sistematis, dan lengkap. Sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur. Tetapi pada strategi pembelajaran
konvensional ini dominasi guru banyak berkurang karena tidak terus menerus bicara. Guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh
soal pada waktu-waktu yang diperlukan saja. Pada pembelajaran dengan strategi konvensional ini siswa belajar lebih aktif seperti siswa mengerjakan
latihan soal sendiri, mungkin juga saling bertanya dan mengerjakannya bersama dengan temannya atau disuruh membuatnya di papan tulis.
Ciri umum strategi pembelajaran konvensional adalah definisi dan teorema disajikan oleh pengajar, contoh soal diberikan oleh pengajar kemudian
latihansoal. Secara garis besar, prosedur pelaksanaannya kurang menekankan aktivitas fisik siswa, yang diutamakan adalah aktivitas mental siswa, sehingga
banyak orang beranggapan bahwa strategi pembelajaran konvensional menghasilkan belajar menghafal dan kurang efektif belajar bermakna. Secara
umum strategi pembelajaran konvensional sama dengan cara mengajar biasa tradisional, namun di dalam strategi pembelajaran konvensional dominasi
guru berkurang, guru tidak terus berbicara, guru hanya menjelaskan pada bagian-bagian yang diperlukan saja.
3. Keaktifan Belajar Matematika Siswa
a. Keaktifan Belajar Siwa Menurut kamus besar Bahasa Indonesia
“Aktif adalah giat bekerja, berusaha
”, sedangkan keaktifan adalah suatu keadaan atau hal di mana siswa dapat aktif. Pada penelitian ini keaktifan yang dimaksud adalah keaktifan belajar
siswa. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dan relatif tetap, serta ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya
pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Jadi keaktifan belajar siswa adalah suatu keadaan di mana siswa aktif dalam belajar. Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, mengemukakan bahwa Jika
pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Salah satunya, aktif
dimaksudkan bahwa pada prose pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan.
15
Keaktifan belajar Matematika siswa dapat kita lihat dari keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar yang beraneka ragam seperti pada saat siswa
mendengarkan ceramah, mendiskusikan, membuat suatu alat, membuat laporan pelaksanaan tugas dan sebagainya. Paul B. Diedrich dalam Oemar Hamalik
membagi kegiatan belajar siswa dalam 8 kelompok, yaitu:
16
1. Visual activeties kegiatan-kegiatan visual seperti membaca, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau
bermain. 2. Oral Activities kegiatan-kegiatan lisan seperti mengemukakan suatu fakta,
menghubungkan sutu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.
3. Listening Activities kegiatan-kegiatan mendengarkan seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan sebagainya.
4. Writing activities kegiatan-kegiatan menulis seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagaianya.
5. Drawing activities kegiatan-kegiatan menggambar seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagaram, pola, dan sebagainya.
6. Motor activities kegiatan-kegiatan motorik seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan
sebagainya. 7. Mental activities kegiatan-kegiatan mental seperti merenungkan, mengingat,
memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
15
Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, “Kontruksi Pengembangan Pembelajaran” PT Prestasi Pustakaraya, Cet 1, Jakarta 2010. hal.237
16
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar. Sinar Baru Algesindo, Bandung 2005, hal.172
8. Emotional activities kegiatan-kegiatan emosional seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.
Klasifikasi aktivitas belajar dari Diedrich di atas menunjukkan bahwa aktivitas dalam pembelajaran cukup kompleks dan bervariasi. Aktivitas di sini
tidak hanya terbatas pada aktivitas jasmani saja yang dapat secara langsung diamati tetapi juga meliputi aktivitas rohani. Keadaan di mana siswa
melaksanakan aktivitas belajar inilah yang disebut keaktifan belajar. Ketika matapelajaran tidak menarik, seringkali siswa jenuh dan membuat mereka tidak
dalam belajar.
17
Untuk itu keaktifan siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan karena siswa sebagai subjek didik itu sendiri
yang melaksanakan belajar, sehingga siswalah yang seharusnya lebih banyak aktif, bukan gurunya. Perbedaan antara belajar aktif dan pasif menurut Bobby De
Potter dan Mike Hernacki seperti dikutip oleh Heni Purwanti 2006:25 dapat dilihat pada tabel berikut:
Table 1: perbedaan belajar aktif dan belajar pasif
Aktif Pasif
Belajar apa saja dari setiap situasi Tidak dapat melihat adanya potensi
belajar Menggunakan apa yang dipelajari
untuk mendapatkan manfaat atau keuntungan
Mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman
belajar
Mengupayakan agar
segalanya terlaksana
Membiarkan segalanya terjadi Bersandar pada kehidupan
Menarik diri dari kehidupan Berdasar dari perbedaan tersebut, seorang siswa aktif dalam belajar jika
siswa tersebut dapat belajar dari situasi apapun, siswa dapat menggunakan apa yang dipelajari sehingga apa yang dipelajari tidak sia-sia. Selain itu siswa yang
aktif dalam belajar akan melakukan berbagai usaha untuk mencapai tujuannya. Siswa yang aktif tidak akan menarik diri dari kehidupan karena dari kehidupan
tersebut siswa dapat belajar banyak hal.
17
Melvin L. Silberman, Active Learning 101 cara belajar siswa aktif, Nusa Media, Cet ke-3, Bandung 2006.
Dalam rangka menumbuhkan keaktifan belajar matematika siswa disamping metode pembelajaran yang tepat, maka peran guru dalam kelas
mempunyai peran yang sangat penting yaitu :
a. Pentingnya Upaya Guru dalam Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa
Guru merupakan penanggung jawab kegiatan proses pembelajaran di dalam kelas. Sebab gurulah yang langsung memberikan kemungkinan bagi para
siswa belajar dengan efektif melalui pembelajaran yang dikelolanya. Dalam konteks ini Nana Sudjana yang dikutip Cece Wijaya dan A. Tabrani
mengemukakan bahwa kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses
pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur manusiawi
seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi kebiasaan dan lain-lain yang merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat
tersebut. Dengan demikian dapat dipahami bahwa guru memegang peranan penting
terhadap proses belajar siswa melalui pembelajaran yang dikelolanya. Untuk itu guru perlu menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses interaksi
yang baik dengan siswa, agar mereka dapat melakukan berbagai aktivitas belajar dengan
efektif. Dalam
menciptakan interaksi
yang baik
diperlukan profesionalisme dan tanggung jawab yang tinggi dari guru dalam usaha untuk
membangkitkan serta mengembangkan keaktifan belajar siswa. Sebab segala keaktifan siswa dalam belajar sangat menentukan bagi keberhasilan pencapaian
tujuan pembelajaran. Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasatya mengemukakan bahwa “proses belajar
yang bermakna adalah proses belajar yang melibatkan berbagai aktivitas para siswa. Untuk itu guru harus berupaya untuk mengaktifkan kegiatan belajar
mengajar tersebut.”Selanjutnya tingkat keaktifan belajar siswa dalam suatu proses pembelajaran juga merupakan tolak ukur dari kualitas pembelajaran itu sendiri.
Mengenai hal ini E.Mulyasa mengatakanbahwa:Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar peserta
didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat
belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Agar siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, maka diperlukan
berbagai upaya dari guru untuk dapat membangkitkan keaktifan mereka. Sehubungan dengan pentingnya upaya guru dalam membangkitkan keaktifan
siswa dalam belajar, R. Ibrahim dan Nana Syaodih mengemukakan bahwa: Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam
pengajaran siswalah yang menjadi subjek, dialah pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka
hendaknya guru merencanakan pengajaran, yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar. Hal ini tidak berarti siswa dibebani banyak tugas.
Aktivitas atau tugas-tugas yang dikerjakan siswa hendaknya menarik minat siswa, dibutuhkan
dalam perkembangannya,
serta bermanfaat
bagi masa
depannya.Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dalam pembelajaran upaya guru dalam mengembangkan keaktifan belajar siswa sangatlah penting. Sebab
keaktifan belajar siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan.
18
b. Bentuk Upaya Guru dalam Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam pembelajaran, siswalah yang menjadi subjek, jadi siswalah yang menjadi
pelaku kegiatan belajar. Demikian pula dalam pembelajaran, agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya mengondisikan
pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Beberapa bentuk upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan
keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran adalah di antaranya dengan meningkatkan minat siswa, membangkitkan motivasi siswa, menerapkan prinsip
individualitas siswa, serta menggunakan media dalam pembelajaran.
18
Ilham, http:abangilham.wordpress.comfeedAgustus 2010
: 19:30 WIB
1. Meningkatkan minat siswa, kondisi pembelajaran yang efektif adalah dengan adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat sangat
besar pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa adanya minat
seseorang tidak mungkin akan melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki minat yang besar terhadap suatu pelajaran akan lebih aktif untuk
mempelajarinya dan sebaliknya, siswa akan kurang keaktifannya dalam mempelajari pelajaran yang kurang diminatinya. Oleh karena itu, William
Jams, seperti di kemukakan Moh. Uzer Usman, yang melihat bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar
siswa. jadi, minat merupakan faktor yang menentukan keterlibatan siswa secaraaktifdalambelajar.
Sementara Syaiful Bahri Djamarah
juga mengemukakan
upaya-upaya yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan minat siswa dalam belajar yaitu:
a. Membangkitkanadanyasuatukebutuhan. b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.
c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik. d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
Beberapa hal tersebut di atas menunjukkan bahwa upaya guru dalam mengembangkan minat belajar siswa sangat penting dilakukan agar
dia ikut belajar aktif dalam pembelajarannya. 2. Membangkitkan motivasisiswa, setiap perbuatan individu, termasuk
perbuatan belajar didorong oleh sesuatu atau beberapa motif. Motif merupakan suatu tenaga yang berada pada diri siswa yang mendorongnya
untuk berbuat mencapai suatu tujuan. Sedangkan motivasi menurut Muh. Uzer Usman adalah “suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi
perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong
tingkah lakunya untuk membuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.” Seseorang siswa yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan
semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh penuh, gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas
bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran. Dengan demikian jelaslah bahwa motivasi sangat diperlukan
seseorang dalam melakukan aktivitas belajar. Tugas guru adalah membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau
belajar secara aktif. Motivasi belajar siswa dapat timbul dari dalam individu siswa dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya.
Motivasi yang timbul dari dalam diri siswa sendiri tanpa ada ajakan atau pengeruh dari orang lain disebut motivasi intrinsik. Sedangkan motivasi
yang timbul akibat pengeruh dari luar diri siswa, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain disebut motivasi ekstrinsik.
Dari hal tersebut jelas bahwa dalam belajar, siswa mesti memiliki motivasi belajar yang tinggi, baik yang berasal dari dalam diri maupun
dari luar diri siswa. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi siswa dan menjadikannya aktif dalam mengikuti
pembelajaran. 3. Menerapkan prinsip individualitas, salah satu masalah utama dalam
pembelajaran ialah masalah perbedaan individual. Seorang guru yang menghadapi 40 orang siswa di kelas, sebenarnya bukan hanya menghadapi
ciri-ciri satu kelas, tetapi juga menghadapi 40 perangkat ciri-ciri siswa. Tiap orang siswa memiliki pembawaan-pembawaan yang berbeda, dan
menerima pengaruh dan perlakukan dari keluarganya yang masing-masing juga berbeda. Dengan demikian adalah wajar apabila setiap siswa memiliki
ciri-ciri individu sendiri. Ada siswa yang badannya tinggi kurus, atau pendek gemuk, cekatan atau lambat, kecerdasan tinggi, sedang atau
rendah, berbakat dalam beberapa mata pelajaran, tetapi kurang berbakat dalam mata pelajaran tertentu, tabah, ulet atau mudah putus asa, periang
atau perenung, bersemangat atau acuh tak acuh, dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, pemahaman guru terhadap setiap
individu siswa sangat penting dalam upaya mengembangkan keaktifan
belajar mereka. Sementara Bloom yang dikutip oleh Moh. Uzer Usman menyatakan bahwa: Jika guru memahami persyaratan kognitif dan ciri-ciri
sikap yang diperlukan untuk belajar seperti minat dan konsep diri pada diri siswa-siswanya, dapat diharapkan sebagian besar siswa akan dapat
mencapai taraf penguasaan sampai 75 dari yang diajarkan. Oleh sebab itu, hendaknya guru mampu menyesuaikan proses belajar mengajar dengan
kebutuhan-kebutuhan siswa secara individual tanpa harus mengajar secara individual. Maka sangat penting bagi guru untuk melayani perbedaan-
perbedaan siswa sehingga memungkinkan berkembangnya potensi masing- masing siswa secara optimal dalam pembelajaran.
4. Menggunakan media dalam pembelajaran.Media pembelajaran adalah “segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran,
perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.” Media pembelajaran
sebagai perantara sumber pesan dengan penerima pesan yang berperan penting dalam proses pembelajaran. Dalam upaya untuk mengembangkan
keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran , hendaknya guru dapat menggunakan media dalam pembelajaran , di samping untuk memperjelas
materi yang disampaikan juga akan dapat menarik minat siswa. Media pembelajaran memiliki arti yang cukup penting dalam
kegiatan pembelajaran . Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan materi yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media
sebagai perantara. Kerumitan bahan pelajaran yang disampaikan kepada siswa dapat disederhanakan dengan bantuan media. Dengan demikian
siswa akan lebih mudah menerima bahan pelajaran dari pada tanpa penggunaan media.
Berdasarkan beberapa hal yang telah di kemukakan bahwa jika guru mampu penggunaan media dalam pembelajaran secara tepat, maka
hal tersebut dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan para siswa
untuk belajar . Dengan demikian, maka dengan sendirinya keaktifan belajar para siswa dalam kegiatan pemberbelajaran akan meningkat pula.
19
c. Interaksi Pembelajaran
Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan penyediaan
kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar peserta didiksubjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dapat
membawa perubahan tingkah laku serta kesadaran diri sebagai pribadi.
20
Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi yakni sebagai pihak yang belajar dan guru
sebagai pihak yang mengajar, dengan peserta didik sebagai subjek pokoknya. Ciri-ciri interaksi belajar mengajar, yakni memiliki tujuan, ada suatu prosedur
jalannya interaksi yang direncana, ditandai dengan adanya aktivitas, ada guru yang berperan sebagai pembimbing, membutuhkan disiplin dan ada batas waktu
untuk pencapaian tujuan serta sudah barang tentu perlu adanya kegiatan penilaian. Interaksi belajar mengajar yang baik, khususnya dalam pembelajaran matematika
adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan
agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar.
Bruner berpendapat bahwa belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi
yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Pemahaman terhadap konsep dan struktur suatu
materi menjadikan materi itu dipahami secara lebih komprehenshif, peserta didik lebih mudah mengingat materi itu bila yang dipelajari merupakan pola yang
berstruktur.
19
http:abangilham.wordpress.com20090331pentingnya-upaya-guru-dalam-mengembangkan- keaktifan-belajar-siswa
diakses agustus 2010, 20:00 WIB
20
Sardiman, A.M.. Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2006
Dalam belajar matematika peserta didik harus berperan aktif. Peran aktif ini dapat terlaksana apabila menggunakan cara belajar yang sesuai, sehingga
diharapkan dapat menyebabkan perkembangan potensi intelektualnya, rasa puasnya serta motivasinya. Ini berati ganjaran diperoleh dari dalam. Menurut
Bruner, belajar dari luar biasanya mengakobatkan belajar hafalan sehingga pengertian terhadap matematika yang dipelajari sangat minim.
Konsep-konsep matematika dipelajari menurut tahap-tahap bertingkat seperti halnya dengan tahap periode perkembangan intelektualnya. Menurut
Hudoyo, tahap-tahap itu adalah: a. Permainan bebas Free Play. Permainan bebas adalah tahap belajar konsep
yang terdiri dari aktifitas yang tidak terstruktur dan tidak diharapkan yang memungkinkan peserta didik mengadakan eksperimen dan memanipulasi
benda-benda konkrit dan abstrak dari unsur-unsur konsep yang dipelajari itu.
b. Permainan yang menggunakan aturan Games. Di dalam tahap ini peseta didik mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat di dalam
konsep peristiwa-peristiwa. c. Permainan mencari kesamaan sifat Searching for communalities.
Membantu peserta didik dalam permainan yang menggunakan aturan untuk dapat melihat kesamaan struktur dengan mentranslasikan dari suatu
permainan kebentuk permainan yang lain, sedang sifat-sifat abstrak yang diwujudkan dalam permainan itu tetap tidak berubah dengan translasi itu.
d. Permainan dengan representasi Representation. Dalam tahap ini peserta didik mencari kesamaan sifat dari situasi yang serupa.
e. Permainan dengan simbolisasi Simbolization. Permainan dengan menggunakan simbol ini merupakan tahap belajar konsep dimana peserta
didik perlu merumuskan representasi dari tiap konsep dengan menggunakan simbol matematika.
f. Formalisasi Formalization. Setelah peserta didik mempelajari suatu konsep dan struktur matematika yang saling berhubungan, peserta didik
harus mengurut sifat-sifat itu untuk dapat merumuskan sifat-sifat baru.
Belajar dari luar biasanya mengakibatkan belajar hafalan sehingga pengertian terhadap matematika yang dipelajari sangat minim. Oleh karena itu
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi belajar matematika, yaitu: a. Peserta didik
Kegagalan atau keberhasilan belajar sangat tergantung kepada peserta didik. Bagaimana sikap dan minat peserta didik terhadap matematika,
bagaimana kesiapan dan kemampuan peserta didik untuk mengikuti kegiatan belajar matematika, bagaimana kondisi fisiologis dan psikologis pada saat
belajar matematika. Semua itu sangat menentukan tingkat dan keberhasilan proses dan hasil belajar matematika.
b. Pengajar Faktor lain setelah peserta didik adalah pengajar. Apabila pengajar
mempunyai kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi matematika, menguasai materi dengan baik, memiliki pengalaman cukup, kepribadian
yang disegani peserta didik, dan memiliki motivasi yang selalu disalurkan kepada peserta didik, maka proses belajar matematika akan belajar efektif
karena mutu pengajaran yang tinggi, sehingga peserta tidak mengalami kesulitan dalam belajar matematika.
c. Sarana dan prasarana Saran yang baik diperlukan untuk menunjang proses belajar yang
efektif, seperti buku paket, persediaan perpustakaan dan alat bantu belajar sebagai alat penunjang untuk meningkatkan kualitas belajar peserta didik.
Selain sarana diperlukan pula prasarana yang mapan, seperti tata ruang yang bagus, sejuk, bersih, dan tempat duduk yang nyaman. Hal ini akan lebih
memperlancar terjadinya proses belajar. d.Penilaian
Penilaian merupakan tolak ukur bagaimana berlangsungnya proses pembelajaran. Dari hasil penilain ini pendidik dapat melihat perubahan hasil
belajar peserta didik. Tugas pendidik terhadap hasil penilaian ini adalah memberikan motivasi kepada peserta didik agar lebih meningkatkan hasil
belajar matematika atau terus mempertahankan hasil yang diperoleh dengan maksimal.
Matematika merupakan pelajaran yang sangat penting dalam dunia pendidikan,
karena mata
pelajaran matematika
berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan bilangan simbol. Matematika juga merupakan dasar dalam menguasai pelajaran lain. Tujuan
belajar matematika adalah untuk menpersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan ke depan melalui latihan atas dasar pemikiran secara
logis, rasional, kritis, cermat, efektif, dan koefisien. Untuk mencapai hasil belajar matematika, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Cara penyampaian belajar matematika Untuk menanamkan pemahaman akan konsep matematika perlu
model pembelajaran yang baik. Matematika bukan pelajaran yang sulit asalkan metode pembelajaran sesuai, dan guru harus menguasai materi yang
diajarkan agar tidak timbul kesalahpahaman persepsi dan bila persepsi pembelajaran matematika terjadi dengan lancar dan disampaikan secara
kontinu bertahap dan berurutan maka hasil belajar matematika dapat lebih baik.
2. Batas kemampuan siswa dalam menerima pelajaran matematika Dalam proses belajar mengajar, guru akan menghadapi siswa yang
berbeda dalam penyerapan pelajaran, sehingga guru harus mengetahui apakah siswa tersebut termasuk kategori cepat, sedang atau lambat.
4. Model Pembelajaran Kooperatif a. Pembelajaran Kooperatif