31
a Mengidentifikasi faktor risiko untuk pekerjaan terkait cidera bagian belakang. b Mengevaluasi level risiko untuk bagian tubuh yang berbeda.
c Mengukur perbedaan risiko NPB pada sebelum dan sesudah pekerjaan. d Mengembangkan tempat kerja menjadi sarana dalam mengurangi risiko NPB
pada sebelum dan sesudah pekerjaan. e Meningkatkan kesadaran tingkat manager, teknisi, desainer, kesehatan dan
pelaksana keselamatan terhadap faktor risiko ergonomi di tempat kerja. Membandingkan tingkat paparan yang diterima oleh dua pekerja atau
lebih dengan pekerjaan yang sama, atau perbandingan risiko dengan pekerjaan
lainnya. 2.4.4 RULA
Rapid Upper Limb Assessment
RULA adalah sebuah metode untuk menilai postur, gaya dan gerakan suatu aktifitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan tubuh bagian atas upper
limb. RULA digunakan untuk menilai postur, beban dan pergerakan yang berhubungan dengan pekerjaan yang menetap. Seperti pekerjaan yang termasuk
pekerjaan yang menggunakan komputer, manufaktur dan pedagang dimana pekerja duduk atau berdiri tanpa berpindah. Nigel corlett, 2005. Metode ini
dikembangkan untuk menyelidiki risiko kelainan yang akan dialami oleh seseorang pekerja dalam melakukan aktivitas kerja yang memanfaatkan anggota
tubuh bagian atas upper limb. RULA memberikan sebuah kemudahan dalam menghitungkan rating dari beban kerja otot dalam menghitungkan rating dari
beban kerja pada anggota tubuh bagian atas. Alat ini memasukkan skor tunggal sebagai gambaran foto dari sebuah pekerjaan, yang mana ratig dari postur,
32
besarnya gaya atau beban dan pergerakan yang diharapkan. McAtamney, 1993 dalam Zulaeha, 2008.
2.4.4.1 Prosedur Penggunaan RULA
Adapun prosedur dalam penggunaan RULA menjelaskan 3 tahapan yaitu: a. Postur tubuh untuk dilakukan penelian telah diseleksiditentukan.
b. Postur tubuh adalh hasil skor dari lembar penilaian, diagram bagian tubuh, dan tabel
c. Skor tersebut adalah konversi untuk satu dari empat level gerakanaksi RULA digunakan untuk intervensi dan penilaian risiko berhubungan
dengan masalah ketegangan dan keseleo pada otot.
2.4.4.2 Langkah- Langkah Penilaian RULA
Dalam rangka melakukan evaluasi mengenai postur tubuh, teknik RULA membagi menjadi 2 kelompok anggota tubuh, kelompok A yaitu lengan dan
pergelangan tangan, kelompok B yaitu leher, punggung dan kaki. Langkah dan observasi penilaiannya yaitu:
1. Kelompok A a Observasi dan tentukan postur lengan atas sesuai kriteria metode RULA
Posisi lengan atas yang baik yaitu ketika lengan berada pada posisi 20 –
20 karena pada posos ini memiliki skor terkecil. Posisi yang beresiko terkena MSDs adalah posisi dengan ektensi, pada sudut 20
– 45, 45 – 90, dan 90. Skor ini bertambah besar jika bahu terangkat dan lengan atas
abduksi karena terdapat perubahan 1 untuk setiap keadaan tersebut. Tetapi skor berkurang satu jika terdapat penyangga lengan.
33
b Observasi dan tentukan postur lengan bawah sesuai kriteria metode RULA Posisi yang memiliki skor terkecil adalah posisi lengan bawah yang
berada pada 60 – 100 sehingga posisi ini dikatakatakan bahwa memiliki
risiko terkecil untuk dapat menderita MSDs. Posisi yang lainnya 0 – 100
dan 100 memiliki risiko yang lebih besar untuk menderita MSDs. Skor akan bertambah besar jika lengan bawah menyilang ke garis tengah tubuh
dan menjauh dari tubuh karena skor bertambah 1 untuk tiap keadaan tersebut. Semakin besar skor maka semakin besar risiko MSDs. Hal ini
dilihat pada gambar di bawah ini. c Observasi postur pergelangan tangan dan tentukan skornya
Posisi pergelangan tangan yang baik adalah posisi normal pada sudut 0 yang mendapat skor 1 skor terkecil. Jika posisi pergelangan tangan
memiliki risiko MSDs. Posisi pergelangan tangan fleksi 15 dan ekstensi merupakan posisi yang berisiko. Risiko akan bertambah besar jika pada
pergelangan tangan terjadi deviasi ulnar atau radial karena skor bertambah 1 untuk keadaan tersebut.
Selain posisi pergelangan tangan, kelompok A RULA juga mengobservasi putaran pergelangan tangan pronasi dan supinasi. Menurut metode
RULA perputaran pergelangan tangan yang berisiko adalah yang melakukan perputaran keluar supinasi karena memiliki skor lebih besar
daripada perputaran ke dalam pronasi. Selain itu, pada saat gerakan supinasi terjadi perlawanan terhadap gaya gravitasi sehingga diperlukan
energi lebih besar untuk mempertahankan posisi tangan.