Pengolahan Data METODOLOGI PENELITIAN

70

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah pada proses penyulaman kain tapis di Sanggar Family Art Bandar Lampung tahun 2011, data yang dikumpulkan adalah data primer dengan menggunakan kuesioner dan observasi. Penulis menyadari terdapat keterbatasan dan kelemahan dalam penelitian ini antara lain: 1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat, hanya menjelaskan hubungan keterkaitan serta hanya menggambarkan variabel yang diteliti, independen maupun dependen pada waktu yang sama. 2. Observasi langsung pada faktor pekerjaan sulit dilakukan, terutama pada pengambilan gambar tidak dari segala arah hanya pada arah yang memungkinkan saja karena situasi dan prosedur di tempat kerja. 3. Hasil penelitian untuk variabel keluhan NPB sangat dipengaruhi kejujuran responden, serta hanya menanyakan keluhan subyektif pekerja tidak melalui diagnosa khusus hal ini memungkinkan terjadinya bias terhadap keluhan nyeri punggung bawah. 4. Variabel kebiasaan merokok hanya dikategorikan dua kategori yaitu merokok dan tidak merokok hal ini berdasarkan kebiasaan pekerja dan pekerja yang tidak melakukan kebiasaan. Sehingga kurang dapat menjabarkan secara pasti ada hubungan yang signifikan dengan keluhan NPB. 6.2 Keluhan Nyeri Punggung Bawah NPB Nyeri punggung bawah atau low back pain LBP adalah suatu keadaan dengan rasa tidak nyaman atau nyeri akut pada daerah ruas lumbalis kelima dan sakralis L5-S1. Nyeri pada punggung bawah dirasakan oleh penderita dapat terjadi secara jelas atau samar serta menyebar atau terlokalisir Pheasant 1991. Nyeri punggung bagian bawah adalah salah satu dari sekian banyak akibat yang bersumber dari ketidaknyamanan kerja. Tapi dapat juga terjadi dari aktivitas sehari-hari, misalnya seperti mengendarai mobil, melakukan pekerjaan rumah atau berkebun.Walaupun anatomi tulang belakang diketahui dengan baik, menemukan penyebab nyeri pinggang bawah menjadi masalah yang cukup serius bagi orang- orang klinis. LBP merupakan salah satu jenis kelainan muskuloskeletal akibat kerja yang paling sering dan mengakibatkan biaya yang paling tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap para penyulam kain tapis didapatkan hasil bahwa 16 pekerja 53.3 sering mengalami keluhan NPB. Sedangkan pekerja yang tidak mengalami keluhan NPB 14 pekerja 46.7. Pekerja yang tidak mengeluh terjadinya NPB sebagian besar berusia 35 tahun. Menurut Suma’mur 1992, penggunaan peralatan yang tidak sesuai dengan kondisi pekerja sedikit banyak akan berpengaruh bagi kinerja pekerja. Dalam melaksanakan tugasnya, posisi dan sikap pekerja ditentukan oleh sarana dan prasarana kerja. Kontraksi yang cenderung bersifat statis, berlangsung lama dan terus menerus, serta sikap paksa sewaktu bekerja sangat mungkin menimbulkan kelelahan sampai rasa nyeri pada otot bersangkutan. Berdasarkan teori tersebut maka untuk mengurangi risiko NPB pada pekerja sulam tapis dapat dilakukan sesuai dengan posisi kerja yang nyaman serta melakukan peregangan otot.

6.3 Hubungan Faktor Pekerjaan dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah

Faktor pekerjaan pekerja sulam kain tapis di Family Art Bandar Lampung berhubungan dengan posisi kerja yang dilakukan oleh pekerja. Para pekerja melakukan pekerjaannya dengan cara duduk di atas lantai dan pekerja menyulam dengan menggunakan benang emas serta jarum. Pada penelitian ini untuk melihat faktor pekerjaan dengan menggunakan metode RULA karena dilihat dari pekerjaan penyulam kain tapis tersebut duduk dalam waktu yang cukup lama. Dimana metode ini mengukur atau menilai beberapa variabel diantaranya lengan atas, lengan bawah pergelangan tangan, perputaran pergelangan tangan, postur statis atau dinamis, leher, punggung, kaki, serta menentukan nilai beban. Dengan skor RULA atau action level skor 1- 2 yaitu risiko masih dapat diterima, dan tidak perlu ada perubahan, skor 3 – 4 yaitu investigasi lanjut dan mungkin perlu ada perubahan, skor 5 – 6 yaitu investigasi lanjut dan butuh perubahan segera serta skor 7 yaitu tingkat risiko tinggi dan secepatnya. Hasil yang didapat dari perhitungan action level pada pekerja sulam didapatkan hasil yang berbeda-beda. Nilai risiko atau action level yang diambil dalam penelitian ini adalah nilai risiko ata uaction level tertinggi yang dilakukan pekerja, setelah dilakukan penelitian hasil yang didapat dari semua pekerja terdapat di range skor action level berada di 1-2 dan 3-4 maka dapat dikategorikan dalam dua kategori yakni Skor 1- 2 yaitu risiko masih dapat diterima, dan tidak perlu ada perubahan dan Skor 3 – 4 yaitu investigasi lanjut dan mungkin perlu ada perubahan. Hasil yang didapat dari tabel 5.2 bahwa 86.7 pekerja termasuk dalam risiko sedang sehingga diperlukan investigasi dan dibutuhkan adanya perubahan dan yang pekerja yang termasuk risiko rendah terdapat sebesar 13.3 diartikan masih dapat diterima dan tidak perlu adanya perubahan. Sedangkan berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa pekerja yang sering mengalami keluhan NPB dan termasuk pekerja dengan risiko sedang sehingga diperlukan investigasi dan dibutuhkan adanya perubahan sebesar 50.0, sedangkan pekerja yang sering mengalami keluhan NPB dan yang termasuk pekerja dengan risiko rendah yaitu masih dapat diterima dan tidak perlu adanya perubahan sebesar 75.0. Berdasarkan hasil uji statistik bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara faktor pekerjaan dengan keluhan NPB Pvalue = 0.602. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kantana 2010 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara variabel pekerjaan dengan keluhan Low Back Pain. Akan tetapi tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ikrimah 2009 yang mengatakan bahwa ada hubungan bermakna antara faktor pekerjaan dengan keluhan muskoloskeletal. Hal ini dimungkinkan pekerjaan menyulam tidak membutuhkan adanya pengerahan otot yang berlebihan over exertion, pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat, akan tetapi beban yang ditanggung pekerja sulam sangat ringan yakni berupa benang dan jarum sehingga force atau load tidak meningkatkan cidera punggung pada pekerja, hal ini tidak sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh Humantech, 1995; Tarwakaet al, 2004. Berdasarkan obeservasi yang dilakukan terhadap pekerja sulam kain tapis di Sanggar Family Art Bandar Lampung tahun 2011 postur tubuh pekerja saat bekerja banyak diantaranya merupakan postur janggal misalnya duduk tanpa sandaran punggung atau pinggang, posisi kerja duduk dalam waktu kerja yang lama, tangan bagian atas terangkat tanpa dukungan dari alas vertikal seperti saat menarik benang, posisi punggung membungkuk dan ke depan. Menurut Tarwaka 2004 posisi tersebut merupakan posisi janggal yang dapat menyebabkan NPB. Namun tidak semua posisi tersebut dapat diambil gambarnya dengan baik, karena situasi dan prosedur di tempat kerja yang tidak memungkinkan sehingga hasil gambar yang didapatkan kurang maksimal. Untuk itu bagi peneliti selanjutnya agar lebih memastikan pengambilan gambar atau video terkait postur tubuh pekerja di tempat penelitian dapat dilakukan dari segala arah. Upaya pencegahan yang dilakukan untuk meminimalisasikan keluhan NPB apabila merasakan nyeri punggung bawah ketika duduk terdapat beberapa hal yang harus dilakukan yaitu melakukan relaksasi setiap 20-30 menit sangat penting untuk mencegah ketegangan otot, berdiri dan meluruskan pinggang bawah beberapa kali juga sangat membantu. Berjalan satu jam sekali juga sangat menolong mengurangi ketegangan otot, serta memperhatikan posisi duduk seperti hindari duduk dengan mencondongkan kepala ke depan, karena dapat menyebabkan gangguan pada leher serta duduk dengan lengan terangkat karena dapat menyebabkan nyeri pada bahu dan leher dan juga hindari duduk tanpa sandaran karena dapat menyebabkan nyeri pada punggung bawah Republika, 2006. 6.4 Hubungan Antara Karakteristik Individu Usia, KebiasaanMerokok, IMT, MasaKerja Kebiasaan Olahraga dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Pekerja Kain Tapis Di Sanggar Family Art 201

6.4.1 Hubungan usia dengan keluhan NPB

Umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko terjadinya keluhan otot meningkat. Bertambahnya usia akan diikuti penurunan; VO 2 max, tajam penglihatan, pendengaran, kecepatan membedakan sesuatu, membuat keputusan dan kemampuan mengingat jangka pendek. Dengan demikian pengaruh usia selalu dijadikan pertimbangan dalam memberikan pekerjaan bagi seseorang Tarwaka et al, 2004. Dalam penelitian ini usia dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ≥ 35 tahun dan 35 tahun. Dalam tabel 5.3 didapatkan hasil yakni pekerja yang berusia ≥ 35 tahun sebesar 63.3 sedangkan pekerja yang berusia 35 tahun sebesar 36.7. Sedangkan berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa pekerja yang sering mengalami keluhan NPB dialami oleh pekerja yang berusia ≥ 35 tahun sebesar 36.8 sedangkan pekerja yang sering mengalami NPB pada pekerja 35 tahun sebesar 81.8. Berdasarkan hasil uji statistik bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara usia dengan keluhan NPB Pvalue = 0.046. Sesuai dengan Anggraini 2010 dalam penelitiannya menyatakan ada hubungan bermakna antara usia dengan keluhan carpal tunner syndrom. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 35 tahun. Salah satu bagian tubuh yang juga mengalami degenerasi adalah tulang belakang. Akibat proses tersebut terbentuk jaringan parut di diskus invertebrata, jumlah cairan diantara sendi berkurang dan ruang diskus mendangkal secara permanen. Akibatnya segmen spinal akan kehilangan stabilitasnya. Pendangkalan di ruang diskus akan mengurangi kemampuan tulang belakang terutama daerah lumbal untuk menahan beban menjadi berkurang. Seharusnya vertebra lumbal seharusnya mampu menahan 40-50 berat tubuh. Berkurangnya kemampuan untuk menahan beban dan pergerakan tubuh menyebabkan keluhan nyeri punggung Jatmikawati, 2006. Variabel usia dalam penelitian ini memiliki hubungan bermakna dengan keluhan NPB pada pekerja sulam kain tapis, dari hasil uji statistik antara kedua variabel independen yaitu usia dengan kebiasaan olahraga didapatkan bahwa banyak pekerja yang berusia ≥ 35 tahun ataupun yang berusia 35 tahun tidak melakukan olahraga. Hal-hal yang dimungkinkan dapat menyebabkan risiko NPB pada pekerja yaitu pekerja telah melakukan pekerjaan sebelumnya sehingga pekerja merasakan adanya keluhan NPB, terakumulasi dan dibawa ke tempat kerja. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebaiknya pekerja tidak membebani dengan pekerjaan yang bisa menyebabkan otot punggung bawah lelah dan mengalami keluhan NPB pada saat mereka mulai bekerja, Ernawati 2002 menyebutkan lakukan perenggangan sebelum melakukan pekerjaan setiap hari meskipun tidak merasakan keluhan NPB.

6.4.2 Hubungan kebiasaan merokok dengan keluhan NPB

Kebiasaan merokok dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa ada hubungan bermakna antara kebiasaan merokok dengan MSDs. Boshuizen et al 1993 menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang. Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa pekerja yang merokok lebih banyak daripada pekerja yang tidak merokok yakni sebesar 23 pekerja. Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan 57.1 dari pekerja yang merokok tersebut yang sering mengalami keluhan NPB. Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa pekerja yang tidak merokok lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang merokok. Hasil analisis bivariat berarti tidak ada hubuangan bermakna antara kebiasaan merokok dengan keluhan NPB Pvalue =1.000. Sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan bahwa populasi penelitian semuanya berjenis kelamin perempuan, dan ditemukan pekerja yang merokok tetapi hanya termasuk dalam perokok ringan, hanya mengkonsumsi satu sampai tiga batang tiap harinya, serta hanya mengkonsumsi rokok yang menggunakan filter. Namun efek rokok yang bisa menimbulkan keluhan NPB bersifat kronis dikarenakan pekerja mengkonsumsi rokok yang terus-menerus sehingga tidak menimbulkan efek langsung kepekerja terkait dengan keluhan NPB. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini 2010 yang juga