Faktor Pekerjaan Faktor Resiko Nyeri Punggung Bawah

36 Gambar 2.4 Posisi Leher yanga Diamati Sumber : Documen RULA b Observasi dan menentukan skor postur punggung Skor terkecil dimiliki ketika punggung berada pada posisi 0. Skor akan bertambah besar jika badan membungkuk mulai 10 atau lebih, dan untuk tiap keadaan badan berputar atau miring ke samping, maka skor akan bertambah 1. Untuk jelasnya apat dilihat pada gambar di bawah ini. c Observasi dan menentukan skor kaki Posisi kaki yang baik adalah kaki yang diberikan tempat penyangga dan kaki dalam keadaan seimbang. Untuk kaki yang disangga dan seimbang diberi skor 1, sedangkan jika kaki tidak disangga dan tidak seimbang diberi skor 2. d Memasukkan nilai tiap postur untuk mendapatkan nilai skor postur B yang di dapat dari tabel B neck, trunk, leg posture score Tabel 2.2 Skor B Skor Postur Leher Postur B: Skor Postur Punggung 1 2 3 4 5 6 Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7 2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7 4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8 5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9 Sumber : Stanton, 2005 37 e Mengobservasi dan menentukan skor penggunaan otot dan beban sesuai kriteria f Memasukan dan menjumlahkan skor postur B dengan pengguanaan otot dan beban untuk mendapatkan skor B Skor B = skor postur B + skor penggunaan otot + skor beban g Memasukkan ke dalam matriks masing- masing nilai skor A dan skor B untuk mendapatkan nlai skor final tabel C Gambar 2. 5 Diagram Alur Skor Final RULA Skor Tabel A Skor Tabel B Nilai skor final merupakan nilai akhir dalam pengukuran dengan menggunakan metode RULA. Nilai ini memberikan pedoman untuk prioritas investigasi yang berikutnya. Nilai skor final RULA bervariasi dan dinilai menurut Lengan Atas Lengan Bawah Pergelangan Tangan Perputaran Pergelangan Muscle Use Forces Skor A Leher Kaki Punggung Muscle use Skor B Force Tabel C Skor Final grand score RULA 38 prioritas pengendaliannya yaitu mulai dari skor 1- 7. Tabel nilai skor fianl RULA dapat dilihat pada tabel C di bawah ini. Tabel 2.3 Skor C Tabel C: Skor Leher, Punggung dan Kaki 1 2 3 4 5 6 7+ 1 1 2 3 3 4 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6 4 3 3 3 4 5 6 6 5 4 4 4 5 6 7 7 6 4 4 5 6 6 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7 8+ 5 5 6 7 7 7 7 Sumber : Stanton, 2005 Skor ini kemudian dikelompokkan menjadi action level. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut: 1. Action level 1 Action level 1 berarti postur masih dapat diterima acceptable jika tidak dipertahankan dalam waktu yang lama. Berlaku untuk skor 1- 2. 2. Action level 2 Action level 2 berarti dibutuhkan investigasi lebih lanjut investigate further pada pekerjaan ini dan mungkin dibutuhkan perubahan. Kategori ini untuk skor final 3- 4. 3. Action level 3 Action level 3 berarti pekerjaan ini harus segera diinvestigasikan dengan segera dalam waktu singkat investigate further and change soon. Kategori ini untuk nilai skor 5- 6 39 4. Action level 4 Action level 4 berarti investigasi dan modifikasi dari pekerjaan ini dibutuhkan secara cepat investigate and change immediatly untuk mengurangi beban yang berlebihan pada sistem musculosceletal dan risiko cedera atau sakit pada pekerja. Kategori ini berlaku untuk skor 7.

2.4.4.3 Aplikasi RULA

Terdapat empat pokok utama dalam penerapan metode RULA yaitu Stanton et al, 2004, untuk: 1. Mengukur risiko musculosceletal otot, biasanya sebagai bagian dari investigasi ergonomic secara luas. 2. Membandingkan beban otot dari desain saat ini dan modifikasi desain tempat kerja. 3. Evaluasi hasil seperti produktivitas atau keserasian alat. 4. Pendidikan bagi pekerja tentang risiko musculosceletal yang ditimbulkan oleh perbedaan postur dalam bekerja.

2.4.4.4 Kelebihan dan Kelemahan RULA

Metode RULA memiliki banyak kelebihan, antara lain: 1. Menilai sebuah angka perbedaan postur selama putaran dalam bekerja untuk menyiapkan sebuah profil dari beban otot. 2. Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan investigasi lebih lanjut dan tindakan perbaikan.