (Resourcesfulnes)

2 Memiliki tujuan (Determination) 3 Terfokus (focus)

4 Pengambil Resiko (Risk Management) 5 Pemecah Masalah (Problem Solving) 6 Berorientasi Penjualan (Salesmanship) 7 Visioner (Visionary)

8 Optimis (Optimistic)

9 Berorientasi Kepemimpinan (Leadership) 10 Ambisius (Ambitious)

11 Inovatif (Inovation)

12 Memiliki Integritas (Intergity) 13 Adaptif (Adaptability)

14 Komunikatif (Communication) 15 Memotivasi diri (Self Motivation) 16 Strategis (Strategist)

17 Berorientasi Team (Team Player) 18 Memiliki Tekad (Purposefulnes) 19 Ingin Tau (Curriosity)

20 Seimbang (Balance) Sumber : Blanchard (2008)

2.3 Karakteristik Kewirausahaan

Wirausaha yang unggul yang mampu menciptakan kreativitas dan inovasi sebagai dasar untuk hidup, tumbuh dan berkembang umumnya memiliki karakteristik atau ciri-ciri yang merupakan proses jangka panjang berdasarkan pengalaman dan pendidikan. Beberapa karakteristik yang melekat pada diri


(23)

wirausaha (Zimmer, dan Scarborough, 1998; Kuratko dan Hoodgets, 2007) sebagai berikut:

a. Desire for responsibility

Wirausaha yang unggul merasa bertanggungjawab secara pribadi atas hasil usaha yang dia lakukan. Mereka lebih dapat mengendalikan sumberdaya yang dimiliki dan menggunakan sumberdaya tersebut untuk mencapai cita-cita. Wirausaha yang berhasil dalam jangka panjang haruslah memiliki rasa tanggungjawab atas usaha yang dilakukan. Kemampuan untuk menanggung risiko usaha seperti: resiko keuangan, resiko teknik adakalanya muncul, sehingga wirausaha harus mampu meminimalkan resiko.

b. Tolerance for ambiguity

Ketika kegiatan usaha dilakukan, mau tidak mau harus berhubungan dengan orang lain, baik dengan karyawan, pelanggan, pemasok bahan, pemasok barang, penyalur, masyarakat, maupun aturan legal formal. Wirausaha harus mampu menjaga dan mempertahankan hubungan baik dengan stakeholder. Keberagaman bagi wirausaha adalah sesuatu hal yang biasa. Kemampuan untuk menerima keberagaman merupakan suatu ciri khas wirausaha guna menjaga kelangsungan hidup atau perusahaan dalam jangka panjang.

c. Vision

Wirausaha yang berhasil selalu memiliki cita-cita, tujuan yang jelas kedepan yang harus dicapai secara terukur. Visi merupakan filosofi, cita-cita dan motivasi mengapa perusahaan hidup, dan wirausaha akan


(24)

yang jelas. Wirausaha yang tidak jelas visi kedepan ibarat orang yang berjalan tanpa arah yang jelas, sehingga kecenderungan untuk gagal sangat tinggi.

d. Tolerance for failure

Usaha yang berhasil membutuhkan kerja keras, pengorbanan baik waktu biaya dan tenaga. Wirausaha yang terbiasa dengan kreativitas dan inovasi kadangkala atau bahkan sering mengalami ketidakberhasilan. Proses yang cukup panjang dalam mencapai kesuksesan tersebut akan meningkatkan kepribadian toleransi terhadap kegagalan usaha.

e. Internal locus of control

Di dalam diri manusia ada kemampuan untuk mengendalikan diri yang dipengaruhi oleh internal diri sendiri. Wirausaha yang ungguladalah yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri dari dalam dirinya sendiri. f. Continuos Improvement

Wirausaha yang berhasil selalu bersikap positif, menganggap pengalaman sebagai sesuatu yang berharga dan melakukan perbaikan terus-menerus. Pengusaha selalu mencari hal-hal baru yang akan memberikan manfaat baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Wirausaha memiliki tenaga, keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif yang akan membawa konsekuensi menguntungkan dimasa depan.

g. Preferencece for moderate risk

Dalam kehidupan berusaha, wirausaha selalu berhadapan dengan intensitas risiko. Sifat wirausaha dalam menghadapi resiko dapat digolongkan ke dalam 3 macam sifat mengambil resiko, yaitu risk seeking (orang yang suka dengan risiko tinggi), moderat risk (orang yang memiliki sifat suka


(25)

mengambil risiko sedang), dan risk averse (orang memiliki sifat suka menghindari resiko) pada umumnya wirausaha yang berhasil memiliki kemampuan untuk memilih risiko yang moderate/sedang, dimana ketika mengambil keputusan memerlukan pertimbangan yang matang, hal ini sejalan dengan risiko wirausaha yang apabila mengalami kegagalan di tanggung sendiri. Wirausaha akan melihat sebuah bisnis dengan tingkat pemahaman pribad yang disesuaikan dengan perubahan lingkungan (Zimmer dan Scarborough, 1998)

h. Confidence in their ability to succsess

Wirausaha umumnya memiliki keyakinan yang cukup tiinggi atas kemampuan diri untuk berhasil. Mereka memiliki kepercayaan yang tinggi untuk melakukan banyak hal dengan baik dan sukses. Mereka cenderung untuk optimis terhadap peluang keberhasila dan optimism, biasanya berdasarkan kenyataan. Tanpa keyakinan kepercayaan untuk sukses dan mampu menghadapi tantangan akan menurunkan semangat juang dalam melakukan bisnis.

i. Desire for immediate feedback

Perkembangan yang begitu cepat dalam kehidupan usaha menuntut wirausaha untuk cepat mengantisipasi perubahan yang terjadi agar mampu bertahan dan berkembang. Wirausaha pada umumnya memiliki keinginan untuk mendapatkan respon atau umpan balik terhadap suatu permasalahan. Persaingan yang begitu ketat dalam dunia usaha menuntut untuk berfikir cerdas, cepat menanggapi perubahan. Wirausaha memiliki kecenderungan untuk mengetahui sebaik apa ia bekerja dan mencari pengakuan atas


(26)

j. High energy level

Wirausaha pada umumnya memiliki energy yang cukip tinggi dalam melakukan kegiatan usaha sejalan dengan risiko yang ia tanggung. Wirausaha memiliki semangat atau energy yang cukup tinggi disbanding kebanyakan orang. Risiko yang harus ditanggung sendiri mendorong wirausaha untuk bekerja keras dan dalam jangka waktu yan cukup lama. Bergairah dan mampu menggunakan daya geraknya, ulet tekun dan tidak mudah putus asa.

k. Future orientation

Keuntungan usaha yang tidak pasti mendorong wirausaha selalu melihat peluang, menghargai waktu dan berorientasi kemasa depan. Wiirausaha memiliki kecenderungan melihat apa yang akan dilakukan sekarang dan besok, tidak begitu mempersoalkan apa yang telah dilakukan kemarin. Wirausaha yang unggul selalu berusaha memprediksi perubahan dimasa depan guna meningkatkan kinerja usaha.

l. Skill at organizing

Membangun usaha dari awal memerlukan kemampuan mengorganisasi sumber daya yang dimiliki berupa sumber-sumber ekonomi berujud maupun sumber ekonomi tak berujud untuk mendapat manfaat maksimal. Wirausaha memiliki keahlian dalam melakukan organisasi baik orang maupun barang. Wirausaha yang unggul ketika memiliki kemampuan portofolio sumberdaya yang cukup tinggi untuk dapat bertahan dan berkembang.


(27)

Memunculkan usaha baru membutuhkan komitmen penuh yang tinggi agar berhasil. Disiplin dalam bekerja dan pada umumnya wirausaha membenamkan diri dalam kegiatan tersebut guna keberhasilan cita-citanya. Scarborough , et.all (2006) mengungkapkan step, langkah terakhir seorang wirausaha untuk meningkatkan kreativitas pendorong kewirausahaan adalah “work, work, work,…”

n. Flexibility

Perubahan yang begitu cepat dalam dunia usaha mengharuskan wirausaha untuk mammpu menyesesuaikan diri dengan perubahan apabila tetap ingin berhasil. Kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan merupakan modal dasar dalam berusaha, bertumbuh dan sukses. Fleksibilitas berhubungan dengan kolega seperti; kemampuan bernegoisasi dengan kolega mencerminkan kompetensi wirausaha yang unggul.

2.4 Benchmarking

Pryor dan Katz (1993) dalam Yasin (2002), menyatakan bahwa benchmarking ialah proses memperbandingkan dan mengukur operasi-operasi sebuah organisasi atau proses-proses internalnya terhadap organisasi lain yang merupakan pelaksana terbaik di kelasnya (best in class performance) baik dari dalam maupun dari luar industri itu sendiri.

Benchmarking merupakan pencarian dan aplikasi praktek-praktek yang benar-benar lebih baik secara terus menerus, yang mengarahkan pada kinerja kompetitif yang superior. Selain itu Benchmarking adalah usaha untuk mencari rahasia sukses dari suatu proses sehingga sebuah perusahaan dapat belajar dari


(28)

proses yang membantu suatu perusahaan untuk menutup jarak antara perusahaannya dengan perusahaan yang terbaik di kelasnya tanpa harus melakukan pengulangan dari awal.

Namun ada kendala dalam implementasi benchmarking ini. Kesalahan yang sering dilakukan oleh pihak manajemen adalah mereka selalu mengadopsi sesuatu tanpa melihat atau menaksir keadaan eksis yang ada pada lingkungan mereka (contohnya: kulur, budaya, perilaku) sekarang. Sehingga apa yang mereka adopsi tidak pernah mencapai hasil yang maksimal, bahkan menuai kegagalan.

Peter (1986), sampai mengatakan “ Kaizen (contious improvement) is Very Dangeous Stuff”. Tidak bisa di pungkiri bahwa ide Kaizen ini “Excellent”. Banyak perusahaan yang kemudian langsung secara membabi buta mengkopi, menerapkan dan terperangkap dalam teori ini. Sayangnya mereka tidak menyadari bahwa: keunggulan telah menjadi temporer. Pengejaran terhadap kesempurnaan (dalam pertandingan saat ini) akan mengarah ke jalan memperoleh hal yang besar berikutnya.

Drucker (1986), mengungkapkan bahwa manajemen adalah pekerjaan, dia memiliki skill nya sendiri, alatnya sendiri, tekniknya sendiri. Banyak skill, alat, dan teknik yang dibahas dalam buku ini (Management Tasks, Responsibilities and Practice) bahkan beberapa diantaranya dibahas dengan detail. Tetapi penekanan bukanlah pada keterampilan alat, dan teknik. Bahkan bukan pula pada pekerjaan dari manajemen. Tetapi terletak pada apa yang harus dikerjakan (tugas).

2.5 Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Social Responsibility(CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya perusahaan adalah


(29)

memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan (Griffin, 1997).

CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.


(30)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual adalah bagaimana penulis menterjemahkan kerangka berpikir dalam melakukan penelitian. Kerangka pemikiran yang melandasi penelitian ini bersumber dari latar belakang permasalahan dan kajian teoritis yang bertujuan untuk membahas dan menjelaskan mengenai pendekatan kewirausahaan dalam menemukan model pemecahan masalah dalam Program Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III di Kota Medan, Sumatera Utara.

Dalam pelaksanaannya, Program Kemitraan ini mengalami beberapa hambatan yang menjadi permasalahan. Hambatan-hambatan tersebut berupa kemampuan penerima bantuan baik dalam hal mengembalikan pinjaman, cara mengembalikan pinjaman, sikap penerima dalam menjalankan usaha serta bagaimana penerima pinjaman memasarkan produk usahanya. Untuk itu penulis ingin mengetahui hambatan apa yang paling mempengaruhi penerima bantuan menjadi wirausahawan yang sukses. Disamping itu, peneliti juga akan memberikan upaya untuk membantu penerima bantuan menjadi wirausaha yang sukses dengan mengggunakan variabel-variabel kesuksesan kewirausahaan sebagai variabel bebas penelitian yang mempengaruhi kemampuan penerima bantuan tersebut. Variabel-variabel bebas ini adalah hasrat dalam melakukan bisnis, berfokus kepada produk dan pelanggan, ketahanan dalam menghadapi kegagalan dan kecerdasan dalam melakukan eksekusi. Dengan demikian secara sederhana kerangka pemikiran konseptual penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.


(31)

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Dari Gambar 3.1 diatas dapat dituliskan beberapa hipotesa dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

H1o: Secara simultan hasrat dalam melakukan bisnis, berfokus kepada produk dan pelanggan, ketahanan dalam menghadapi kegagalan dan kecerdasan dalam melakukan eksekusi berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan penerima bantuan.

H2o: Hasrat dalam melakukan bisnis berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan penerima bantuan.

H3o: Berfokus kepada produk dan pelanggan berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan penerima bantuan.

H4o: Ketahanan dalam menghadapi kegagalan berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan penerima bantuan.

H5o: Kecerdasan dalam melakukan eksekusi berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan penerima bantuan.

Hasrat untuk Bisnis

Kecerdasan Melakukan Eksekusi

Kemampuan Penerima Bantuan

H2o

H3o

Fokus pada Produk dan Pelanggan Ketahanan Menghadapi

Kegagalan

H4o


(32)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-korelasional. Menurut Nazir (1988), penelitian deskriptif korelasional adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Jenis penelitian deskriptif yang dilakukan adalah penelitian survei (survey research). Penelitian ini juga menggunakan metode sensus. Menurut Suharsini (1996) populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian maka penelitiannya merupakan populasi studi atau juga disebut populasi studi sensus.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.

1. Data Primer merupakan data yang diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara dan penyebaran kuesioner.

2. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut atau disebut data tidak secara langsung diperoleh dari objek penelitian, data ini berupa sumber studi literatur diantaranya adalah Perusahaan Terkait yakni PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dan hasil-hasil penelitian terdahulu.


(33)

4.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden. Jenis pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner merupakan pertanyaan non terstruktur (terbuka) dan pertanyaan terstruktur (tertutup).

Metode penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode sensus kepada seluruh subyek penelitian yaitu sebanyak 20 responden. Dalam penelitian ini subyeknya adalah seluruh penerima bantuan program kemitraan semester I tahun 2010 di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara yang bergerak dalam kelompok usaha kecil. Kemudian dibagi menjadi 2 (dua) bidang usaha. Adapun jumlah populasi usaha kecil penerima bantuan Program Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III terlihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Populasi Penerima Bantuan Semester I Tahun 2010 No Bidang Usaha Jumlah Penerima

1 Dagang 8

2 Jasa 12

Total 20

4.3.1 Variabel Operasional Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat variabel-variabel dalam penelitian yang dituangkan pada Tabel 4.2


(34)

Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel

Variabel Karakteristik Definisi Karakteristik Alat Ukur Skala Variabel Dependen - Kemampuan penerima bantuan Mengembalikan pinjaman Cara mengembalikan pinjaman

Sikap penerima dalam menjalankan usaha

Bagaimana penerima pinjaman memasarkan produk usahanya

Pengembalian pinjaman adalah kesanggupan peminjam dalam mengembalikan pinjaman yang telah diberikan sesuai dengan ketentuan dan persetujuan antara peminjam dan pemberi pinjaman.

Cara mengebalikan pinjaman adalah bagaimana peminjam mengembalikan pinjaman tersebut. Hal ini dapat dilakukan melualui Bank ataupun langsung ke pemberi pinjaman.

Sikap penerima dalam menjalankan usaha dapat dikatakan sebagai upaya penerima pinjaman

dalam menggunakan pinjaman untuk

menjalankan usaha.

Bagaimana penerima pinjaman memasarkan produk usahanya dilakukan dengan cara survei pasar dan kebutuhan terhadap produk usahanya. Dengan demikian penerima pinjaman dapat memasarkan usahanya dengan baik.

- Kuisioner Likert 1. Sangat

Tidak Baik 2. Tidak Baik 3. Cukup Baik 4. Baik 5. Sangat Baik

Variabel Independen - Hasrat Dalam

Melakukan Bisnis Ambisius (Ambitius) Memiliki Integritas ((integrity) Berorientasi Kepemimpinan (leadership)

Ambisius adalah motivasi dalam perencanaan dan menyusun strategi untuk pengembangan bisnis. Wirausahawan akan menghadapi rintangan ketika meluncurkan dan menjalankan bisnisnya. Rintangan ini mungkin mempengaruhi ambisi. Wirausahawan yang ambisius melihat rintangan bisnis sebagai peluang untuk tumbuh dan kegagalan sebagai pembelajaran menambah pengalaman.

Integritas dalam bisnis adalah penjajaran antara pilosofi pribadi dan filosofi umum dengan bisnis sebenarnya dan praktek yang professional. Ketabahan yang teguh kepada nilai-nilai dari kejujuran dan berbanding lurus dengan penguasan bisnis ketika hubungan dengan pelanggaran, karyawan, para penyalur, pemegang saham, dan lain-lain.

Kepemimpinan adalah atribut membuat

wirausahawan mengarahkan dan

menginspirasiorang atau kelompok orang. Kepemimpinan dan memberikan petunjuk dalam bisnis. Kepemimpinan membutuhkan seorang wirausahwan untuk membuat dkeputusan dalam

- Kuisioner Likert 1. Sangat

Kurang

2. Kurang

3. Cukup Baik

4. Baik


(35)

- Berfokus Pada Produk dan Pelanggan Berorientasi (Team Player) Visioner (Visionary) Komunikatif (Communcation)

Ingin Tahu (Curiosity

Terfokus (Focus) Inovatif (Innovative)

Berorientasi Penjualan (Salesmanship)

target keuntungan dari usahanya. Kemampuan dalam membuat dan mengeksekusi keputusan merupakan kunci dalam kesukseskaan bisnis. Menjadi team palyer harus memiliki untuk mendesain, mengkontruksikan dan merancang bangun orang sesuai dengan skill berarti memiliki keberanian mengumpulkan suatu dukungan dari individu dalam situasi tertentu, sungguhnya peran dari wirausahwantidak perlu selalu jadi pemimpin. Organisasi, pendelegasian, dan tugas dari peran dan tanggung jawab penting ketika mengembangkan regu.

Visi menyediakan wirausahawan untuk melihat dengan jelas, membedakan, dan dan pengertian spesifik yang mendalam terhadap masa depan. Visi adalah kemampuan untuk liaht hasil yang bias gagal yang wirausahawan kemampuan untuk meramalkan permintaan. Visi mengidentifikasi tujuan dan nilai-nilai perusahaan.

Komunikasi dalam indera wirausahawab adalah kemampuan untuk memotivasi, mempengaruhi, mendidik, memfasilitasi, meyakinkan dan menyatukan dukungan dalam bisnis dengan ide dan goal pribadi. Ciri ini juga merupakan

kemampuan untuk memprakarsai dan

mengarikulasi pembicaraan dalam konsep bisnisyang abstrak, proposal penuh, strategi dan inisiatif bisnis baik secara tertulis maupun komunikasi verbal.

Kemampuan ini adalah rasa keingintahuan dari wirausahawan yang mengarahkannya dalam bertanya dan menggali untuk menemukan praktek bisnis yang optimal. Dia juga merupakan katalisator, yang menggabungkan “status quo” produk dan solusi service dalam memecahkan masalah customer.

Focus adalah kemampuan dalam menghimpun sumber daya, energy dan perhatian terhadap yang berhubungan dengan kesempatan atau ancaman yang dihadapi dalam bisnis.

Inovasi adalah kemampuan dalam melihat halangan dalam bisnis, kebutuhan pasar yang tidak terpenuhi, masalah industry atau situasi dari perpektif yang berbeda. Inovasi mengantarkan wirausahawan untuk menghindari paradigm

- Kuisioner


(36)

- Ketahanan Dalam Menghadapi Kegagalan - Kecerdasan Dalam Melakukan Adaptif (adaptiptability) Optimis (optimistic) Pemecahan masalah (problem solving)

Pengambil risiko (Risk Management)

Memotivasi diri (self/motivation)

Seimbang (Balance)

waktu, unik dan kreatif.

Kemampuan adaptasi adalah kemauan dan kemampuan untuk merubah dan memperbaiki dalam rangka memenuhi keanekaragaman industry, keadaan pasar dan kebutuhan bisnis yang dinamis. Kemampuan ini membuat wirausahawab untuk tetap tenang dalam menghadapi situasi yang tidak dapat diprediksi, penyimpangan pasar sehingga pada akhirnya menjadi lebih kuat dalam keharusan menghadapi dan improvisasi perubahan.

Optimis adalah keyakinan bahwa suatu kondisi akan mengarahkan kepada hasil yang positif. Optimis membuat wirausahawan memfokuskan diri pada aspek yang menguntungkan disetiap event dan keadaan. Dia juga membuat wirausahawan dapat mengestimasi hasil yang menguntungkan disegala situasi.

Ini adalah kemampuan untuk secara efektif menghadapi dan mengatasi masalah yang mungkin akan dihadapi wirausahawan. Pemecahan masalah terutama sekali berlaku bagi permasalahan yang belum pernah ditemukan

usahawan. Keterampilan ini membawa

wirausahawan untuk mendekati permaslaahan dengan membuka pikiran dan berperan untuk resolusi masalah itu.

Risiko adalah bahaya yang munkin dihadapii oleh

wiraushawab didalam usahanya untuk

membangun bisnisnya. Manajemen risiko adalah identifikasi dan penerimaan terhadap risiko masa depan dan saat ni dalam rangka mencapai sukses.

Wirausahawan yang memperaktekkan

manajemen risiko mengevaluasi risiko dan menentukan jika kesempatan untuk berhasil adalah cukup besar disaat ia menerima risiko tersebut.

Motivasi diperlukan didalam segala sumberdaya dan pekerjaan sehari-hari yang membosankan namun diperlukan untuk berhasil didalam bisnis. Motivasi bias didapat melalui eksternal atau internal. Motivasi diri adalah pengarahan internal yang dimiliki seseorang untuk memikul dan bertahan dalam menghadapi periode sulit dari bisnis mereka.

Keseimbangan adalah kemampuan untuk menentukan dan memperbaiki untuk mencapai

- Kuisioner

- Kuisioner

Likert


(37)

Eksekusi Memiliki tujuan (Determination) Memiliki tekad (purposefulness) Cerdik (Resourcesfullness) Strategis (Strategist)

equilibrium optimal yangmenuju efisiensi operasi, vitalitas bisnis, kelangsungan keuangan dan kepuasan pribadi. Wirausahawan harus memiliki kemampuaan dalam membaurkan waktu, usahadan sumber-sumber daya agar mencapa situasi yang saling menguntungkan (win-win solution)

Hal ini diartikan sebagai hasrat yang medalam dan menyala dalam melihat proyek hingga akhir. Ia juga melambangkan keinginan dan ambisi dari usahawan, yaitu kemampuan dalam malkukan pekerjaan untuk menghadapi halangan dan rintangan bisnis hingga solusi yang tepatditemukan.

Ini berarti wirausahawan dapat dengan jelas menggambarkan sasaran hasil dan gol mereka. Usahawan harus dapat menetapkan suatu pelaihan untuk mencapai sasaran hasil dan gol itu. Dia juga harus memiliki tujuan, visi, dan arah, melakukan dengan kewaspadaan, tujuan yang disengaja, dan tekad yang keras.

Cerdik adalah kemampuan untuk mengatasi situasi dan tantangan baru dengan segera.

Kemampuan untuk menggunakan metoda

pemecahan masalah yang kreatif dengan ,menggali sumber daya yang tersedia untuk emnemukan situasi efektif. Secara khas, cerdik adalah sesuatu yang dengan kreatif menjaga keseimbangan waktu, energy, usaha, modal, dan lain sumber daya bagi rintangan di cara yang paling optimal.

Strategis adalah dapat menghasilkan rencana dan implementasinya secara efektif untuk posisi bisnis yang lebih baik dalam rangka menuju sukses. Dibutuhkan suatu visi jangka panjang untuk keseluruhan usaha dan kemampuan untuk menidentifikasi arena yang berbedda dari bisnis mereka. Setelah itu wirausahawan harus mengkonversi visi mereka ke dalam suatu strategi yang masuk akal dan bias melaksanakan strategiu itu dengan cerdas.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data 4.4.1 Analisis Deskriptif


(38)

pemikiran maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

4.4.2 Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas

Kriyantono (2007) menyatakan bahwa dalam suatu penelitian, agar data yang terkumpul valid, maka instrumen pengumpulan data harus baik, karena instrumen pengumpulan data merupakan alat bantu dalam mengumpulkan data. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Validitas konstruk merupakan salah satu ukuran validitas sebuah kuesioner. Kuesioner dikatakan valid apabila setiap butir pertanyaan mempunyai keterkaitan yang tinggi.

Reliabilitas merupakan kemampuan alat ukur dalam memberikan hasil yang konsisten. Reliabilitas alat ukur merupakan syarat mutlak untuk menentukan pengaruh variabel yang satu terhadap variabel yang lain.

4.4.3 Uji Multikolinieritas dan Heterokedastisitas

Multikolinearitas adalah korelasi linear yang “perfect” atau eksak di antara variabel penjelas yang dimasukkan ke dalam model. Misalnya kita melakukan penelitian mengenai perilaku varibel Y (kemampuan penerima bantuan), dan dijelaskan oleh beberapa variabel yang kita masukkan ke dalam model katakanlah X1, X2, X3, dan X4. Persamaan kita tulis:

Y=a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Jika antara X1, X2, X3, dan X4 ada yang memiliki korelasi tinggi maka hal


(39)

Heterokedastisitas terjadi dalam regresi apabila varian error (ei) untuk beberapa nilai x tidak konstan atau berubah-ubah. Pendeteksian konstan atau tidaknya varian error konstan dapat dilakukan dengan menggambar grafik antara y dengan residu (y- y). Apabila garis yang membatasi sebaran titik -titik relatif paralel maka varian error dikatakan konstan.

4.4.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis regresi juga dapat dilakukan untuk mengetahui koinieritas variabel terikat dengan varibel bebasnya, selain itu juga dapat menunjukkan ada atau tidaknya data yang outlier atau data yang ekstrim. Analisis regresi linear berganda terdiri dari satu variabel dependen dan dua atau lebih variabel independen. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa variabel dependen pada penelitian ini adalah kemampuan penerima bantuan (Y), dan variabel independen ini adalah hasrat dalam melakukan bisnis (X1), berfokus kepada produk dan pelanggan (X2), ketahanan dalam menghadapi kegagalan (X3) dan kecerdasan dalam melakukan eksekusi (X4). Perhitungan regresi linier untuk melihat korelasi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan program SPSS versi 17.0.

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara efektif selama 12 (dua belas) minggu, sejak mulai penelitian ini disetujui. Lokasi penelitian dilakukan di Kota Medan, Sumatera Utara. Adapun jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.3.


(40)

Tabel 4.3 Jadwal Kegiatan Penelitian

No Jenis Kegiatan

Minggu

Juni 2012 Agustus 2012 September 2012

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Penyusunan Usulan Geladikarya 2 Kolokium Usulan Geladikarya 3 Pengumpulan dan Analisis Data

4 Penyusunan Geladikarya

5 Seminar Perusahaan

6 Perbaikan Geladikarya


(41)

BAB V

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah Perusahaan

Berdasarkan berbagai dokumen perusahaan, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) selanjutnya disebut Perusahaan didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996, dalam rangka restrukturisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang perkebunan.

Pemerintah telah melakukan realokasi pengelolaan areal perkebunan dibawah BUMN Perkebunan, dimana PT Perkebunan III, IV dan V telah dinyatakan bubar dan sejak tanggal tersebut digabung ke dalam perusahaan baru yaitu PT Perkebunan Nusantara III (Persero) walaupun substansinya masih meneruskan usaha sebelumnya, dengan perubahan dalam struktur ekuitas (jumlah laba dan saldo laba) dan penambahan serta pengurangan beberapa aset dan kewajiban. Perusahaan didirikan berdasarkan akta No. 36 tanggal 11 Maret 1996 dari Harun Kamil, SH., notaris di Jakarta dan telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C2-8331 HT.01.01.Th. 96 tanggal 8 Agustus 1996 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 81 tanggal 8 Oktober 1996, Tambahan No. 8674.

Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, dengan akta No. 6 tanggal 12 Agustus 2008 di depan notaris Syafnil Gani, SH, M.Hum., notaris di Kota Medan, yang terakhir disesuaikan kembali dengan akte No.8 tanggal 24 November 2009 di depan notaris Syafnil Gani, SH, M.Hum., notaris di Kota Medan, mengenai penyesuaian Anggaran Dasar Perusahaan


(42)

Negara dan Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas serta Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara. Akta perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. AHU-73169.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 14 Oktober 2008.

5.2 Tujuan

Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, maksud dan tujuan Perusahaan adalah melakukan usaha dibidang agro bisnis dan agro industri, serta optimalisasi pemanfaatan sumberdaya Perusahaan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, Perusahaan melaksanakan kegiatan utama sebagai berikut :

a) Pengusahaan budidaya tanaman meliputi pembukaan dan pengelolaan lahan, pembibitan, penanaman dan pemeliharaan dan pemungutan hasil tanaman serta melakukan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan pengusahaan budidaya tanaman tersebut;

b) Produksi meliputi pengolahan hasil tanaman sendiri maupun dari pihak lain menjadi barang setengah jadi dan atau barang jadi serta produk turunannya; c) Perdagangan meliputi penyelenggaraan kegiatan pemasaran berbagai macam

hasil produksi serta melakukan kegiatan perdagangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan usaha Perusahaan;

d) Pengembangan usaha bidang perkebunan, agro wisata, agro bisnis, dan agro industri.


(43)

e) Lain-lain dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki Perusahaan.

5.3 Komoditas Utama

PTPN III adalah salah satu dari 14 BUMN Perkebunan yang bergerak dalam bidang perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Perusahaan memiliki 11 (sebelas) pabrik kelapa sawit dengan kapasitas olah sebesar 510 ton tandan buah segar per jam dan 8 (delapan)pabrik karet dengan kapasitas olah sebesar 200 ton karet kering per hari. Produk utamanya antara lain Minyak Kelapa Sawit (CPO), Inti Kelapa Sawit (Kernel) dan karet. Kegiatan Perusahaan antara lain mencakup budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet.

Tabel 5.1. Komoditi dan Produk PTPN III

Komoditi Produk

Minyak Kelapa Sawit Crude Palm Oil dan Cultivated Palm

Karet Saturated Latex, Crumb Rubber dan Ribbed Smoke Sheet

5.4 Visi & Misi Visi

“Menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik.”

Misi

• Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara


(44)

• Memberlakukan karyawan sebagai aset strategis dan mengembangkannya

secara optimal.

• Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan imbal hasil terbaik bagi

para investor.

• Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis. • Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan

komunitas.

• Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.

5.5 Strategi dan Upaya Strategis 5.5.1 Strategi

Perusahaan mengembangkan strategi khusus untuk dapat mencapai Visi dan Misi tersebut, strategi yang dirangkum dalam butir-butir di bawah ini:

1. Menjalin dan mengembangkan hubungan sinergi yang efektif dengan mitra strategis untuk mewujudkan peluang bisnis.

2. Melaksanakan manajemen berorientasi pasar, sensitif terhadap kecenderungan industri dan pergerakan pasar, dan mencermati pesaing.

3. Menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan kemampulabaan serta pendapatan dan arus kas.

4. Mematuhi aturan-aturan SHE (Safety, Health and Environment) atau Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan.

5. Melaksanakan keunggulan operasional agar perusahaan menjadi ‘ cost-effective’.

6. Membangun budaya kerja yang kondusif dengan melaksanakan Tata Nilai dan Paradigma Baru.


(45)

7. Membangun dan mengimplementasikan manajemen Sumber Daya Manusia berbasis kompetensi dan kinerja.

Indikator Kinerja yang diterapkan dalam setiap unit kerja perusahaan untuk memotivasi sumber daya manusia dalam pencapaian visi dan misi perusahaan.

5.5.2 Upaya Strategis

Dalam rangka pencapaian visi, misi, dan obyektif korporasi, upaya strategis (Strategic Initiative/SI) dirumuskan untuk mendorong pencapaian kinerja melalui pemenuhan indikator kinerja, yang terdiri dari tiga (3) komponen berikut : 1. Manajemen Kompetensi Sumber Daya Manusia

Mengelola dan menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai capital intellectual melalui pembangunan kompetensi untuk mewujudkan Competency Level Index (CLI).

2. Operasional Terbaik

Mewujudkan keunggulan operasional agar perusahaan mencapai best cost dan best services dengan kinerja keuangan prima; Rentabilitas (ROA) 34 %, Liquiditas (CR) 120 %, dan Solvabilitas (DER) 40 : 60 pada tahun 2010.

Mewujudkan Best Practices dengan skor Baldrige 750 pada tahun 2010 melalui kepemimpinan yang efektif, perencanaan strategis, fokus kepada pelanggan, pengelolaan informasi, SDM, proses bisnis, dan hasil usaha.

3. Manajemen Hubungan Pelanggan.

Mewujudkan hubungan yang efektif dengan pelanggan guna meningkatkan loyalitas pelanggan melalui Feedback Management, sehingga mencapai customer satisfaction index 82% pada tahun 2010.


(46)

5.6 Tata Kelola Perusahaan yang Baik

Tata Kelola Perusahaan adalah peraturan tertulis yang merupakan pedoman bagi seluruh unit usaha untuk menjalankan kegiatan operasional usaha termasuk di dalamnya adalah bagaimana membagi tugas dan tanggung jawab serta mendelegasikan wewenang dari para pemegang saham, Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan lainnya. Sebuah peraturan yang mendasari pengelolaan sebuah perusahaan sehingga seluruh kebijakan yang diambil haruslah sejalan dan tidak bertentangan dengan pedoman ini.

Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/M-MBU/2002 tertanggal 31 Juli 2002 mengenai Penerapan Praktek Tata Kelola Perusahaan yang baik pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), penerapan tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG) di PTPN III Persero mengacu pada kelima prinsip di bawah ini:

1. Transparansi

Terbuka dalam proses pengambilan keputusan dan terbuka dalam menyediakan informasi material yang relevan dengan Perusahaan.

2. Akuntabilitas

Fungsi, kewenangan dan tanggung jawab yang jelas dari setiap unit perusahaan hingga tercapailah efektifitas pengelolaan Perusahaan.

3. Pertanggungjawaban

Pelaksanaan pengelolaan Perusahaan sesuai dan sejalan dengan prinsip korporasi yang sehat serta peraturan dan undang-undang yang berlaku.

4. Keadilan

Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak dan kewajiban para pemegang saham yang sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku.


(47)

5. Kemandirian

Sebuah kondisi di mana Perusahaan dikelola secara profesional, tanpa adanya benturan kepentingan dan tekanan dari pihak manapun yang tidak sejalan dengan prinsip korporasi yang sehat dan bertentangan dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku.

a. Tujuan

1. Nilai perusahaan dan pemegang saham yang maksimal dengan memperbaiki penerapan kelima prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik untuk meningkatkan posisi daya saing korporasi, seiring dengan penciptaan iklim investasi yang positif.

2. Membangun manajemen korporasi yang profesional, transparan dan efisien melalui pemberdayaan fungsi -fungsi dan kemandirian Komisaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

3. Menanamkan nilai moral yang tinggi dari anggota Komisaris dan Direksi yang terwujud dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku. Sebagai tambahan, juga untuk meningkatkan sensitifitas dan komitmen untuk memulai aksi-aksi komunitas lokal yang agresif.

b. Manfaat

1. Memperkuat reputasi perusahaan secara sehat, transparan dan terpercaya. 2. Meningkatkan etika perusahaan dalam mengurangi perilaku tercela seperti

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). 3. Menarik investor potensial.


(48)

5.7 Pendirian PKBL dan Informasi Umum

Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) selanjutnya disebut PKBL didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 yang telah diubah menjadi Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Meneg BUMN) No. PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan melalui Pemanfaatan Dana dari Bagian Laba Badan Usaha Milik Negara.

BUMN diwajibkan menyisihkan maksimal 2% dari laba bersih untuk Program Kemitraan, yaitu program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi layak kredit dan mandiri, serta 2% dari laba bersih untuk Program Bina Lingkungan yaitu program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN di wilayah usaha BUMN melalui pemanfaatan dana dari Bagian Laba BUMN.

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah perusahaan yang telah melaksakan Program Kemitraan (PK) dengan Usaha Kecil dan Koperasi sejak tahun 1992, dengan suatu konsep pembinaan terpadu dan berkesinambungan yang dalam pelaksanannya bekerja sama dengan lembaga/instansi terkait yang berkompeten dibidangnya.

Penilaian Kinerja PKBL merupakan salah satu aspek administrasi yang mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan sesuai dengan Surat Keputusan Meneg BUMN No. KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN


(49)

5.7.1 Kegiatan Utama

Kegiatan Utama PKBL adalah penyaluran pinjaman dan hibah kepada Usaha Kecil pada sektor industri kecil, perdagangan, pertanian, perikanan, perkebunan dan jasa di 2 Propinsi yaitu Sumatera Utara dan Sumatera Barat serta penyaluran dana Pembinaan melalui Program Kemitraan dan pemberian bantuan melalui Program Bina Lingkungan.

Kegiatan Program Kemitraan adalah:

a. Memberikan pinjaman untuk pembiayaan modal kerja dan atau pembelian aset tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan,

b. Memberikan pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha Mitra binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha Mitra Binaan

c. Mengadakan pelatihan bagi Mitra Binaan yang baru mendapatkan pinjaman modal kerja bekerja sama dengan lembaga pendidikan dan instansi terkait.

d. Memonitor dan mengevaluasi kondisi usaha Mitra Binaan untuk mengusahakan agar pengembalian pinjaman Mitra Binaan dapat dikembalian tepat waktu sesuai dengan Surat Perjanjian yang telah disepakati/ditandatangani.

5.7.2 Struktur Organisasi PKBL

Guna efektivitas pengelolaan Program PKBL, Direksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) melalui Surat Keputusan No. III.12/KPTS/03/2007 tanggal


(50)

Bisnis PT. Perkebunan Nusantara III telah membentuk satu bagian yang khusus mengelola kegiatan pembinaan tersebut yaitu Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan yang berada di bawah Direktur SDM dengan susunan sebagai berikut:

- Direktur SDM - Kepala Bagian

- Kepala Urusan Admi Keuangan dan Umum - Kepala Urusan Perencana, Pembinaan dan CSR - Staf Urusan Admi Keuangan dan Umum - Staf Urusan Perencanaan dan CSR - Staf Urusan Pembinaan

- Krani

5.7.3 Gambaran Umum Mitra Binaan

Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi ditujukan kepada Pengusaha dimana usahanya belum memiliki kemampuan akses perbankan, mempunyai potensi prospek usaha untuk dikembangkan dan telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 tahun.

Salah satu pembinaan yang dilaksanakan adalah memberikan pinjaman untuk membiayai modal kerja dan modal infestasi dengan tingkat bunga lebih kecil dari tingkat bunga Bank.

Mitra Binaan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) terdiri dari Usaha Kecil dan Koperasi yang bergerak disektor usaha antara lain:

- Sektor Industri - Sektor Perdagangan


(51)

- Sektor Pertanian - Sektor Peternakan - Sektor Perikanan - Sektor Jasa - Perkebunan

Wilayah pembinaan yang dilaksanakan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) sejak tahun 1989 adalah di Propinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Prioritas penyaluran adalah usaha kecil dan Koperasi yang berada disekitar kebun atau wilayah kerja PT. Perkebunan Nusantara III (Persero).

5.8 Struktur Organisasi Perusahaan

Adapun struktur organisasi PTPN III dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Sumber: http://www.ptpn3.co.id/strukorg.htm


(52)

BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis

Penelitian ini dilakukan dengan memfokuskan perhatian pada analisis tentang variabel yang paling mempengaruhi kemampuan penerima bantuan dalam mengembalikan pinjaman. Penelitian dilakukan dengan metode analisis deskriptif-eksploratif. Jenis penelitian deskriptif-eksploratif yang dilakukan adalah penelitian survei (survey research). Penelitian survei merupakan metode yang bertujuan untuk mengumpulkan data yang relatif terbatas dari sejumlah kasus yang relatif besar jumlahnya dengan menggunakan instrumen kuisioner. Kuisioner yang disusun diarahkan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan penerima bantuan.

6.1.1 Validitas dan Reliabilitas Kuisioner

Sebagaimana telah diuraikan, proses pengumpulan data primer menggunakan instrumen berupa kuesioner. Untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dapat mengukur dengan benar maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

6.1.1.1 Validitas

Analisis validitas dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Item pernyataan atau pertanyaan dinyatakan valid jika mempunyai nilai r hitung yang lebih besar atau sama dengan r standar yaitu 0,3 (Nasir, 2006). Dalam perhitungan SPSS pengujian validitas dilihat pada kolom corrected item-total corelation. Hasil pengujian validitas dapat dilihat pada Tabel 6.1.


(53)

Tabel 6.1. Hasil Perhitungan Validitas Variabel Penelitian

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted

Y1 72.4211 65.480 .524 . .909

Y2 72.5263 62.041 .641 . .907

Y3 72.2632 64.538 .551 . .909

Y4 72.4737 62.596 .700 . .905

X1.a 72.5263 64.930 .523 . .909

X1.b 72.5263 64.485 .574 . .908

X1.c 72.4737 62.819 .810 . .904

X1.d 72.3158 63.117 .656 . .906

X1.e 72.1053 65.766 .487 . .910

X2.a 72.5263 60.263 .806 . .902

X2.b 72.4211 66.257 .588 . .909

X2.c 71.9474 65.164 .595 . .908

X2.d 72.5263 56.708 .882 . .900

X2.e 72.1579 61.807 .658 . .906

X3.a 72.0526 68.164 .338 . .913

X3.b 71.7368 68.316 .366 . .915

X3.c 71.7895 62.398 .746 . .905

X3.d 71.6316 70.135 .351 . .920

X3.e 71.6842 69.784 .324 . .921

X4.a 71.8947 63.766 .754 . .905

X4.b 71.7895 64.287 .542 . .909

X4.c 71.6842 63.895 .507 . .910

X4.d 71.7895 65.175 .449 . .911

X4.e 71.7895 66.509 .384 . .912

Berdasarkan hasil pengujian sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.1. bahwa seluruh item pertanyaan mempunyai nilai r hitung lebih besar atau sama dengan 0,3, ini menunjukkan bahwa pertanyaan yang digunakan sudah valid sehingga item kuesioner dinyatakan valid atau dengan kata lain semua pertanyaan pada kuisioner telah dimengerti dengan baik oleh responden dan penyebaran kuisioner dapat dilanjutkan untuk responden lainnya.


(54)

6.1.1.2 Reliabilitas

Uji reliabilitas dari masing-masing faktor dengan menggunakan Uji Alpha-Cronbach. Kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha yang lebih besar dari 0,6 yaitu sebesar 0.972 (Nasir, 2006). Hasil penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Perhitungan Reliabilitas Pengukuran Kuisioner

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.913 .912 24

Hasil pengujian sebagaimana disajikan pada Tabel 6.2, menunjukkan bahwa kuesioner penelitian untuk masing-masing indikator reliabel, artinya bahan instrumen penelitian berupa kuisioner yang digunakan sudah reliabel untuk digunakan.

6.1.2 Uji Multikolinieritas dan Heterokedastisitas

Uji multikolonieritas dengan SPSS dilakukan dengan uji regresi, dengan patokan nilai VIF (variance inflation factor) dan koefisien korelasi antar variabel bebas. Menurut Made (2003), kriteria yang digunakan adalah: 1) jika nila VIF di sekitar angka 1 atau memiliki toerance mendekati 1, maka dikatakan tidak terdapat masalah multikolinieritas dalam model regresi; 2) jika koefisien korelasi antar variabel bebas kurang dari 0,5, maka tidak terdapat masalah multikolinieritas.

Pada penelitian ini, akan diuji multikolinieritas dalam regresi antara variabel bebas Hasrat untuk Berbisnis (X1), Fokus pada Produk dan Pelanggan (X2), Ketahanan Menghadapi Kegagalan (X3) dan Kecerdasan Melakukan


(55)

Eksekusi (X4) dengan variabel terikat Kemampuan Penerima Bantuan (Y). Data hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.3.

Tabel 6.3 Hasil Uji Multikolinieritas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

X1 .943 1.119

X2 .901 1.063

X3 .962 1.011

X4 .923 1.111

a. Dependent Variable: Y

Ternyata nilai VIF mendekati 1 untuk semua variabel bebas. Demikian pula, nilai tolerance mendekati 1 untuk semua variabel bebas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam regresi antara variabel bebas Hasrat untuk Berbisnis (X1), Fokus pada Produk dan Pelanggan (X2), Ketahanan Menghadapi Kegagalan (X3) dan Kecerdasan Melakukan Eksekusi (X4) dengan variabel terikat Kemampuan Penerima Bantuan (Y), tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas.

Uji heterokedastisitas pada penelitian ini akan diperlihatkan melalui grafik, untuk data hubungan antara Hasrat untuk Berbisnis (X1), Fokus pada Produk dan Pelanggan (X2), Ketahanan Menghadapi Kegagalan (X3) dan Kecerdasan Melakukan Eksekusi (X4)dengan variabel terikat Kemampuan Penerima Bantuan (Y), yang telah diuji linieritasnya. Grafik hasil perhitungan dapat dilihat pada Gambar 6.1.


(56)

Gambar 6.1 Scater Diagram Uji Heterokedastisitas

Pada Gambar 6.6 tampak titik -titik menyebar di atas dan di bawah sumbu Y, dan hanya sedikit titik-titik yang bertumpu pada satu tempat sehingga tidak terjadi pola tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas.

6.1.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis regresi juga dapat dilakukan untuk mengetahui kelinieritas variabel terikat dengan varibel bebasnya, selain itu juga dapat menunjukkan ada atau tidaknya data yang outlier atau data yang ekstrim. Analisis regresi linear berganda terdiri dari satu variabel dependen dan dua atau lebih variabel independen. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa variabel dependen pada penelitian ini adalah Kemampuan Penerima Bantuan (Y), dan variabel independen adalah Hasrat untuk Berbisnis (X1), Fokus pada Produk dan Pelanggan (X2), Ketahanan Menghadapi Kegagalan (X3) dan Kecerdasan


(57)

Melakukan Eksekusi (X4). Dari Data yang diperoleh, maka dapat dilihat hasil perhitungan regresi linier untuk melihat korelasi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan SPSS 17.0.

6.1.3.1 Model Summary

Pada model summary, dapat dilihat korelasi antar variabel dependen dan independen melalui besaran yang ditunjukkan oleh besarnya nilai R dan Adjusted R Square seperti pada Tabel 6.4.

Tabel 6.4. Model Summary Penelitian

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .920a .846 .805 .22798 .846 20.662 4 15 .000

a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Melakukan Eksekusi, Hasrat Untuk Berbisnis, Ketahanan Menghadapi Kegagalan, Fokus pada Produk dan Pelanggan

b. Dependent Variable: Kemampuan Penerima Bantuan

Berdasarkan hasil pengolahan sebagaimana Tabel 6.4 dapat dikatakan sebagai berikut:

1. Nilai R sebesar 0.920 menunjukkan bahwa korelasi antara variabel dependen (Y) dengan variabel independen (X1, X2, X3 dan X4) adalah sangat kuat, dikarenakan nilai R lebih besar dari 0.5.

2. Adjusted R Square sebesar 0.846 berarti 84,6% variasi dari faktor-faktor yang terdapat pada variabel kemampuan penerima bantuan bisa dijelaskan oleh hasrat untuk berbisnis, fokus pada produk dan pelanggan, ketahanan menghadapi kegagalan dan kecerdasan melakukan eksekusi .

6.1.3.2 ANOVA (Pengujian Model)


(58)

memprediksi hubungan korelasi dan pengaruh antara variabel dependen dan variabel independen atau ANOVA dapat digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis keseluruhan dari variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Rumusan hipotesis penelitian telah dijelaskan pada Bab III Kerangka Konseptual. Sedangkan untuk pengambilan keputusan didasarkan pada perhitungan harga staistik uji F berikut:

Jika F hitung <= T tabel atau probabilitas >= 0,05 maka Ho diterima

Jika F hitung > T tabel atau probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima Dengan menggunakan paket program SPSS, didperoleh hasil perhitungan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.5.

Tabel 6.5. Hasil Perhitungan ANOVA Penelitian

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4.295 4 1.074 20.662 .000a

Residual .780 15 .052

Total 5.075 19

a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Melakukan Eksekusi, Hasrat Untuk Berbisnis, Ketahanan Menghadapi Kegagalan, Fokus pada Produk dan Pelanggan

b. Dependent Variable: Kemampuan Penerima Bantuan

Dari Tabel 6.5, nilai F hitung yang diperoleh adalah 20.662 dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan probabilitas 0,000 atau lebih kecil dari 0,05 (p<0,05), maka Ho ditolak dan Ha dapat diterima, dengan kata lain model regresi tersebut bisa digunakan untuk memprediksi hubungan korelasi dan pengaruh variabel independen yaitu hasrat untuk berbisnis, fokus pada produk dan pelanggan, ketahanan menghadapi kegagalan dan kecerdasan melakukan eksekusi terhadap variabel dependen yaitu kemampuan penerima bantuan.

6.1.3.3 Koefisien Korelasi

Dari proses regresi linier yang dilakukan, pada tahap akhir kita akan melihat koifisien korelasi masing-masing variabel independen terhadap variabel


(1)

penerima pinjaman memasarkan produk usahanya akan menurun atau dengan kata lain kemampuan penerima pinjaman akan sangat rendah. Jika hal ini terjadi maka tujuan dan sasaran pemberi pinjaman dalam hal ini adalah PT Perkebunan Nusantara III (Persero) tidak akan tercapai. Dilain pihak, rendahnya sangsi yang diberikan oleh pemberi pinjaman terhadap penerima pinjaman yang kurang memiliki kemampuan penerima pinjaman juga menjadi salah satu persoalan dalam program ini. Hal ini memunculkan dampak psikologis bagi penerima pinjaman yang menganggap bahwa pengembalian pinjaman hanya memiliki dampak yang kecil terhadap usaha mereka serta masih ada iktikad yang kurang terpuji dari para penerima untuk membayar cicilan sehingga terjadi tunggakan, padahal jika mereka mengembalikan pinjaman sesuai dengan kesepakatan dan ketentuan kedua belah pihak, akan menguntungkan mereka untuk dapat menerima pinjaman berikutnya yang tentunya akan memajukan dan mengembangkan usaha mereka kedepannya.

Berdasarkan hasil tersebut juga dapat dikatakan bahwa faktor-faktor penyusun variabel kemampuan penerima bantuan yang paling mempengaruhi variabel tersebut adalah karena penerima pinjaman masih sulit untuk memasarkan produknya. Sehingga mereka belum dapat menjalankan usahanya dengan maksimal dan memperoleh laba yang cukup untuk dapat mengembalikan pinjaman tersebut. Dari hasil perhitungan pada sub-bab sebelumnya didapat bahwa sebesar 70,0% faktor bagaimana penerima pinjaman memasarkan produknya memberikan pengaruh yang paling besar terhadap kemampuan penerima pinjaman. Faktor selanjutnya yang paling besar memberikan pengaruh terhadap variabel dependen ini adalah cara mengembalikan pinjaman yaitu sebesar 64,1 %. Faktor ini juga memberikan masukan kepada pemberi pinjaman


(2)

bahwa kebanyakan dari penerima pinjaman masih belum mengetahui bagaimana dan melalui apa saja pinjaman itu dikembalikan. Hal ini mungkin disebabkan belum membudayanya dikalangan penerima pinjaman untuk membayar angsuran melalui transfer Bank.

Dari pembahasan diatas dapat diberikan masukan kepada pihak manajemen PT. Perkebunan Nusantara III, terutama terhadap manajemen PKBL sebelum memberikan bantuan kepada mitra binaan, perlu dilakukan proses seleksi dengan menggunakan jasa psikolog untuk mengetahui sejauhmana hasrat untuk berbisnis calon penerima bantuan, kemampuan calon mitra binaan menjalankan usaha dan memahami pasar maupun produk yang ditekuni. Selain dilakukan uji kompetensi calon mitra binaan, perlu juga dilakukan berbagai upaya seperti melalui konsultasi, penyuluhan dan pelatihan yang dibutuhkan guna mencapai sasaran dan tujuan program kemitraan.


(3)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada empat faktor yang mempengaruhi kemampuan penerima bantuan mengembalikan dana bantuan yaitu: hasrat ingin berbisnis, fokus pada produk dan pelanggan, ketahanan menghadapi kegagalan dan kecerdasan melakukan eksekusi, dengan besarnya pengaruh keempat faktor tersebut sebesar 84,6% dan berkorelasi sangat kuat dengan nilai korelasi sebesar 0,920..

2. Dari keempat faktor yang berpengaruh di dalam kemampuan penerima bantuan mengembalikan dana bantuan, hasrat untuk berbisnis merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya.

7.2 Saran

Beberapa saran yang dapat dipertimbangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi antara lain :

1. Melakukan deregulasi dalam pengelolaan PKBL dengan mengikutsertakan semua Distrik, Kebun/unit-unit usaha yang ada di dalam wilayah binaan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) dalam melaksanakan analisa ini. 2. Hendaknya sebelum dilakukan penyerahan dana kemitraan, calon

penerima bantuan terlebih dahulu dilakuakn uji kompetensi terkait dengan kemampuan berwirausaha serta diberikan pelatihan manajemen dasar bagi pengusaha kecil.


(4)

3. Dalam hal penyusunan pembukuan dan pelaporan usaha kecil hendaknya dilakukan monitoring dan pembinaan langsung secara Triwulan dan Tahunan baik lintas sektoral maupun BUMN.

4. Mengikutsertakan para penerima bantuan Mitra Binaan baik yang unggulan maupun non unggulan melalui kegiatan pameran dan promosi baik dalam negeri maupun luar negeri.

7.3. Usul Penelitian Lebih Lanjut

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa keempat faktor yang diteliti yaitu: hasrat ingin berbisnis, fokus pada produk dan pelanggan, ketahanan menghadapi kegagalan dan kecerdasan melakukan eksekusi pengaruhnya terhadap kemampuan penerima bantuan mengembalikan dana bantuan sebesar 84,6%, sedangkan sisanya sebesar 15,4% dipengaruhi oleh faktor lain. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktora apa saja selain keempat faktor yang telah diteliti, berpengaruh terhadap kemampuan mitra binaan di dalam mengembalikan dana bantuan yang diberikan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, (2009), Manajemen Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta.

Birch, A.,H., 1981, Representative, United States of America, Preager Publisher Inc.

Blanchard, Ken, Don Hutson dan Ethan Wilis, (2008), The one Minute

Entreprenuer, Jakarta, Gramedia

Fombrun, C. (2000) The value to be found in corporate reputation The public's view of a company not only acts as a reservoir of goodwill, but also boosts

the bottom line. Financial Times December 4 2000

Griffin, J. and Mahon, J. (1997) The Corporate Social Performance and Corporate Financial Performance Debate: Twenty five years of

incompatible research. Business and Society. Vol. 36. pp.5 -31

Heru Kristanto HC, R, (2009), Kewirausahaan Entrepreneurship pendekatan

manajemen dan praktik, Yogyakarta, Graha Ilmu.

Hisrich, R.D. 2005. Entrepreneurship. Sixth Edition. New York: McGraw-Hill. Kriyantono, Rachmat, 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana. Kuratko, Donald and Hodgetts, Richard (2007), Enterpreneurship theory, process

and practise, seven edition, Thomson South-Western, Canada

Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Cetakan ketiga, Ghalia Indonesia. Nasir (2006). Penelitian Sosial. v1.sma1purbalingga.sch.id/learn/materi/

penelitian_sosial. [online: 17 September 2009

Peter F. Drucker, (1985), Innovation and Entrepreunership Practice and

Principles, New York, Harper & Row, Publiser, Inc.

Prawirokusumo, Soeharto, (2010), Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, Yogyakarta, BPFE.

_______, (2001), Ekonomi Rakyat (Konsep, Kebijakan, dan Strategi), Yogyakarta, BPFE.

Yasin MM. 2002. The Theory and Practice of Benchmarking : Then and Now.

Benchmarking : An International Journal 9 (3) : 217-243

Zimmerer, TW dan Scarborough, NM, 1998, Essential of Entrepreneur and Small

Business Management 2th. Prentice Hall


(6)

Zimmerer, Thomas W. dan Norman M. Scarborough. (2004). Pengantar

Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil Edisi Bahasa Indonesia. PT

Indeks, Jakarta.

Internet dan Sumber Lainnya: http://repository.usu.ac.id/

http://managementfile.com/ www.google.co.id/

www.wikipedia.org www.depkop.go.id


Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Perjanjian Program Kemitraan Bantuan Usaha Kepada Ekonomi Kecil di PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Medan

3 61 100

Analisis Sistem Pemberian Kredit Terhadap Pengembangan Usaha Kecil Di Medan Pada Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (pkbl) PT. Perkebunan Nusantara III (persero)

0 40 89

Kemitraan Usaha Kecil Menengah Dengan Badan Usaha Milik Negara Di Kota Medan (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) dan PT. Jamsostek (PERSERO) Cabang Kantor Medan)

0 56 199

Evaluasi Terhadap Kinerja Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III Dengan Usaha Kecil (Kasus: Kota Medan)

0 23 88

Analisis Faktor-Faktor Penghambat Pengembalian Dana Bantuan PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Melalui Program Kemitraan Kepada Usaha Kecil Di Kota Medan

0 0 11

Analisis Faktor-Faktor Penghambat Pengembalian Dana Bantuan PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Melalui Program Kemitraan Kepada Usaha Kecil Di Kota Medan

0 0 1

Analisis Faktor-Faktor Penghambat Pengembalian Dana Bantuan PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Melalui Program Kemitraan Kepada Usaha Kecil Di Kota Medan

0 0 5

Analisis Faktor-Faktor Penghambat Pengembalian Dana Bantuan PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Melalui Program Kemitraan Kepada Usaha Kecil Di Kota Medan

0 0 12

Analisis Faktor-Faktor Penghambat Pengembalian Dana Bantuan PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Melalui Program Kemitraan Kepada Usaha Kecil Di Kota Medan

0 0 2

Analisis Sistem Pemberian Kredit Terhadap Pengembangan Usaha Kecil Di Medan Pada Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (pkbl) PT. Perkebunan Nusantara III (persero)

0 0 10