keluhan NPB Pvalue =  0.077. Hal  ini dikarenakan pekerja  yang berindeks massa tubuh  normal  dilihat  dari  postur  saat  mereka  bekerja  memiliki  risiko  untuk
terjadinya NPB jika dibandingkan dengan pekerja yang kurus ataupun gemuk, serta pekerja yang berindeks massa tubuh normal kebanyakan dari mereka adalah pekerja
yang ≥  35    tahun  sehingga  ketahanan  kemampuan  otot  berkurang  dan  dapat
menimbulkan keluhan NPB pada pekerja tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang  dilakukan  Jatmikawati,  2006  yang  menyatakan  juga  tidak  ada  hubungan
bermakna antara indeks masa tubuh dengan kejadian nyeri punggung bawah.
Hal  tersebut  tidak  sesuai  dengan  penelitian  Anggraini  2010  yang mengemukakan  bahwa  ada  hubungan  bermakna  antara  indeks  masa  tubuh  dengan
carpal  tunner  syndrom,  sesuai  dengan  yang  dikemukakan  oleh  WHO  2005  yang menyatakan  indeks  masa  tubuh  IMT  dikategorikan  menjadi  tiga  yaitu  kurus
18.5  normal  18.5-25  dan  gemuk    25.  Jika  seseorang  mengalami  kelebihan berat badan maka orang tersebut akan berusaha untuk menyangga berat badan dari
depan  dengan  mengontraksikan  otot  punggung  bawah.  Dan  apabila  ini  terus berlanjut maka akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang
yang dapat menyebabkan NPB pada pekerja.
6.4.4 Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Keluhan NPB
Aerobic  fitness  meningkatkan  kemampuan  kontraksi  otot.  Delapan  puluh persen  80    kasus  nyeri  tulang  punggung  disebabkan  karena  buruknya  tingkat
kelenturan  tonus  otot  atau  kurang  berolahraga.  Otot  yang  lemah  terutama  pada daerah perut tidak mampu menyokong punggung secara maksimal.
Berdasarkan  tabel  5.3  pekerja  yang  tidak  berolahraga  sebesar  53.3  jika dibandingkan  dengan  pekerja  yang  jarang  berolahraga  hanya  23.3  atau  dengan
pekerja  yang  sering  melakukan  olahraga  hanya  23.3,  dan  berdasarkan  tabel  5.6 didapatkan  bahwa  pekerja  yang  berolahraga  dan  sering  mengalami  keluhan  NPB
sebesar  71.4  sedangkan  pekerja  yang  jarang  berolahraga  dan  sering  mengalami keluhan  NPB  sebesar  71.4  serta  pekerja  yang  tidak  berolahraga  dan  sering
mengalami keluhan NPB sebesar 37.5, sedangkan hasil uji analisis bivariat antara hubungan kebiasaan olahraga pada pekerja dengan keluhan NPB didapatkan bahwa
tidak ada hubungan bermakna yakni Pvalue = 0.171. Hal  tersebut  tidak  sesuai  dengan  penelitian  yang  dilakukan  Rahmat  2007
menunjukkan  bahwa  terdapat  hubungan  yang  bermakna  antara  kejadian  NPB dengan  kebiasaan  olahraga  dengan  Pvalue  0,029,  sejalan  dengan  apa  yang
dikemukakan  oleh  Munir  2008  kasus  nyeri  tulang  punggung  disebabkan  karena buruknya  tingkat  kelenturan  tonus  otot  atau  kurang  olahraga.  Otot  yang  lemah
terutama  perut  tidak  mampu  menyokong  punggung  secara  maksimal.  Semakin jarang  seseorang  berolahraga,  semakin  tinggi  pula  tingkat  keluhan  otot  yang
dirasakan. Salah satu pilar penanganan NPB adalah dengan exercise atau latihan untuk
otot perut dan punggung. Bila otot abdomen dan otot punggung kita kuat, itu akan membantu  kita  untuk  menjaga  postur  tubuh  yang  baik  dan  menjaga  agar  tulang
belakang  senantiasa  berada  pada  lokasi  yang  tepat.  Langkah  pertama  sebelum melakukan  aktivitas  menyulam  adalah  pemanasan  dengan  aktivitas  ringan  seperti
berjalan  santai.  Beberapa  latihan  berikut  ini,  hanyalah  suatu  saran  dan  harus disesuaikan dengan berbagai kondisi individual Prodia, 2010.
Berdasarkan  hasil  observasi  didapatkan  bahwa  banyak  pekerja  yang berolahraga.  Ada  beberapa  pekerja  yang  berusia  lebih  dari  35  tahun  berolahraga
seperti  berjalan  santai  meskipun  hanya  beberapa  kali  dan  setelah  dilakukan pengujian  silang  antara  sesama  variabel  independen  maka  rata-rata  pekerja  yang
melakukan  olahraga  baik  jarang  ataupun  sering  yakni  pekerja  yang  tidak  merokok hal  tersebut  bisa berdampak dengan tidak ada hubungan  antara kebiasaan olahraga
dengan keluhan NPB yang terjadi pada pekerja.
6.4.5 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan NPB
Masa  kerja  adalah  panjangnya  waktu  terhitung  mulai  pertama  kali  pekerja masuk kerja hingga saat penelitian berlangsung Amalia, 2007. Sedangkan menurut
Sedarmayanti  1996  lama  masa  kerja  adalah  satu  faktor  yang  termasuk  kedalam komponen  ilmu  kesehatan  kerja.  Pekerja  fisik  yang  dilakukan  secara  kontinyu
dalam jangka waktu yang lama akan berpengaruh terhadap mekanisme dalam tubuh sistem  peredaran  darah,  pencernaan,  otot,  syaraf  dan  pernafasan.  Dalam  hal  ini
MSDs  ataupun  NPB  merupakan  penyakit  kronis  yang  membutuhkan  waktu  lama untuk  berkembang  dan  bermanifestasi.  Jadi  semakin  lama  waktu  bekerja  atau
semakin  lama  seseorang  terpajan  faktor  risiko  NPB  ini  maka  semakin  besar  pula risiko untuk mengalami NPB Guo, 2004.
Hasil  uji  statistik  menunjukkan  ada  hubungan  yang  signifikan  antara  masa kerja dengan keluhan NPB Pvalue = 0.032. Berdasarkan hasil observasi diperoleh
bahwa  pekerja  sudah  mulai  bekerja  dari  muda  sampai  berusia ≥35  tahun  masih
bekerja  sebagai  penyulam  kain  tapis,  sehingga  dampak  dari  keluhan  NPB  telah berakumulasi.  Serta  hal  lain  yang  ikut  menyumbangkan  dalam  terjadinya  keluhan
NPB  pada  pekerja  kain  tapis  yaitu  target  untuk  menyelasaikan  sehelai  kain  yang diberikan  sampai  selesai,  sehingga  pekerja  memforsir  diri  mereka  untuk
menyelesaikan pekerjaan mereka dan pekerja mengabaikan istirahat  atau  relaksasi. Hal  ini  sesuai  dengan  Rihiimaki  et  al  1989  menjelaskan  bahwa  masa  kerja
mempunyai  hubungan  yang  kuat  dengan  keluhan  otot  dan  juga  penelitian  yang dilakukan oleh Anggraini 2010 juga menyebutkan ada hubungan bermakna antara
masa kerja dengan keluhan carpal tunner syndrom. Upaya yang bisa diberikan untuk meminimalisasi dengan terjadinya keluhan
NPB  terkait  dengan  masa  kerja  pada  pekerja  kain  tapis  adalah  sebaiknya  pekerja khususnya  pekerja  yang  telah  bekerja  lama  sebagai  penyulam  kain  tapis  lebih
banyak  melakukan  peregangan  otot  atau  relaksasi  agar  dampak  NPB  yang  telah terakumulasi dapat dicegah Republika, 2006.
83
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan  hasil  penelitian  dan  pembahasan,  maka  didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1.  Gambaran  keluhan  nyeri  punggung  bawah  pada  pekerja  sulam  kain  tapis  di Sanggar  Family  Art  Bandar  Lampung  tahun  2011  pekerja  yang    yaitu  yang
sering  mengalami  keluhan  NPB  53.3  jika  dibandingkan  dengan  pekerja yang tidak mengalami keluhan NPB 46.7
2.  Dengan menggunakan analisis univariat diketahui bahwa: a.  Faktor Pekerjaan
Gambaran  faktor  pekerjaan  diukur  dengan  RULA  didapatkan  distribusi tingkat  risiko  NPB  pada  pekerja  sulam  kain  tapis  di  Sanggar  Family  Art
Bandar  Lampung  skor ≤  2  yaitu  risiko  masih  dapat  diterima  dan  tidak
perlu  ada  perubahan  13.3  dibandingkan  dengan  skor ≥  3  yaitu
investigasi lanjut dan mungkin perlu ada perubahan 86.7. b.  Faktor Individu
1  Pekerja  dengan  usia ≥  35  tahun  lebih  banyak  jika  dibandingkan
dengan pekerja yang berusia  35 2  Kebiasaan  merokok  pada  pekerja  lebih  banyak  yang  tidak  merokok
jika dibandingkan dengan pekerja yang merokok ringan.
3  Indeks  masa  tubuh  pekerja  yang  normal  lebih  banyak  jika dibandingkan dengan pekerja yang kurus ataupun gemuk.
4  Masa kerja pada pekerja bahwa nilai tengah pada variabel masa kerja adalah  9,000  tahun  dengan  standar  deviasi  5,5704  tahun  serta  masa
kerja terendah 2 dan masa kerja tertinggi 25 tahun. 5  Kebiasaan  olahraga  pada  pekerja  banyak  pekerja  yang  tidak
berolahraga jika dibandingkan dengan pekerja yang berolahraga. 3.  Tidak  ada  hubungan  yang  bermakna  antara  antara  faktor  pekerjaan,  serta
faktor  individu  yakni  kebiasaan  merokok,  indeks  masa  tubuh  IMT  dan kebiasaan  olahraga  pada  pekerja  sulam  kain  tapis  di  Sanggar  Family  Art
Bandar Lampung tahun 2011. 4.  Terdapatnya  hubungan  bermakna  antara  variabel  faktor  individu  yaitu  usia
dengan Pvalue 0.046, masa kerja dengan Pvalue 0.032 dengan keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja sulam kain tapis di Sanggar Family Art Bandar
Lampung tahun 2011.
7.2 Saran 7.2.1 Bagi Pekerja Sulam Kain Tapis
a.  Pekerja  melakukan  relaksasi  dengan  berdiri  setiap  30  menit  sekali  agar meringankan kerja otot pinggang.
b.  Apabila ada keluhan nyeri punggung bawah segera berobat ke puskesmas setempat atau dokter.
c.  Mengikuti  saran  dan  petunjuk  yang  diberikan  oleh  petugas  puskesmas agar dapat menghindari untuk terjadinya keluhan nyeri punggung bawah.
d.  Memperbanyak  kegiatan  olahraga  untuk  pencegahan  terhadap  keluhan nyeri punggung bawah NPB.
e.  Menyesuaikan  posisi  duduk  saat  menyulam  sehingga  posisi  bekerja menjadi  nyaman  sehingga  dapat  meminimalisir  resiko  terjadinya  nyeri
punggung bawah NPB. f.  Perbanyak  istirahat  atau  relaksasi  dalam  per  satu  jam  sekali  untuk
mengurangi rasa nyeri pada punggung bawah.
7.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya
a.  Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel-variabel lain  yang  kemungkinan  memiliki  hubungan  signifikan  dengan  keluhan
MSDs  yang  tidak  diteliti  pada  penelitian  ini,  seperti  variabel  pekerja jenis  kelamin,  dan  kekuatan  fisik,  lingkungan  mikrolimat,  iluminasi,
getaran. b.  Disarankan  untuk  lebih  melihat  aktifitas  yang  dilakukan  pekerja  selama
bekerja dari segala arah, sehingga pengambilan gambar guna pengukuran faktor pekerjaan dapat lebih maksimal.
86
DAFTAR PUSTAKA
Anderson  GBJ.  Epidemiological  Features  of  Chronic  Low  Back  Pain.  Lancet  1999; 354:581-5.
Airiza, 2006. Menghindari Nyeri Pinggang Bawah. Republika 11 Juni 2006 Aryanto,  Pongki  Dwi.  2008.  Gambaran  Risiko  Ergonomi  dan  keluhan
Musculoskeletal    pada  Penjahit  Sektor  Informal.  Skripsi.  Depok  :  Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Amalia,  Dina.  Tinjauan  Tingkat  Kelelahan  Kerja  pada  Pekerja  Unit  Produksi Industri  Garment  PT.  INTI  GRAMINDO  PERSADA  Tahun  2007.  Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007 Anggraini,  Dwi  Ranti.  2010.  Faktor-Faktor  yang  Berhubungan  dengan  Carpal
Tunnel  Syndrome  CTS  Pada  Pengguna  Komputer  di  Head  Office  PT. Bukaka  Teknik  Utama  Cileungsi  Bogor  Jawa  Barat  Tahun  2010.  Skripsi.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Ariawan,  Iwan.  Besar  dan  Metode  Pada  Sampel  Penelitian  Kesehatan.  Jurusan Biostatistik  dan  Kependudukan  Fakultas  Kesehatan  Masyarakat  Universitas
Indonesia. 1998. Bernard, Bruce, et all, Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors, A Critical
Review  of  Epidemiologic  Evidence  for  Work-Related  Musculoskeletal Disorders  of  the  Neck,  Upper  Extremity,  and  Low  Back,  US  Department  of
Health  and  Human  Services,  Public  Health  Service,  Centers  for  Disease Control and Prevention, National Institute for Occupational Safety and Health,
1997.
Bridger, R.S. 1995. Introduction to Ergonomics. Singapore: mcGraww Hill, Inc. Buckle,  Peter.  2005.  Ergonomics  and  muculoskeletal  disorders:  overview.
Occupational Medicine. Oxford University Press Cohen, Alexander L. et al. 1997. Elements of Ergonomics Programs. A Primer Based
on  Workplace  Evaluation  of  Musculoskeletal  Disorders.  Amerika:  U.S Department of Health and Human Services. NIOSH.
Ergonomi.  Pusat  Kesehatan  Kerja  Departemen  Kesehatan  RI.  Available  at  : http:www.depkes.go.id
diakses pada tanggal 04 September 2010
Ernawati, DR.  2002.  Nyeri  Pinggang Bawah  pada Pekerja  Bagian  Produksi  Bumbu Makanan  di  Pabrik  X  Purwakarta.  Tesis.  Fakultas  Kesehatan  Masyarakat.
Universitas Indonesia. Grandjean, E. 1990. Fitting the task to the Human. London : Taylor  Francis Inc.
Hartiyah.  2009.  Hubungan  Berdiri  Lama  dengan  Keluhan  Nyeri  Punggung  Bawah Miogenik  Pada  Pekerja  Kasir.  Skripsi.  Fakultas  Kesehatan  Masyarakat.
Universitas Indonesia Humantech Inc. 1995. Applied Ergonomic Training Manual. Berkeley Vale Australia
: Protector and Gamble Inc. International Labour Organitation. 1998. Work Organitation and Ergonomics, ILO.
Jatmikawati.  2006.  Analisis  Risiko  Ergonomi  yang  Berhubungan  dengan  Kejadian Nyeri Punggung Bawah pada Pengemudi Taksi X. Tesis. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia Musculoskeletal  disorders  MSDs  in  HORECA  European  Agency  for  Safety  and
Health at Work, 2000. Available at :  http:osha.europa.euenpublicationse- factsefact24
NIOSH.  1997.  A  Critical  Review  of  Epidemiologic  Evidence  for  Work-Related Musculoskeletal Disorders of the Neck, Upper Extremity, and Low Back.
Nurmianto,  Eko.  1998.  Ergonomi  Konsep  Dasar  dan  Aplikasinya.  Edisi  Pertama. Jakarta : Guna Widya.
Oborne. David J. 1995. Ergonomics at work 3
rd
Edition : “Human Factors in Design
and  Development”,  University  of  Wales  Swansea,  John  Wiley    Sons  Ltd. England :xiv + 442
Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomics, Work, and Health. Aspen Publisher Inc, USA. Prodia.  Nyeri  Punggung  Bawah.  Available  at  :
http:prodiaohi.co.idenarticles8- nyeri-punggung-bawah.html
diakses pada tanggal 29 November 2010 Pulat, B. 1997. Fundamental of Industrial Ergonomics
Rahayu, Sri. 2004. Analisis Risiko Ergonomi Pada Perawat Terhadap Kemungkinan Timbulnya  MSDs  Akibat  Postur  Janggal  di  RSU  Serang,  Banten.  Tesis.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. http:athaliwa.wordpress.com20081214kain-tapis-lampung
diakses pada tanggal 08 Agustus 2010