PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI.

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

MATEMATIKA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE

COURSE REVIEW HORAY PADA MATERI RELASI DAN

FUNGSI

SKRIPSI Oleh:

JAUHAROTUL IZZAH NIM D04211027

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PMIPA

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW

HORAY PAD A MATERI RELAS I DAN FUNGS I Oleh : Jauharotul Izzah

ABS TRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masihbanyaknyasiswa yang kurang tertarik dalambelajarmatematika. Salah satupenyebabnyaadalah guru yang masihmenggunakan metode mengajar konvensional, sehingga siswa merasa bosan dalam belajar matematika. Dalam penelitian ini, digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep secara mudah, berkompetisi secara positif dalam pembelajaran dan mengubah suasana pembelajaran di kelas menjadi lebih menyenangkan, sehingga siswa merasa lebih tertarik dalam belajar matematika.

Pengembanganperangkatpembelajarandengan model kooperatif tipe Course Review Horay pada materi relasi dan fungsimenggunakanmodel pengembangan Plompyang terdiri dari tiga fase pengembangan, yaitu fase investigasi awal (prelim inary investigation), fase pembuatan prototipe (prototyping phase) dan fase penilaian (assesm ent phase). Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi RPP, buku siswa, LK S, dan soal kotak horay. Uji coba dilakukan pada 35 siswa kelas VIII-H SMP Negeri 2 Menganti.

Data penelitian dianalisis dan diperoleh data sebagai berikut: kevalidan RPP berkat egorisangat valid dengan rata-rata penilaian(4,07), kevalidan buku siswa berkategorivalid dengan rata-rata penelitian(3,92), kevalidan LKS berkategori valid dengan rata-tarapenilaian(3,96) dan kevalidan soal kotak horay berkategori sangat valid dengan rata-rata penilaian (4,08), darimasing-masing perangkat pembelajaran tersebut dinilai praktis oleh para ahli, dengan penilaian "B" untuk masing-masing perangkat pembelajaran, yang berarti bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat digunakan dengan sedikit revisi, aktivitassiswadinyatakanefektifdenganpersentase yang mendukung KBM lebihbesardaripadapersentaseyagtidakmendukung KBM, keterlaksanaansintaksdinyatakanefektifdengan rata-rata total tiap kegiatan

sebesar 3,65, teshasilbelajar

siswatergolongtuntaskarenasudahmemenuhikriteriaketuntasanhasilbelajarsis wasebesar 88,6% dan respon siswa dinyatakan sangat positifdengan rata-rata total 91,4%

Kata Kunci: Pengembangan, Perangkat Pembelajaran, Pembelajaran Kooperatif, Course Review Horay


(7)

DAFTAR IS I

SAMPUL DA LAM ... i

PERSETUJUAN PEM BIM BING SKRIPSI...ii

PERNYA TAAN KEA SLIAN TULISAN... iii

HALAMAN PERSEM BA HAN ...iv

MOTTO ...v

ABSTRAK...vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAM BAR ...x

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I : PENDA HULUAN...1

A. LatarBe lakang ...1

B. Ru musanMasalah ...4

C. Tujuan...5

D. ManfaatPenelitian ...6

E. DefinisiOperasiona...l6 F. BatasanPenelitian ...9

G. Sistemat ika Penelitian ...9

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ...10

A. Pe mbela jaranMatemat ika ...10

B. Teori be laja r Vigotsky ...11

C. Pe mbela jaranKooperatif ...14

D. Course Review Horay ...22

E. PerangkatPe me laja randengan Model KooperatifCourse Review Horay ...27

F. KriteriaKe layakanPerangkatPe mbe laja ran ...28

G. KriteriaPerangkatPe mbe laja randengan ModelKooperatifTipeCourse Review Horay ...34

H. Model PengembanganPerangkatPe mbela jaran ...38

I. MateriPe mbe laja ranRe lasidanFungsi...41

BAB III: M ETODE PENELIT IAN...45

A. JenisPenelitian ...45

B. WaktudanTempatPenelitian ...45

C. RancanganPenelitian ...46


(8)

E. InstrumenPenelit ian...52

F. TeknikPengu mpulan Data ...54

G. TeknikAnalisis Data ...56

BAB IV: HASIL PENELITIAN ...65

A. Proses PengembanganPerangkatPembela jaran ...65

B. KevalidanPengembanganPerangkatPembe laja ran ...81

C. Keprakt isanPengembanganPerangkatPembela jaran ...90

D. Keefe ktifanPenge mbanganPerangkatPe mbelaja ran ...92

BAB V: KESIMPULAN DA N SA RAN ... 105

A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTA KA ... 107 LAMPIRA N


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pe mbela jaran merupakan kegiatan yang melibatkan berbagai maca m ko mponen, antara la in: siswa, guru, kuriku lu m, sarana dan prasarana pendidikan. Di sinilah peran seorang guru dalam proses pembelajaran me rupakan salah satu ko mponen penting dalam menentukan keberhasilan dari pembela jaran itu sendiri.

Gu ru dala m proses pembela jaran dihadapkan pada berbagai maca m masalah antara lain, guru harus dapat me milih model, strategi, metode mengajar yang tepat agar siswa dapat menguasai dan me maha mi konsep materi dan keterampilan yang dibutuhkan dalam keh idupan1. Pada dasarnya berbagai model pe mbe laja ran dan strategi belajar yang telah dike mbangkan dan diterapkan oleh guru memiliki tujuan yang hampir sama yaitu diharapkan dapat me motivasi siswa untuk men ingkatkan prestasi belajarnya. Ba ik tida knya model pembela jaran dan strategi yang digunakan oleh siswa dala m belajar ditentukan oleh kreativitas guru dalam menciptakan interaksi antara guru dengan siswa. Karena guru merupakan personal yang menduduki posisi strategis dalam rangka pengembangan sumber daya manusia dan dituntut untuk terus mengikuti perke mbangan konsep-konsep baru dala m pembela jaran.

Sela in itu, diperlukan suatu perangkat pembela jaran baru yang efektif dan dapat mendukung semua a spek dala m kegiatan pembe laja ran. Perangkat pe mbela jaran yang me liputi Rencana Pela ksanaan Pembe laja ran (RPP), Buku Siswa , Le mbar Kerja Siswa (LKS), silabus, modul me rupakan sesuatu yang sangat penting yang harus dibuat serta harus diperhatikan karena perangkat pembela jaran berperan penting untuk kesuksesan proses pembelaja ran. Set iap guru pada satuan

1 Oumar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar (Bandung: Tarsito,


(10)

2

pendidikan berkewa jiban menyusun perangkat pembela jaran secara lengkap dan sistematis agar pembela jaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, me mot ivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, kreativitas dan ke mandirian sesuai dengan bakat, minat dan perke mbangan fisik serta psikologis siswa2. Penyusunan perangkat-perangkat pembela jaran tersebut hendaknya menggunakan model pembela jaran yang efektif. Penggunaan model yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran a kan menjad i kendala dala m mencapai tujuan yang telah diru muskan.

Salah satu model pe mbela jaran yang dinila i efe ktif dapat meningkatkan aktiv itas siswa, ke ma mpuan bekerja sama antar siswa, serta prestasi belajar siswa adalah model pembela jaran kooperatif.

Sebagaimana yang dikutip oleh Sanjaya, bahwa Slavin (1995) telah me laku kan penelitian tentang model pe mbela jaran kooperatif. Slavin menge muka kan bahwa penggunaan pembela jaran kooperatif dapat meningkat kan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan ke ma mpuan hubungan sosial, menu mbuhkan sikap menerima ke kurangan diri sendiri dan orang lain serta dapat meningkatkan harga diri. Sela in itu pembela jaran model ini dapat merea lisasikan kebutuhan siswa dala m belaja r berpikir, me mecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan ketera mpilan3.

Jenis dari model pe mbela jaran kooperatif ini sangat banyak dan salah satunya adalah model pembela jaran kooperatif tipe Course Review Horay. Model pembela jaran kooperatif t ipe Course Review Horay adalah suatu model pembela jaran yang didala mnya terdapat metode pengujian pemaha man menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan ja wabannya, yang paling dulu mendapatkan tanda benar vertikal, horisontal, atau diagonal langsung berteriak horay4. Dala m aplikasinya, model pe mbe laja ran

2

Depdiknas, Standarisasi Sekolah Dasar dan Menengah, 2007

3 Wina Sanjaya, St rategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2006), 240.

4Nur Imran, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay, diakses dari

http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ipa/article/download/444 , pada tanggal 21 Maret 2015.


(11)

3

kooperatif tipe Course Review Horay tidak hanya mengingin kan siswa untuk belajar ketera mp ilan dan isi akademik. Course Review Horay sebagai salah satu proses

learning to k now, learning to do, learning to be and learning to

live together untuk mendorong terciptanya kebermaknaan

belajar bagi siswa5. Learning to k now (belajar untuk tahu), artinya siswa diharapkan dapat me maha mi secara berma kna mengenai fa kta, konsep, teori dan model dala m proses pembela jaran. Learning to do (belajar untuk me la kukan), artinya siswa memiliki ketera mp ilan dan dapat mela ksanakan proses pembela jaran untuk me macu peningkatan perke mbangan intelektualnya. Learning to be (belajar untuk men jadi d iri sendiri/ mengembangkan d iri), art inya siswa dapat menghargai atau me mpunyai apresiasi terhadap nilai -nila i dala m proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan sikap senang belajar, beke rja ke ras, ulet, sabar, disip lin, ju jur, serta me mpunyai mot if berprestasi yang tinggi dan percaya diri.

Learning to live together (belaja r untuk hidup bersama/bekerja

sama), art inya siswa dapat berkomunikasi, bekerja sama , dan belajar menge mukakan pendapat dalam proses pembelajaran.

Course Review Horay juga merupakan salah satu

model pe mbe laja ran kooperatif yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan ke ma mpuan siswa dalam me maha mi konsep secara mudah, berkompetisi secara positif dala m pe mbela jaran dan mengubah suasana pembelaja ran di dala m ke las menjad i lebih menyenangkan, sehingga siswa merasa lebih tertarik dala m bela jar mate matika.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk me la kukan penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat Pe mbel ajaran Mate matika de ngan Model Kooperatif Ti pe Course Review Horay pada Materi Rel asi dan Fungsi.”

5

Agus Suprijono, Cooperative Learning Course Review Horay (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1989), 34.


(12)

4

B. Rumusan Masal ah

Berdasarkan latar bela kang yang sudah diuraikan di atas, disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pengembangan perangkat pembela jaran mate mat ika dengan model kooperatif tipe Course Review

Horay pada materi relasi dan fungsi?

2. Bagaimana keva lidan perangkat pembela jaran mate matika dengan model kooperatif tipe Course Review Horay pada materi relasi dan fungsi?

3. Bagaimana keprakt isan perangkat pembela jaran mate mat ika dengan model kooperatif tipe Course Review

Horay pada materi relasi dan fungsi?

4. Bagaimana kee fekt ifan penerapan pembela jaran mate mat ika dengan model kooperatif tipe Course Review

Horay pada materi relasi dan fungsi?

Keefe ktifan hasil penerapan perangkat pembela jaran mate mat ika dengan model kooperatif tipe Course Review

Horay pada materi re lasi dan fungsi dapat diketahui dari

pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana a ktiv itas siswa selama berlangsungnya pembela jaran dengan model kooperatif tipe Course

Review Horay pada materi relasi dan fungsi?

b. Bagaimana keterla ksanaan sintaks pembela jaran selama berlangsungnya pembela jaran dengan model kooperatif tipe Course Review Horay pada materi relasi dan fungsi?

c. Bagaimana hasil bela jar siswa setelah proses pembela jaran dengan model kooperatif tipe Course

Review Horay pada materi relasi dan fungsi?

d. Bagaimana respon siswa terhadap pembela jaran dengan model kooperatif tipe Course Review Horay


(13)

5

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendeskripsikan proses pengembangan perangkat

pembela jaran mate mat ika dengan model kooperatif t ipe

Course Review Horay pada materi relasi dan fungsi.

2. Untuk mengetahui kevalidan perangkat pe mbela jaran mate mat ika dengan model kooperatif tipe Course Review

Horay pada materi relasi dan fungsi.

3. Untuk mengetahui kepraktisan perangkat pembela jaran mate mat ika dengan model kooperatif tipe Course Review

Horay pada materi re lasi dan fungsi.

4. Untuk mengetahui keefektifan penerapan pembela jaran mate mat ika dengan model kooperatif tipe Course Review

Horay pada materi relasi dan fungsi.

Keefe ktifan penerapan pembelaja ran mate mat ika dengan model kooperatif tipe Course Review Horay pada materi relasi dan fungsi dapat diketahui dari pernyataan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui aktivitas siswa selama

berlangsungnya pembelajaran dengan model kooperatif tipe Course Review Horay pada materi relasi dan fungsi.

b. Untuk mengetahui keterla ksanaan sintaks

pembela jaran sela ma berlangsungnya pembela jaran dengan model kooperatif tipe Course Review Horay

pada materi re lasi dan fungsi.

c. Untuk mengetahui hasil bela jar siswa setelah proses pembela jaran dengan model kooperatif tipe Course

Review Horay pada materi relasi dan fungsi.

d. Untuk mengetahui respon siswa terhadap

pembela jaran dengan model kooperatif tipe Course


(14)

6

D. Manfaat Pe nelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian in i adalah sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

Dapat digunakan sebagai sarana yang dapat me mbantu siswa dala m me maha mi materi, khususnya bagi siswa yang men jadi subjek uji coba, siswa mendapat pengalaman belajar hasil dengan model kooperatif tipe Course Review

Horay.

2. Bagi Guru

Dapat dijadikan alternatif dala m me milih pembe laja ran mate mat ika dengan model kooperatif t ipe Course Review

Horay yang nantinya dapat diterapkan dalam pembe laja ran

di kelas dan dapat dijadikan sebagai referensi atau masukan bagi guru.

3. Bagi Peneliti Lain

a. Dapat me mbe rikan pengetahuan dan pengalaman baru dala m mengembangkan pembe laja ran mate matika dengan model kooperatif tipe Course Review Horay, sehingga dapat diterapkan dala m proses pembela jaran selanjutnya.

b. Dapat me laku kan pengembangan pembela jaran mate mat ika dengan model kooperatif tipe Course

Review Horay pada pokok bahasan yang lain.

4. Bagi Peneliti

Dapat mena mbah wawasan peneliti mengenai

pembela jaran mate matika dengan model kooperatif t ipe


(15)

7

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap makna variabel dala m penelitian, ma ka berikut diberikan defin isi yang terdapat dalam penyusunan penelitian ini:

1. Perangkat pe mbela jaran adalah seju mlah bahan, a lat, med ia, petunjuk dan pedoman yang digunakan oleh guru dala m me laku kan kegiatan pengajaran sehingga siswa dapat belajar.

2. Pengembangan perangkat pembelaja ran adalah suatu proses untuk me mpero leh perangkat pe mbela jaran mate mat ika yang me mungkin kan guru dan siswa me la kukan proses pembelaja ran.

3. Proses pengembangkan perangkat pembela jaran mate mat ika dengan model kooperatif tipe Course Review

Horay adalah proses pembuatan perangkat pembela jaran

mate mat ika yang menggunakan model pengembangan Plo mp yang terdiri da ri t iga fase pengembangan. Ketiga fase tersebut adalah yaitu fase investigasi awal

(Preliminary Investigation), fase pembuatan prototipe

(Prototyping Phase), dan fase penilaian (Assessment

Phase). Adapun perangkat pembelaja ran yang

dike mbangkan me liputi: Rencana Pe laksanaan Pe mbela jaran, Bu ku Siswa, Le mbar Ke rja Siswa dan Soal Kotak Horay.

4. Model pembela jaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kec il yang tingkat kema mpuannya berbeda, setiap siswa anggota kelo mpok harus saling bekerja sa ma dan saling me mbantu untuk me maha mi materi pela jaran.

5. Course Review Horay adalah suatu model pe mbela jaran

kooperatif yang didala mnya terdapat metode pengujian pemaha man menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu mendapatkan tanda benar vertikal, horisontal, atau diagonal langsung berteriak horay.

6. Soal Kotak Horay adalah suatu kotak yang berisi soal yang disusun oleh peneliti dan diberikan kepada siswa uji coba untuk meningkatkan pe mahaman konsep dan motivasi belajar siswa.


(16)

8

7. Perangkat pembela jaran mate matika dengan model kooperatif tipe Course Review Horay dikatakan valid jika me menuhi validitas isi dan validitas konstruk. Adapun validitas isi ditentukan adanya sinkronisasi antara pengembangan perangkat pembelaja ran dengan model pengembangan yang digunakan. Sedangkan validitas konstruk ditentukan dari hasil penelitian perangkat pembela jaran me lalu i pengisian le mbar validasi yang dila kukan oleh para validator.

8. Pe mbela jaran mate mat ika dengan model kooperatif tipe

Course Review Horay dikatakan prakt is jika para ahli

menyatakan dapat digunakan tanpa atau sedikit revisi. 9. Perangkat pembela jaran mate matika dengan model

kooperatif tipe Course Review Horay dikatakan efektif jika pembela jaran dengan menggunakan perangkat yang dike mbangkan mencapai indikator-indikator efektiv itas pembela jaran. Adapun indikator-indikator efektiv itas pembela jaran dala m penelitian ini meliputi:

a. Aktivitas siswa adalah segala kegiatan atau perila ku yang dilaku kan oleh siswa selama pe mbela jaran mate mat ika dengan model kooperatif tipe Course

Review Horay.

b. Keterla ksanaan sintaks pembela jaran adalah langkah-langkah yang dilakukan dala m pe mbela jaran mate mat ika dengan model kooperatif tipe Course

Review Horay.

c. Hasil belaja r adalah ke ma mpuan-ke ma mpuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengala man belajar mate mat ika dengan model kooperatif tipe Course

Review Horay.

d. Respon Siswa adalah tanggapan siswa terhadap pembela jaran mate mat ika dengan model kooperatif tipe Course Review Horay dalam proses pembela jaran yang diukur dengan menggunakan angket.


(17)

9

F. Batasan Pe nelitian

Perangkat pembela jaran yang dike mbangkan dalam penyusunan penelitian ini hanya sebatas pada Rencana Pela ksanaan Pembela jaran (RPP), Bu ku Siswa, Le mba r Kerja Siswa (LKS) dan Soal Kotak Horay pada materi re lasi dan fungsi. Uji coba yang dilaku kan hanya terbatas di satu kelas yaitu di ke las VIII-H SM P Negeri 2 Menganti.

G. Sistematika Pe nelitian

Sistemat ika pe mbahasan dalam penelit ian ini adalah sebagai berikut:

Bab 1: Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelit ian, manfaat penelitian, de fin isi operasional, batasan penelitian dan sistematika penelitian. Bab 2: Ka jian teori berisi tentang definisi pe mbela jaran mate mat ika , model pe mbela jaran kooperatif, Course Review

Horay, perangkat pe mbela jaran dengan model kooperatif t ipe

Course Review Horay, kriteria ke layakan perangkat

pembela jaran, kriteria perangkat pe mbela jaran dengan model kooperatif t ipe Course Review Horay, model pengembangan perangkat pembela jaran, materi pe mbela jaran re lasi dan fungsi. Bab 3: Metode penelitian berisi tentang jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel penelit ian, rancangan penelitian, prosedur penelitian, model pengembangan perangkat pembelajaran, instrumen penelit ian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab 4: Hasil dan pe mbahasan berisi tentang analisis data dan pembahasan.


(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajar an Mate matika

Kata belajar dala m Ka mus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) me mpunyai a rti berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman1. Ha l itu sesuai dengan pendapat Sla meto, yang menyatakan belaja r adalah “suatu proses usaha yang dilaku kan seseorang untuk me mpero leh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dala m interaksinya

dengan lingkungan”2. Abdillah juga berasumsi bahwa “belajar

adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dala m perubahan tingkah laku baik mela lui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, a fekt if dan

psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu”3

. Maka dapat disimpulkan bahwa be laja r adalah usaha sadar individu-individu untuk mengubah tingkah laku yang terjadi secara keseluruhan sebagai hasil bentukan dari lat ihan maupun pengalamannya dengan lingkungan sekitar, dimana perubahan itu bukan hanya berkenaan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk keca kapan, ketera mp ilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, wata k dan penyesuaian diri dengan tujuan menuju perke mbangan pribadi manusia seutuhnya.

Pe mbela jaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan me mpela jari. Pe rbedaan esensial pembela jaran dengan pengajaran adalah pada tindak ajar. Menurut Agus Suprijono: Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belaja r, se mentara pada pembela jaran guru mengaja r dia rtikan sebagai upaya guru mengorganisir

1

Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas, 2007), 17.

2

Slameto Alfabeta, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: PT. Rineka Cipta), 5.

3


(19)

11

lingkungan terjadinya pembela jaran. Guru mengajar dala m perspektif pembela jaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk me mpe la jari. Jadi, subjek pembela jaran adalah peserta didik. Pe mbe laja ran berpusat pada peserta didik. Pe mbe laja ran adalah dialog interakt if. Pe mbela jaran me rupakan proses organik dan konstruktif, bukan me kanis seperti halnya pengajaran4.

Sedangkan dalam hubungannya dengan pembelaja ran matematika Suherman mengemukakan bahwa “pembelajaran mate mat ika adalah suatu upaya me mbantu siswa untuk mengkonstruksi atau me mbangun konsep–konsep atau prinsip– prinsip mate matika dengan kema mpuannya sendiri mela lui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip tersebut terbangun dengan sendirinya”5

.

Berdasarkan pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa pembela jaran mate mat ika merupakan suatu proses ko munikasi fungsional antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa dalam upaya untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi atau me mbangun prinsip dan konsep mate mat ika . Pe mbangunan prinsip dan konsep tersebu t lebih diutama kan dibangun sendiri o leh siswa sedangkan guru hanya sebagai “jembatan” dalam rangka memahami konsep dan prinsip tersebut. Dengan dibangunnya prinsip dan konsep diharapkan siswa mengala mi perubahan sikap dan pola pikirnya sehingga dengan bekal tersebut siswa akan terbiasa menggunakannya dalam menja lani kehidupannya sehari–hari. B. Teori Bel ajar Vyg otsky

Lev Vygostsky adalah seorang sarjana Huku m, ta mat dari Universitas Moskow pada tahun 1917, ke mud ian beliau me lanjutkan studi dala m bidang filsafat, psiko logi, dan sastra pada fakultas Psiko logi Universitas Moskow dan menyelesaikan studinya pada tahun 1925 dengan judul disertasi

“The Psychology of Art”. Dengan latar belakang ilmu yang demikian banyak me mberikan inspirasi pada pengembangan

4

Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM (Surabaya: Pustaka Belajar, 2009), 13.


(20)

12

teknologi pe mbela jaran, bahasa, psikology pendidikan, dan berbagai teori pe mbe laja ran. Vygotsky meninggal pada tahun 1934.

Vygotsky mengatakan bahwa jalan p ikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk me maha mi pikiran seseorang bukan dengan cara mene lusuri apa yang ada di balik otaknya dan pada kedala man jiwanya, me lain kan dari asal-usul tindakan sadarnya, dari interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah hidupnya6. Maka dapat dijabarkan ke mba li bahwa kecerdasan berke mbang

karena orang menghadapi pengalaman baru dan

me mb ingungkan dan karena me reka berusaha menyelesaikan perbedaan yang dimunculkan oleh pengala man -pengala man ini. Dala m pencarian pe maha man tersebut, orang mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal d an me mbangun ma kna baru, na mun disini Vygotsky lebih menekankan aspek sosial pembela jaran. Sesuai dengan pendapat Arends, yang mengatakan: Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain me macu pe mbangunan gagasan baru dan men ingkatkan perke mbangan intelektual pe mbe laja r7.

Berka itan dengan pembela jaran, Vygotsky

menge muka kan e mpat prinsip8 yaitu: 1) ZPD (zone of proximal development)

Perke mbangan ke ma mpuan seseorang dapat dibedakan ke dala m dua tingkat, yaitu tingkat perke mbangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perke mbangan aktual tampak dari ke ma mpuan seseorang untuk menyelesaikan tugas -tugas atau me mecahkan berbagai masalah secara mandiri. In i disebut sebagai kema mpuan intra mental. Sedangkan tingkat perke mbangan potensial ta mpak dari ke ma mpuan seseorang untuk menyelesaikan tugas -tugas dan me mecahkan masalah ket ika di bawah bimb ingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten. Ini disebut sebagai ke ma mpuan

6C.Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), 99. 7

Richard I.Arends, Learning to Teach 2, (Jakarta: Salemba Humanika, 2013), 105.


(21)

13

intermental. Ja rak antara keduanya, yaitu tingkat perke mbangan aktual dan tingkat perkembangan potensial ini d isebut zona perke mbangan proksima l9.

2) Masa Magang Kognitif (cognitif apprenticeship).

Yaitu suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit me mperoleh kecakapan intelektual me lalu i interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewas a, atau teman yang lebih pandai.

3) Pe mbela jaran Termediasi (mediated learning).

Vygostky menekan kan pada scaffolding.

Scaffolding berarti me mberikan sejumlah besar bantuan

kepada seseorang siswa selama tahap-tahap awal pembela jaran ke mudian siswa tersebut mengamb il alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat mela kukannya. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah -masalah ke dala m langkah-langkah pemecahan, me mbe rikan contoh, ataupun yang lain sehingga me mungkinkan siswa tu mbuh mandiri10.

4) Pe mbela jaran sosial (sosial leaning).

Yaitu model pe mbela jaran yang dipandang sesuai adalah pembela jaran kooperatif. Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar me lalu i interaksi be rsama dengan orang dewasa atau teman yang lebih ca kap.

Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari pembela jaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembela jaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif manusia berasal dari interaksi sosial masing -masing indiv idu dalam konteks budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembela jaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas -tugas yang belum dipela jari na mun -tugas --tugas tersebut masih dala m jangkauan ke ma mpuannya atau tugas -tugas itu berada dala m zona of proximal development mere ka11.

9

Asri Budiningsih,. Belajar dan Pembelajaran , (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2004), 101.

10 Ibid, 30

11

Clark, D. 2000. Constructivism. http://www.nwlink.com/~donclark/history/history.html . Download tanggal 15 Maret 2015.


(22)

14

C. Model Pe mbel ajaran Kooper atif

Model pembelaja ran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Model pembela jaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelo mpok kecil yang tingkat ke ma mpuannya berbeda. Dala m menyelesaikan tugas kelo mpoknya, setiap siswa anggota kelo mpok harus saling bekerja sa ma dan saling me mbantu untuk me maha mi materi pelajaran. Dala m mode l pe mbelaja ran kooperatif, bela jar dikatakan belu m selesai jika salah satu teman dala m kelo mpok belum menguasai bahan pelajaran12.

Unsur-unsur dasar dalam model pe mbelaja ran kooperatif, menurut Lungdren, adalah sebagai berikut:

a. Para siswa harus me miliki persepsi bahwa mere ka “tenggelam atau berenang bersama.”

b. Para siswa harus me miliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik la in dala m ke lo mpoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dala m me mpe laja ri materi yang dihadapi.

c. Para siswa harus berpandangan bahwa mere ka semua me miliki tujuan yang sama.

d. Para siswa me mbag i tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelo mpok.

e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelo mpok . f. Para siswa berbagi kepe mimpinan sementara me re ka

me mpe roleh ketera mpilan beke rja sama sela ma bela jar. g. Setiap siswa akan diminta me mpe rtanggungjawabkan

secara individual materi yang ditangani dalam kelo mpok kooperatif.

Menurut Thompson, dala m model pe mbelaja ran kooperatif, siswa belaja r bersama dala m ke lo mpok-kelo mpok kecil yang saling me mbantu satu sama la in. Kelas disusun dala m ke lo mpok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan ke ma mpuan yang heterogen. Maksud kelo mpok heterogen adalah terdiri dari ca mpuran ke ma mpuan siswa, jenis ke la min

12

Mohammad Jauhar, Implem entasi Paikem dari Behaviouristik Sampai Konstruktivistik (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), 52.


(23)

15

dan suku. Hal in i bermanfaat untuk me latih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya13.

Model pembe laja ran kooperatif dia jarkan ketera mpilan-ketera mpilan khusus agar dapat bekerja sa ma dengan baik di dala m kelo mpoknya, seperti men jadi pendengar yang baik, siswa diberi le mbar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Sela ma ke rja kelo mpok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan14.

Tabel 2.1 Sintaks/Fase-Fase Model Pe mbelajar an Kooperatif

Fase Peran Gur u

1. Menya mpaikan tujuan dan me motivasi siswa

Menyampaikan se mua tujuan pelaja ran yang ingin dicapai dala m pe mbela jaran tersebut dan me motivasi siswa bela jar 2. Menyajikan informasi Menyajikan informasi kepada siswa

dengan jalan cara de monstrasi atau lewat bahan bacaan

3. Mengorganisasi siswa ke dala m kelo mpok-ke lo mpok belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara me mbentuk kelo mpok belaja r dan me mbantu setiap kelo mpok agar me la kukan transisi secara efisien 4. Me mb imb ing ke lo mpok

bekerja dan belajar

Memb imbing kelo mpok dala m bela jar, yaitu pada saat mere ka mengerjakan tugas

5. Eva luasi Mengevaluasi hasil bela jar tentang materi yang telah dipelajari ke lo mpok atau masing-masing kelo mpok

13

Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Surabaya: Pustaka Belajar, 2009), 24.

14

Rusman, Model-Model Pembelajaran; Mengembangkan Pembelajaran Kooperatif ( Jakarta : PT.Raja Grafindo , 2012 ), 180.


(24)

16

me mp resentasikan hasil kerjanya 6. Me mbe rikan

penghargaaan

Memberi penghargaan kepada individu ataupun kelo mpok yang mendapatkan hasil yang baik. M isalnya me mberi hadiah

Tujuan Model Pe mbelajar an Kooperatif

Tujuan model pe mbela jaran kooperatif berbeda dengan kelompok trad isional yang menerapkan sistem ko mpetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain15. Sedangkan, menurut Slavin, tujuan dari model pe mbela jaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan ke lo mpoknya.

Model pembelaja ran kooperatif dike mbangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan pembelaja ran penting yang dirangku m o leh Ibrahim, ya itu:

a. Hasil be laja r a kade mik

Dala m bela jar kooperatif meskipun menca kup beragam tujuan sosial, juga me mperba iki prestasi siswa atau tugas -tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model in i unggul dala m me mbantu siswa me maha mi konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa mode l struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nila i siswa pada belajar a kade mik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, model pe mbelaja ran kooperatif dapat me mberi keuntungan baik pada siswa

15 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Surabaya:


(25)

17

kelo mpok bawah maupun kelo mpok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas -tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pe mbela jaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, ke ma mpuan dan ketidakma mpuannya. Model pembela jaran kooperatif me mbe ri peluang bagi siswa dari berbagai latar be lakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan mela lui struktur penghargaan kooperatif a kan bela jar saling menghargai satu sama la in. c. Pengembangan ketera mpilan sosial

Tujuan penting ketiga model pe mbe laja ran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa ketera mpilan beke rja sama dan kolaborasi. Ketera mpilan-ketera mp ilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang me miliki ketera mpilan sosial.

Ele men-Ele men Model Pe mbelajar an Kooperatif

Model pembe laja ran yang dila ksanakan secara berkelo mpok belu m tentu mencerminkan model pe mbelaja ran kooperatif. Secara teknis me mang ta mpak proses belajar bersama, namun terkadang hanya merupakan belajar yang dila kukan secara bersama dala m waktu yang sama, namun tidak mencerminkan ke rja sa ma antar anggota kelompok16. Untuk itu, menurut Johnson dan Smith dan Anita Lie, agar benar-benar mencerminkan pe mbela jaran kooperatif, ma ka perlu diperhatikan ele men-ele men pe mbela jaran kooperatif sebagai berikut17:

a. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan ke lo mpok ke rja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus

16

Mohammad Jauhar, Implementasi Paikem dari ehaviouristik Sampai Konstruktivistik (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), 60.

17


(26)

18

menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tu juan me reka .

b. Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembela jaran Cooperative Lea rning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk me laku kan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelo mpok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Pengajar yang efektif dala m model Cooperative Learning

me mbuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelo mpok harus me la ksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tug as selanjutnya dalam kelo mpok bisa dilaksanakan.

c. Tatap muka

Setiap kelo mpok harus diberikan kese mpatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini a kan me mbe rikan para pebelajar untuk me mbentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pe mikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari salah satu kepala saja. Leb ih jauh lagi, hasil kerja sa ma ini jauh lebih besar daripada ju mlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinerg i in i adalah menghargai perbedaan, me manfaatkan ke lebihan dan mengisi keku rangan masing -masing. Set iap anggota kelo mpok me mpunyai latar belakang pengalaman, ke luarga dan sosial-e konomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Pe rbedaan ini a kan men jadi modal uta ma dala m proses saling me mperkaya antar anggota kelompok. Sinerg i tidak dapat didapatkan begitu saja dalam sekejap, tetapi merupakan proses kelo mpok yang cukup panjang. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama la in dala m kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.

d. Ko munikasi antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pebela jar d ibeka li dengan berbagai keteramp ilan berkomunikasi. Sebelu m menugaskan siswa dalam kelo mpok, pengajar perlu mengaja rkan cara -cara berko munikasi. Tida k setiap siswa


(27)

19

me mpunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelo mpok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan ke ma mpuan me reka untuk mengutarakan pendapat me reka .

e. Evaluasi

Pengajar perlu menjadwa lkan wa ktu khusus bagi kelo mpok untuk mengevaluasi proses kerja ke lo mpok dan hasil ke rja sama mere ka agar selanjutnya bisa bekerja sa ma dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelo mpok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pebelajar terlibat dala m kegiatan pe mbelaja ran

Cooperative Learning.

Perbe daan Model Pembelajar an Kooper atif de ngan Model Pembelajar an Tr adisional

Dala m mode l pe mbelaja ran tradisional juga dikenal belajar ke lo mpok. Meskipun de mikian, ada seju mlah perbedaan prinsipil antara ke lo mpok belaja r kooperatif dengan kelompok belajar tradisional. Abdurrahman mengemuka kan beberapa perbedaan antara kelo mpok be laja r kooperatif dengan kelo mpok bela jar trad isional sebagai berikut18:

Tabel 2.2 Per be daan Model Pe mbelajar an Kooperatif dengan Model Pe mbel ajaran Tradisional

Kel ompok Belajar

Kooper atif Kel ompok Belajar Tr adisional Adanya saling ketergantungan

positif, saling me mbantu, dan saling me mberikan mot ivasi, sehingga ada interaksi pro motif

Gu ru sering me mb iarkan adanya siswa yang mendominasi

kelo mpok/ menggantungkan diri pada

18

Abdurrahman , Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Tradisional (Jakarta: Grafindo Persada, 2008), 11.


(28)

20

kelo mpok Adanya akuntabilitas

individual

yang mengukur penguasaan materi pe laja ran tiap anggota kelo mpok dan ke lo mpok diberi u mpan ba lik tentang hasil bela jar para anggotanya sehingga dapat saling

mengetahui siapa yang me merlukan bantuan dan siapa yang dapat me mberikan bantuan

Akuntabilitas indiv idual sering diabaikan sehingga tugas -tugas sering diborong oleh salah satu seorang anggota kelo mpok, sedangkan anggota kelompok lainnya “ enak -enak saja” diatas keberhasilan temannya yang dianggap “pemborong”

Kelo mpok bela jar heterogen, baik da la m ke ma mpuan akademik, jen is kela min, ras, etnik, dan sebagainya, sehingga dapat saling mengetahui siapa yang me merlukan bantuan dan siapa yang dapat me mbe rikan bantuan

Kelo mpok bela jar b iasanya homogen

Ketua kelo mpo k dip ilih secara demokratis

Ketua kelo mpo k sering ditentukan oleh guru/kelo mpok d ibiarkan me milih ketuanya dengan cara masing-masing

Ketera mpilan sosial yang diperlukan dala m kinerja gotong

royong seperti kepe mimp inan, ke ma mpuan berko munikasi, me mpe rcayai orang la in, dan

Ketera mpilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan


(29)

21

mengelo la konflik secara langsung diajarkan

Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus me la kukan pe mantauan me la lui observasi dan me la kukan intervensi jika terjadi

masalah da la m ke rjasa ma antar

anggoa kelompok

Pe mantauan me lalu i observasi dan intervensi sering tidak dila kukan o leh guru pada saat belajar ke lo mpok sedang berlangsung

Gu ru me merhatikan secara langsung proses kelo mpok yang

terjadi dala m kelo mpok-kelo mpok bela jar

Gu ru sering t idak me mperhatikan proses kelo mpok yang terjadi dala m kelo mpok-ke lo mpok be laja r

Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga

hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai)

Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas


(30)

22

D. Course Review Horay

1. Pengertian CourseReview Horay

Course Review Horay adalah suatu model

pembela jaran kooperatif yang didala mnya terdapat metode pengujian pemaha man menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan ja wabannya, yang paling dulu mendapatkan tanda benar vertika l, horisontal atau diagonal langsung berteriak horay19. Menurut Anggara,

Course Review Horay merupakan salah satu model

pembela jaran kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara pengelompokan siswa ke dala m ke lo mpok-kelo mpok kecil serta Course Review Horay menjad i salah satu alternatif pembe laja ran yang mengarah pada pemaha man konsep20.

Menurut Widodo, bahwa “Course Review Horay

me rupakan salah satu tipe model kooperatif yang dapat menc iptakan suasana kelas men jadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteria k horay”21. Dengan suasana pembela jaran yang menyenangkan siswa akan tertarik untuk be laja r sehingga akan berdampa k pada peningkatan hasil belaja r siswa. Sedangkan menurut Faolina, bahwa Course Review Horay me rupakan suatu model pe mbela jaran kooperatif yang dapat digunakan guru agar dapat tercipta suasana pembela jaran di dala m ke las yang lebih menyenangkan22.

Dala m aplikasinya, model pe mbe laja ran kooperatif

tipe Course Review Horay tidak hanya menginginkan

siswa untuk belaja r ketera mp ilan dan isi akade mik, na mun juga beberapa aspek kehidupan. Pe mbe laja ran dengan

19

Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Surabaya: Pustaka Belajar, 2009), 112.

20

E.D.Anggara, Pengaruh Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Model Kooperatif Tipe Course Review Horay terhadap Peningkatan Pemahaman Relasional Siswa (Bandung: FMIPA Bandung, 2010), 16.

21

Widodo, Model Kooperatif Tipe Course Review Horay, diakses dari http://wywld.wordpress.com pada tanggal 24 Maret 2015.

22

Faolina, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay, diakses dari http://gitafaolina.blogspot.com pada tanggal 26 Maret 2015.


(31)

23

model kooperatif t ipe Course Review Horay juga me latih siswa untuk mencapai tujuan-tujuan sosial yang pada akhirnya dapat me mpengaruhi prestasi akademik siswa.

Menurut Sardiman, Course Review Horay dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif yang melahirkan sifat ketergantungan positif antar sesama siswa, penerimaan terhadap individu, dan mengembangkan ketera mpilan beke rja sa ma antar kelo mpo k. Pada akhirnya setiap siswa dalam ke las dapat me mpero leh hasil belajar yang maksima l dengan motivasi yang disertai pe mahaman konsep matemat ika23.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembe lajaran kooperatif t ipe Course Review Horay merupakan suatu model pe mbela jaran menggunakan permainan dengan berkelo mpok, dimana siswa dapat meluapkan ekspresi kege mbiraannya dala m menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Ha l ini dapat me micu siswa la in untuk berusaha lebih keras dalam mengerjakan soal sehingga mere ka dapat me rasakan kepuasan yang sama.

2. Langkah-langkah model kooperatif tipe Course Review

Horay24 adalah sebagai berikut:

a.

Gu ru menya mpaikan ko mpetensi yang ingin dicapai

b.

Gu ru menyajikan atau mende monstrasikan materi

c.

Memberikan kese mpatan siswa tanya jawab

d.

Gu ru me mbagi siswa dala m ke lo mpok-ke lo mpok

e.

Untuk menguji pemaha man, guru me mb imb ing siswa

me mbuat kotak 9/ 16/ 25 agar mudah me mbentuk garis horisontal, vertikal atau diagonal. Contoh kotak yang dibuat 9 buah kotak bujur sangkar seperti di bawah ini:

23

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Grafindo Persada, 2001), 17.

24

Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Surabaya: Pustaka Belajar, 2009), 129.


(32)

24

Gambar 2.1 Contoh Nomor Soal dalam Kotak Horay

f.

Gu ru me mbaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dala m kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, jika benar diisi tanda benar ( ) dan salah diisi tanda silang ( )

g.

Siswa yang sudah mendapat tanda vertika l atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay

h.

Nila i siswa dihitung dari ja waban yang benar jumlah

horay yang diperoleh

i.

Gu ru me mberikan re ward pada siswa yang me mpe roleh nilai t inggi atau yang banyak me mpe roleh horay

j.

Penutup

Dari langkah-langkah tersebut, guru me la kukan perubahan dalam beberapa langkah di atas yaitu dengan pendekatan konstruktivis. Ada suatu perbedaan yang sangat berarti pe mbelaja ran mate mat ika dengan paradigma konstruktivis dan pembela jaran tradisional, dida la m pe mbelaja ran konstruktivis peranan guru bukan pemberi jawaban atas pertanyaan siswa me la inkan hanya mengarahkan me reka untuk me mbentuk pengetahuan matematika, sedangkan paradigma tradisional guru mendominasi pembela jaran25.

25

Mathematics Education, A collection of notes, reading and worksheets to be used in Mathematics Education 2. School Of Scientific And Developmental Studies (Deakin University: Burwood Campus, 1996).

1 2 3

4 5 6


(33)

25

Sebagian besar langkah-langkah Course

Review Horay akan d imodifikasi sedemikian rupa agar

men jadi langkah-langkah yang diinginkan oleh guru yaitu seluruh kegiatan berpusat pada siswa. Langkah pada kegiatan pembela jaran ya itu, guru tidak lagi menya mpaikan dengan jelas materi yang akan dipelaja ri na mun siswa akan aktif berdiskusi dengan Le mbar Ke rja Siswa (LKS)yang diberikan oleh guru. Hal in i d ila kukan untuk me mpe rkuat model pembela jaran agar sesuai dengan karakteristik siswa dan kondisi belaja r siswa. Langkah selanjutnya pada kotak horay, seperti ga mbar di bawah ini:

Gambar 2.2 Kotak Horay

Masing-masing kotak horay tersebut berisikan soal yang akan dimu lai dari pusat kotak yaitu nomor 5. Guru me mbaca kan soal nomor 5, beberapa waktu kemudian perwakilan kelo mpok berebut dengan mengangkat tongkat simbol yang telah dipersiapkan oleh guru. Ke lo mpok yang paling cepat akan ditunjuk o leh guru langsung menyampaikan hasilnya dan langsung didiskusikan, jika benar maka perwakilan kelo mpok menggambarkan simbol kelo mpok pada kotak horay. Kelompok yang dapat me mbentuk 3 simbol yang sama serta segaris maka akan berteria k horay.

1 2 3

4 5 6


(34)

26

3. Keleb ihan dan Kekurangan Model Kooperatif Tipe Course Review Horay

Keleb ihan Model Kooperatif Tipe Course Review Horay

yaitu:

a. Pe mbela jaran yang menarik dan mendorong siswa untuk ikut berpartisipasi a ktif di da la mnya

b. Pe mbela jaran tida k monoton karena diselingi dengan perma inan dan hiburan, sehingga siswa tidak merasa bosan atau jenuh terhadap pembelajaran

c. Adanya ko munikasi dua arah, a rtinya siswa dengan guru ma mpu berko munikasi dengan baik, dapat me latih siswa agar dapat berbicara secara krit is, kreatif dan inofatif. Sehingga tidak menutup ke mungkinan bahwa semakin banyak terjadi intera ksi diantara guru dan siswa.

d. Siswa leb ih semangat belajar karena suasana belajar lebih menyenangkan

Kekurangan Model Kooperatif Tipe Course Review Horay

yaitu:

a. Siswa akt if dan siswa yang tidak aktif nilainya disamakan, art inya guru hanya akan menila i kelo mpok yang banyak mengatakan horay. Oleh karena itu, nilai yang diberikan guru dala m satu kelo mpok tersebut sama tanpa bisa me mbedakan mana siswa yang aktif dan yang tidak aktif.

b. Adanya peluang untuk berla ku curang, artinya guru tidak akan dapat mengontrol siswanya dengan baik apakah ia menyontek ataupun tidak. Guru a kan me mpe rhatikan per-ke lo mpok yang men jawab horay, sehingga peluang adanya kecurangan sangat besar. Adapun cara untuk mengatasi kekurangan model kooperatif t ipe Course Review Horay, yaitu:

a. Di a wal perte muan, guru perlu menyampa ikan dengan tegas, mengenai tata aturan dalam mengucapkan


(35)

27

suasana yang tidak kondusif, apabila siswa me langgar, ma ka akan diberikan pengurangan terhadap skor/nilai yang telah diperoleh ke lo mpoknya.

b. Di akh ir pe mbela jaran, guru me mberikan evaluasi untuk masing-masing siswa, sehingga dapat diketahui tingkat pemaha man mate ri dari masing-masing siswa. c. Di akh ir pe mbelaja ran, guru perlu me laku kan

pemeriksaan kemba li terhadap jawaban kelo mpok yang telah disediakan dan apabila terdapat kecurangan, maka perlu d iberikan sanksi berupa pengurangan skor terhadap nila i yang telah diperoleh, sehingga siswa tidak akan berani untuk mengulangi perbuatannya.

E. Perangkat Pe mbel ajaran de ngan Model Kooperatif Ti pe

Course Review Horay

Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sebuah sistem akan terwujud bila semua unsur dala m s istem tersebut dapat berjalan dengan baik seiring dan seira ma menuju tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan banyak ditentukan oleh kegiatan pembela jaran yang ditangani oleh guru. Dala m menunjang pencapaian keberhas ilan kegiatan pembe laja ran, perangkat pembela jaran harus dimiliki o leh seorang guru. Untuk itu setiap guru dituntut untuk menyiapkan dan merencanakan dengan sebaik-baiknya dala m rangka mencapai keberhasilan kegiatan pembela jaran secara optima l26.

Perangkat pembe laja ran adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembela jaran agar dapat berja lan lancar, e fekt if dan efisien27. Perangkat pembela jaran tersebut dapat berupa Rencana Pela ksanaan Pembela jaran (RPP), Buku Gu ru, Buku Siswa, LKS, media , alat evaluasi dan lain sebagainya28. Pada

26

Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Penddikan (Yogyakarta : Pustaka Siswa, 2007), 182.

27

Ibid, 22.

28 Umi Muti’ana,.

Pengembangan Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah dengan Permainan untuk Melatih Berpikir Kreatif Siswa dalam Pem ecahan dan Pengajuan


(36)

28

penelitian ini, perangkat pembelajaran yang dikembangkan dibatasi pada Rencana Pelaksanaan Pembe lajaran (RPP), Bu ku Siswa, Le mbar Kerja Siswa (LKS) dan Soal Kotak Horay. F. Kriteri a Kel ayakan Per angkat Pe mbelajar an

Untuk mengetahui kelayakan perangkat pembelaja ran dengan model kooperatif t ipe Course Review Horay harus me menuhi aspek-aspek validitas (validity), keprakt isan

(practicaly) dan keefektifan (effectiveness), ketiga aspek

tersebut antara lain:

1. Vali ditas Perangkat Pe mbelajar an

Perangkat pembe lajaran sebelum d igunakan dalam penelitian hendaknya perangkat pembelaja ran tersebut telah mempunyai status “valid”. Menurut Dalyana bahwa idealnya seorang pengembangan perangkat pembelaja ran perlu mela kukan pe meriksaan ulang kepada para ahli (validator), khususnya mengenai; (a) Ketepatan isi; (b) Materi pembe laja ran; (c) Kesesuaian dengan tujuan pembela jaran; (d) Desain fisik, dan la in -la in. Dengan demikian suatu perangkat pembelaja ran dikatakan valid (baik/ layak), apabila telah din ila i baik oleh para ahli (validator)29.

Sebagai pedoman penilaian para validator terhadap perangkat pembelajaran mencakup kesesuaian dengan tingkat berpikir siswa, kesesuaian dengan prinsip utama, kara kteristik dan langkah-langkah strategi ini mengacu pada indikator yang mencakup format, bahasa, ilustrasi dan isi yang disesuaikan dengan pemikiran siswa. Untuk setiap indikator tersebut dibagi lag i ke da la m sub -sub indikator sebagai berikut30: Pe rta ma, Indikator format Perangkat Pe mbela jaran, terdiri atas: (1) Keje lasan pembagian materi; (2) Penomoran; (3) Ke menarikan; (4) Keseimbangan antara teks dan ilustrasi; (5) Jenis dan

Masalah pada Materi Kubus dan Balok Kelas VIII SMP YPM 2 Panjunan-Sukodono (skripsi IAIN tidak dipublikasikan, 2012), 45.

29

Dalyana, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Realistik pada Pokok Bahasan Perbandingan di Kelas II SLTP, Tesis (Surabaya: Program Pasca Sarjana UNESA, 2004), 71 t.d

30


(37)

29

ukuran huruf; (6) Pengaturan ruang; (7) Kesesuaian ukuran fisik dengan siswa. Kedua, Indikator bahasa, terdiri atas: (1) Kebenaran tata bahasa; (2) Kesesuaian kalimat dengan tingkat perke mbangan berpikir dan ke ma mpuan me mbaca siswa; (3) Arahan untuk me mbaca sumber lain; (4) Keje lasan definisi tiap terminologi; (5) Kesederhanaan struktur kalimat; (6) Keje lasan petunjuk dan arahan. Ketiga, Indikator tentang ilustrasi, terdiri atas: (1) Dukungan ilustrasi untuk me mperje las konsep; (2) Keterka itan langsung dengan konsep yang dibahas; (3) Keje lasan; (4) Mudah untuk dipahami; (5) Ketida kbiasan atas gender. Kee mpat, Indikator isi, terdiri atas; (1) Kebenaran Isi; (2) Bag ian-bagiannya tersusun secara logis; (3) Kesesuaian dengan KTSP; (4) Me muat semua informasi penting yang terkait; (5) Hubungan dengan materi sebelu mnya; (6) Kesesuaian dengan pola pikir siswa; (7) Me muat latihan yang berhubungan dengan konsep yang ditemukan; (8) Tida k terfo kus pada stereotip tertentu (etnis, jenis kela min, agama , dan ke las sosial).

Sedangkan indikator kesesuaian perangkat pembela jaran yang disusun dengan prinsip utama, kara kteristik dan langkah-langkah strategi yang digunakan sebagaimana te lah dike muka kan sebelumnya.

Selanjutnya dengan mengacu pada indikator di atas dan dengan me mperhatikan indikator-indikator pada le mbar validasi yang telah dike mbangkan oleh para pengembang sebelumnya, ditentukan indikator-indikator dari masing-masing perangkat pembela jaran, yang akan dijelaskan pada poin selanjutnya. Dala m penelitan ini, perangkat dikatakan valid jika interval skor pada rata-rata nilai yang diberikan para ahli berada pada kategori "sangat valid" atau "valid". Apabila terdapat skor yang kurang baik atau tidak baik, a kan digunakan sebagai masukan untuk merev isi atau menye mpurnakan perangkat pembela jaran yang dike mbangkan.

2. Ke praktisan Perangkat Pe mbelajar an

Keprakt isan perangkat pembela jaran yang dike mbangkan didasarkan pada penilaian para ahli (validator) dengan cara mengisi lembar validasi masing


(38)

30

masing perangkat pembela jaran. Pen ila ian tersebut me menuhi beberapa aspek yaitu; (1) dapat digunakan tanpa revisi, (2) dapat digunakan dengan sedikit revisi, (3) dapat digunakan dengan banyak revisi, (4) t idak dapat digunakan.

Dala m pe mbe lajaran in i, perangkat pembela jaran dikatakan prakt is jika validator menyatakan bahwa perangkat pembelaja ran yang sedang dike mbangkan dapat digunakan dengan sedikit atau tanpa revisi.

3. Efekti vi tas Per angkat Pe mbelajar an

Efekt ivitas perangkat pembela jaran adalah seberapa besar pembelaja ran dengan menggunakan perangkat yang dikembangkan mencapai indikator-indikator e fekt ivitas pembela jaran. Slav in (dala m Ike Agustinus) menyatakan bahwa terdapat empat indikator dala m menentukan keefe ktifan pe mbela jaran, ya itu31: (a ) Kualitas Pembela jaran, art inya banyaknya informasi atau ketera mpilan yang disajikan sehingga siswa dapat me mpe la jarinya dengan mudah; (b) Kesesuaia n Tingkat Pe mbela jaran, artinya sejauh mana guru me mastikan kesiapan siswa untuk me mpe laja ri mate ri baru;(c) Insentif, artinya seberapa besar usaha guru memotivasi siswa mengerjakan tugas belajar dari materi pelaja ran yang disampaikan. Se makin besar motivasi yang diberikan guru kepada siswa maka keaktifan semakin besar pula, dengan demikian pembela jaran sema kin efe ktif; (d) Waktu, artinya la manya waktu yang diberikan kepada siswa untuk me mpe la jari materi yang diberikan. Pe mbe laja ran akan efektif jika siswa dapat menyelesaikan pe mbelaja ran sesuai waktu yang diberikan. Pe mbe laja ran akan efektif jika siswa dapat menyelesaikan pembelaja ran sesuai waktu yang diberikan. Selanjutnya Ke mp (dala m Da lyana) menge muka kan bahwa untuk mengukur efektiv itas hasil pembela jaran dapat dilaku kan dengan menghitung seberapa banyak siswa yang telah mencapai tujuan

31

Ike Agustinus P, Efektivitas Pembelajaran Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Induktif dengan Pendekatan Beach Ball pada Materi Jajargenjang di SMPN 1


(39)

31

pembela jaran dala m waktu yang telah ditentukan. Pencapaian tujuan pembelaja ran tersebut dapat terlihat dari hasil tes hasil belaja r siswa, sikap dan rea ksi (respon) siswa terhadap program pe mbela jaran32.

Dala m penelit ian ini, penelit i mendefin isikan efektiv itas pembelaja ran didasarkan pada empat indikator, yaitu segala aktivitas yang dilaku kan oleh siswa, keterla ksanaan sintaks pembela jaran, respon siswa terhadap pembelajaran dan hasil be laja r siswa. Masing-masing indikator tersebut diulas lebih detail sebagai berikut : Pe rta ma, Akt ivitas siswa, Menurut Chaplin aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan organisme secara mental atau fisik33. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilaku kan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perila ku yang terjadi sela ma proses belajar mengajar. Kegiat an-keg iatan yang dima ksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas -tugas, menja wab pertanyaan guru dan bekerjasa ma dengan siswa lain. Aktiv itas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan ketera mpilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

Pada penelitian in i, a ktiv itas siswa didefinisikan sebagai segala kegiatan atau perila ku yang dilakukan oleh siswa selama pe mbe laja ran dengan model pe mbela jaran kooperatif tipe Course Review Horay. Adapun aktivitas siswa yang diamati adalah : (1) Mendengarkan dan me mpe rhatikan penjelasan guru; (2) Membaca dan me maha mi masalah kontekstual di LKS; (3) Menyelesaikan masalah/mene mukan jawaban dari masalah di LKS dengan pedoman Buku Siswa; (4) Berd iskusi, bertanya, menya mpaikan pendapat/ide kepada teman/guru; (5) Be rdiskusi, bertanya, menyampa ikan

32

Dalyana, 74.

33


(40)

32

pendapat/ide kepada teman/guru; (6) Menarik kesimpulan suatu prosedur/konsep; (7) Perilaku yang tidak re levan dengan pembela jaran (perca kapan yang tidak re levan dengan materi yang sedang dibahas, mengganggu teman dala m kelo mpok, me la mun dan la in-lain) .

Kedua, Keterla ksanaan Sintaks Pe mbela jaran. Pe mbela jaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehin gga terjadi perubahan perila ku ke arah yang lebih baik. Da la m interaksi tersebut banyak sekali faktor yang me mpengaruhinya, baik fa ktor internal yang datang dari dala m indiv idu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Pe mbentukan ko mpetensi merupakan kegiatan inti dari pela ksanaan proses pembela jaran, yakn i bagaimana ko mpetensi dibentuk pada siswa, dan bagaimana tujuan-tujuan pembe laja ran direa lisasikan34. Oleh ka rena itu, keterla ksanaan langkah-langkah pembela jaran yang telah direncanakan dalam RPP men jadi penting untuk dila kukan secara maksimal, untuk me mbuat siswa terlibat aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya dan proses pembentukan kompetensi men jadi efektif.

Ketiga, Hasil Be laja r. Hasil belaja r adalah ke ma mpuan-ke ma mpuan yang dimiliki s iswa setelah menerima pengala man bela jarnya, dimana siswa me mpe roleh hasil dari suatu interaksi tindakan belajar. Dala m le mbaga penddikan sekolah, hasil belaja r diku mpulkan dala m bentuk rapor, ijazah dan atau la innya. Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan guru dalam me laku kan penila ian hasil bela jar, yaitu35: (1) Penila ian Acuan Norma (Norm-Re ferenced Assesment), adalah penilaian yang me mbandingkan hasil bela jar siswa terhadap hasil bela jar siswa la in di ke lo mpoknya.; (2) Penila ian Acuan Patokan (Criterion-Referenced

Assesment), adalah penilaian yang me mbandingkan hasil

34

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 255-256.

35

Ign Masidjo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisisus, 1995), 160.


(41)

33

belajar siswa dengan suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya, suatu hasil yang harus dicapai oleh siswa yang dituntut oleh guru.

Penila ian hasil bela jar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP) dimana siswa harus mencapai standar ketuntasan minimal. Standar ketuntasan min ima l tersebut telah ditetapkan oleh guru dengan memperhatikan prestasi siswa yang dianggap berhasil. Siswa dikatakan tuntas apab ila hasil belaja r siswa telah mencapai skor tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya dan siswa tersebut dapat dikatakan telah mencapai ko mpetensi yang telah ditetapkan.

Kee mpat, Respon Siswa. Respon adalah reaksi atau tanggapan yang timbul a kibat adanya rangsangan yang terdapat dalam lingkungan sekitar. Seh ingga respon siswa adalah reaksi atau tanggapan yang ditunjukkan siswa dala m proses belajar. Bimo menje laskan bahwa salah satu cara untuk mengetahui respon seseorang terhadap sesuatu adalah dengan menggunakan angket, karena angket berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden untuk mengetahui fakta-fakta atau opini-opini36.

Dala m penelit ian ini, penelit i menggunakan angket untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran mate mat ika dengan model pembela jaran kooperatif tipe

Course Review Horay, dengan aspek-aspek sebagai

berikut: (1) Ketertarikan terhadap komponen; (2) Keje lasan terhadap komponen; (3) Minat terhadap pembela jaran dengan model pembela jaran kooperatif tipe

Course Review Horay, (4) Pendapat positif tentang Buku

Siswa dan LKS.

Dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan efektiv itas perangkat pembelajaran d iperlu kan e mpat indikator, yakn i aktiv itas siswa, keterla ksanaan sintaks pembela jaran, hasil bela jar sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ) dan respon siswa.


(42)

34

G. Kriteri a Per angkat Pe mbel ajaran de ngan Model Kooper atif Ti pe Course Review Horay

1. Renc ana Pelaksanaan Pe mbelajar an (RPP)

Rencana Pela ksanaan Pembe laja ran (RPP) adalah suatu rencana yang berisi langkah-langkah kegiatan guru dan siswa yang disusun secara sistematis untuk digunakan sebagai pedoman guru dalam me laksanakan kegiatan pembela jaran d i ke las. Rencana pelaksanaan pembelaja ran pada hakikatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk me mperkira kan apa yang akan d ilakukan dala m pembela jaran. RPP perlu dike mbangkan untuk mengkoordinasikan ko mponen pembelaja ran yakni, ko mpentisi dasar, standar kompetensi, indikator hasil belajar dan penila ian. Ko mpetensi dasar berfungsi menge mbangkan potensi siswa, materi standar be rfungsi me mbe ri ma kna terhadap kompetensi dasar, indikator hasil pembela jaran berfungsi menunjukkan keberhasilan pembentukan ko mpetensi siswa, sedangkan penilaian berfungsi mengukur pe mbentukan kompetensi dan menentukan tindakan yang harus dilaku kan apabila standar ko mpetensi belum tercapai.

RPP me miliki beberapa aspek antara lain: ketercapaian indikator, langkah-langkah pe mbela jaran, waktu, perangkat pe mbela jaran, metode sajian dan bahasa.

Beberapa aspek validasi perangkat pe mbela jaran tentang RPP pada penelitian ini adalah : (a) Ketercapaian indikator. Ko mponen-ko mponen ketercapaian indikator dala m menyusun RPP me liputi: (1) Menuliskan ko mpetensi dasar (KD); (2) Ketepatan penjabaran dari ko mpetensi dasar ke indikator; (3) Ke je lasan rumusan indikator; (4) Operasional ru musan indikator, (b) Langkah-langkah Pe mbe laja ran. Ko mponen-ko mponen langkah-langkah pembe laja ran yang disajikan dala m menyusun RPP me liputi: (1) Pe mbela jaran dengan model kooperatif t ipe Course Review Horay sesuai untuk materi relasi dan fungsi; (2) Langkah-langkah pe mbela jaran dengan model kooperatif tipe Course Review Horay

ditulis dala m RPP; (3) Langkah-langkah pembela jaran me muat urutan kegiatan pe mbelaja ran yang logis; (4)


(43)

35

Langkah-langkah pembela jaran me muat dengan jelas peran guru dan peran siswa; (5) Langkah-langkah pembela jaran dapat dilaksanakan oleh guru, (c) Waktu. Ko mponen-komponen waktu yang disajikan dala m menyusun RPP me liputi: (1) Pe mbagian waktu setiap kegiatan/langkah dinyatakan dengan jelas; (2) Kesesuaian waktu disetiap langkah/kegiatan, (d) Perangkat Pe mbela jaran. Ko mponen-ko mponen perangkat pembela jaran yang disajikan dala m menyusun RPP me liputi: (1) Buku Siswa menunjang ketercapaian indikator; (2) Le mba r Kerja Siswa (LKS) menunjang ketercapaian indikator; (3) Buku Siswa dan Le mbar Kerja Siswa (LKS) diskenariokan penggunaannya dalam RPP , (e) Metode Sajian. Ko mponen-komponen metode sajian dala m menyusun RPP me liputi: (1) Sebe lu m menyajikan konsep baru, sajian dika itkan dengan konsep yang telah dimiliki siswa dan mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari; (2) Me mberikan kesempatan bertanya kepada siswa; (3) Me mberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi; (4) Me mberikan kesempatan siswa untuk men jelaskan kepada ke lo mpok lainnya; (5) Guru mengecek pe maha man siswa; (6) Mela kukan re fle ksi dengan mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan, (f) Bahasa. Ko mponen-komponen bahasa dalam menyusun RPP me liputi: (1)Menggunakan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar; (2)Ketepatan struktur kalimat. 2. Buku Siswa

Buku siswa adalah suatu buku (teks) yang berisi materi pe laja ran berupa konsep-konsep atau pengertianpengertian yang akan dikonstruksi siswa mela lui masalah -masalah yang ada di dalamnya yang disusun berdasarkan model pe mbela jaran kooperatif tipe Course Review

Horay. Buku siswa dapat digunakan siswa sebagai sarana

penunjang untuk kelancaran kegiatan bela jarnya di ke las maupun di rumah. Oleh karena itu, buku siswa diupayakan dapat me mberi ke mudahan bagi guru dan siswa dala m menge mbangkan konsep-konsep dan gagasan-gagasan matemat ika khususnya pada pokok bahasan relasi dan fungsi.


(44)

36

Buku Siswa me miliki beberapa aspek antara la in: cakupan materi, akurasi materi, merangsang keingintahuan (curiosity). operasional tujuan pembela jaran, tekn ik penyajian, penyajian pe mbela jaran, sesuai dengan perke mbangan siswa, ko munikat if dan interaktif, koherensi dan ke runtutan alur pikir, kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang benar dan fisik. Beberapa aspek validasi buku siswa dala m penelitian in i me liputi37: (a) Cakupan materi. Ko mponen-ko mponen cakupan materi da la m menyusun buku siswa meliputi: (1) Keluasan materi; (2) Kedala man materi, (b) Akurasi materi. Ko mponen-ko mponen Akurasi materi da la m menyusun buku siswa me liputi: (1) A kurasi contoh; (2) akurasi konsep; (3) Akurasi p rosedur/metode; (4) Akurasi teori, (c) Merangsang keingintahuan (curiosity).

Ko mponen-komponen Merangsang keingintahuan

(curiosity) dala m menyusun buku siswa me liputi: (1)

Menumbuhkan rasa ingin tahu; (2) Me mberi kesempatan pada siswa untuk menjawab pertanyaan, (d) Operasional tujuan pembelaja ran. Ko mponen-ko mponen operasional tujuan pembelaja ran dala m menyusun buku siswa me liputi: (1) Menge mbangkan kecakapan personal; (2) Mengembangkan kecakapan sosial; (3) Mengembangkan kecakapan akade mik, (d) Te knik penyajian. Ko mponen-ko mponen Teknik penyajian dala m menyusun buku siswa me liputi: (1) Ke logisan penyajian; (2) Keruntutan konsep; (3) Hubungan antar fakta, konsep dan teori; (4) Ketepatan ilustrasi dengan materi; (5) Peno moran ga mbar, (e ) Penyajian pe mbela jaran. Ko mponen-ko mponen Penyajian pembela jaran dala m menyusun buku siswa meliputi: (1) Berpusat pada siswa; (2) Keterlibatan siswa; (3) Keterja linan ko munikasi interakt if; (4) Kesesuaian dan kara kteristik mata pelajaran, (f) Sesuai dengan tingkat perke mbangan peserta didik. Ko mponen-ko mponen Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dala m menyusun buku siswa meliputi: (1) Kesesuaian dengan tingkat perke mbangan berpikir siswa; (2) Kesesuaian

37


(45)

37

dengan tingkat perkembangan sosial e mosional siswa , (g) Ko munikat if dan Interaktif. Ko mponen-ko mponen Ko munikat if dan Interaktif dala m menyusun buku siswa me liputi: (1) Kesesuaian ilustrasi dengan pesan; (2) Dorongan berpikir kreatif pada siswa, (h) Koherensi dan keruntutan alur pikir. Ko mponen-ko mponen Koherensi dan keruntutan alur pikir dala m menyusun buku siswa me liputi: (1) Ketertautan antar bab; (2) Keutuhan makna dala m bab, (i) Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang benar. Komponen-ko mponen Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang benar dalam menyusun buku siswa meliputi: (1) Ketepatan tata bahasa; (2) Ketepatan ejaan, (j) Fisik. Ko mponen-ko mponen Fisik dala m menyusun buku siswa me liputi: (1) Ta mp ilan dala m buku siswa menarik; (2) Ke jelasan cetakan. 3. Le mbar Kerja Siswa (LKS)

Le mbar Kerja Siswa (LKS) berisi masalah dan uraian singkat materi yang terkait. LKS yang baik akan dapat menuntun siswa dalam mengkonstruksi fakta, konsep, prinsip atau prosedur-prosedur mate matika sesuai dengan materi. Da la m LKS d isediakan pula te mpat bagi siswa untuk menyelesaikan masalah/soal. LKS disusun untuk me mberi ke mudahan bagi guru dalam mengako modasi tingkat ke ma mpuan siswa yang berbeda -beda. Melalui LKS, pe mbela jaran di kelas akan berpusat kepada siswa, dan memudahkan guru dan siswa untuk me la ksanakan kegiatan yang tertera di LKS.

Le mbar Kerja Siswa (LKS) me miliki beberapa aspek antara lain: aspek petunjuk, ke layakan isi, bahasa, prosedur, dan fisik. Adapun indikator va lidas i Le mba r Kerja Siswa (LKS) me liputi38: (a) Aspek petunjuk. Ko mponen-komponen aspek petunjuk dala m menyusun LKS meliputi: (1) Petunjuk d inyatakan dengan jelas ; (2) Mencantumkan KD; (3) Mencantumkan indikator, (b) Kelayakan Isi. Ko mponen-komponen ke layakan isi da la m

38 Shoffan Shoffa, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan PMR Pada Pokok Bahasan Jajargenja ng dan Belah Ketupat , Skripsi (Surabaya: Jurusan Matematika Fakultas MIPA UNESA, 2008 ), 29.


(46)

38

menyusun LKS me liputi: (1) Menyajikan soal-soal kontekstual; (2) Mengembangkan kecakapan personal; (3) Mengembangkan kecakapan sosial; (4) Mengembangkan kecakapan akade mik; (5) Menumbuhkan kreativitas, (c ) Bahasa. Ko mponen-ko mponen Bahasa dalam menyusun LKS me liputi: (1) Kebenaran tata bahasa; (2) Kalimat soal tidak mengandung arti ganda, (d) Prosedur. Ko mponen-ko mponen Prosedur dalam menyusun LKS meliputi: (1) Urutan kerja siswa; (2) Keterbacaan/bahasa dari prosedur, (e) Fisik. Ko mponen-ko mponen Fisik da la m menyusun LKS me liputi: (1) Ta mp ilan LKS menarik; (2) Keje lasan cetakan.

4. Soal Kotak Horay

Soal Kotak Horay adalah soal yang disusun untuk menguji pe maha man konsep siswa yang berisi masalah sesuai dengan nomor yang disediakan pada Kotak Horay yang diterapkan me lalu i mode l pe mbela jaran kooperatif tipe Course Review Horay. Soal yang baik akan dapat menuntun siswa dalam mengkonstruksi fakta, konsep, prinsip atau prosedur-prosedur matemat ika sesuai dengan materi. Adapun aspek validasi Soa l Kotak Horay me liputi: (a) Kelayakan isi. Ko mponen kelaya kan isi da la m menyusun soal kotak horay meliputi: (1) Soal sesuai dengan indikator; (2) Soal yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jen is sekolah atau tingkat ke las; (3) Kebenaran konsep; (4) Mengembangkan kecakapan personal; (5) Mengembangkan kecakapan sosial; (6) Mengembangkan kecakapan akade mik; (7) Menu mbuhkan kreativ itas, (b) Bahasa. Ko mponen-komponen bahasa dalam menyusun soal kotak horay meliputi: (1) Kebenaran tata bahasa; (2) Kalimat soal tidak mengandung arti ganda; (3) Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. H. Model Penge mbang an Perangkat Pe mbelajar an

Pengembangan pembela jaran adalah proses desain konseptual dalam upaya peningkatan fungsi dari model yang telah ada sebelumnya, mela lui pena mbahan ko mponen


(1)

104

sebesar 100% dengan nila i rata-rata tiap kegiatan sebesar 3,65. Dengan demikian dapat dikata kan bahwa RPP yang digunakan dalam penelit ian ini telah terla ksana dalam kategori sangat baik.

3. Hasil Be la jar Siswa

Berdasarkan analisis hasil bela jar siswa yang telah dike mu kakan sebelumnya, Tabe l 4.17 menunjukkan bahwa 31 siswa d inyatakan tuntas secara individual, artinya siswa telah mencapai ko mpetensi yang telah ditetapkan yaitu memaha mi re lasi dan fungsi. Selain itu siswa juga me menuhi kriteri ketuntasan secara klasikal, karena persentase jumlah siswa yang tuntas sebesar 88,6% , sehingga dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan siswa telah mencapai ko mpetensi yang telah ditentukan. Dengan demikian, d itin jau dari hasil belaja r siswa, pembela jaran kooperatif t ipe Course Review Horay

pada materi re lasi dan fungsi me menuhi kriteria efe ktif. Terdapat 4 orang siswa yang tidak tuntas dalam mencapai ko mpetensi me maha mi relasi dan fungsi, dengan nilai tes hasil be laja r di bawah 75. Menurut peneliti, siswa yang tidak tuntas tersebut dari awa l ku rang me mpe rhatikan sela ma kegiatan pembe laja ran. Ha l in ilah yang mungkin menjadi salah satu faktor penyebab tidak tuntasnya siswa dalam mencapai ko mpetensi yang telah ditetapkan.

4. Respon Siswa

Berdasarkan analisis respon siswa pada uji coba di lapangan yang telah dike mu kakan sebelumnya, tabel 4.19 menyatakan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran dengan model kooperatif tipe Course Review Horay pada materi relasi dan fungsi mendapatkan respon sangat positif dari siswa dengan rata-rata total sebesar 91,4%. Sehingga respon siswa dinyatakan sangat positif.


(2)

BAB V

PEN UTUP

A. Simpulan

1. Proses pengembangan perangkat pembelaja ran dengan model kooperatif t ipe Course Review Horay pada materi relasi dan fungsi mengacu pada model pengembangan Plo mp yang terdiri dari 3 fase, yaitu: fase investigasi awal (preliminary investigation) fase pembuatan prototipe (prototyping phase) dan fase penilaian (assesment phase). 2. Kevalidan perangkat pembela jaran mate matika dengan model kooperatif t ipe Course Review Horay pada materi relasi dan fungsi dengan rata-rata total validitas RPP dan soal kotak horay dengan kriteria sangat valid sebesar 4,07 dan 4,08, rata-rata total validitas buku siswa dan LKS dengan kriteria valid sebesar 3,92 dan 3,96.

3. Keprakt isan perangkat pembelajaran mate mat ika dengan model kooperatif t ipe Course Review Horay pada materi relasi dan fungsi, din ila i pra ktis oleh para ahli, dengan penilaian rata-rata “B” yang berarti perangkat pembela jaran yang dike mbangkan dapat digunakan dengan sedikit rev isi.

4. Keefe ktifan perangkat pe mbe laja ran mate matika dengan model kooperatif tipe Course Review Horay diuraikan sebagai berikut:

a. Aktivitas siswa telah me menuhi kriteria e fekt if karena persentase aktivitas siswa yang mendukung KBM lebih besar dari pada persentase aktivitas siswa yang tidak mendukung KBM.

b. Keterla ksanaan sintaks pembelajaran dengan model kooperatif t ipe Course Review Horay pada materi relasi dan fungsi saat uji coba sebesar 100% dengan nila i rata-rata total tiap kegiatan sebesar 3,65, yang berarti RPP yang digunakan dala m penelit ian in i telah terlaksana dala m kategori sangat baik.

c. Hasil bela jar siswa kelas VIII-H SMP Negeri 2 Menganti dala m pembe laja ran dengan model kooperatif t ipe Course Review Horay pada materi relasi dan fungsi adalah 88,6% siswa dinyatakan tuntas


(3)

106

secara individual dan telah mencapai ketuntasan secara klasikal.

d. Respon siswa terhadap pembelaja ran mate matika dengan model kooperatif t ipe Course Review Horay

pada materi re lasi dan fungsi mendapat respon sangat positif dari siswa dengan rata-rata total sebesar 91,4% .

B. Saran

Perangkat pe mbela jaran dengan model kooperatif t ipe Course Review Horay hendaknya dike mbangkan untuk pokok bahasan mate mat ika yang lain, karena berdasarkan hasil angket respon siswa diperoleh bahwa siswa berminat mengikuti pe mbe laja ran selanjutnya dengan model kooperatif tipe Course Review Horay.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agustinus, Ike. 2008. Efek tivitas Pembelajaran Siswa Menggunak an Model Pembelajaran Induk tif dengan Pendek atan Beach Ball pada Materi Jajargenjang di SMPN 1 Bojonegoro. Skripsi. Surabaya: Jurusan Matematika Fa kultas MIPA UNESA.

Ainurrah man. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:Penerbit Alfabeta.

Alfabeta, Sla meto. 2005. Belajar dan Faktor-Fak tor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Anggara, E.D. 2010. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Model Course Review Horay terhadap Peningkatan Pemahaman Relasional Siswa (Studi Ek sperimen Terhadap Siswa Kelas VIII SMPN 4 Cimahi). Skripsi tida k diterb itkan. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FM IPA Bandung.

Arifin, Zaina l. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Lentera cendekia.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prak tek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Chaplin, J.P. 2005. Kamus Lengk ap Psikologi. Jakarta: PT. Ra ja Grafindo Persada.

Dalyana. 2004. Pengembangan Perangk at Pembelajaran Matematika Realistik pada Pok ok Bahasan Perbandingan di Kelas II SLTP. Tesis. Surabaya: Progra m Pasca Sarjana UNESA. Depdiknas. 2007. Standar Kualifikasi Ak ademik dan Kompetisi Guru,

Jakarta: Departe men Pendidikan Nasional.

Faolina. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay, Online, http://gitafaolina.b logspot.com. Dia kses pada tanggal 26 Maret 2015.


(5)

Imran, Nur. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay, Online, http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/inde x.php/jurnal_ ipa/article/download/444 . Dia kses pada tanggal 21 Ma ret 2015.

Jauhar, Mohammad. 2011. Implementasi Paik em dari Behaviouristik Sampai Konstruk tivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Joko, Muhammad. 2007. Kurik ulum Tingk at Satuan Penddik an.

Yogyaka rta : Pustaka Siswa.

Khabibah, Siti. 2006. Pengembangan Perangk at Pembelajaran Matematik a dengan Soal Terbuka untuk Meningk atkan Kreativitas Siswa Sek olah Dasar. Disertasi: UNESA tidak dipublikasikan.

Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisisus.

Mathematics Education 2. 1996. A collection of notes, reading and work sheets to be used in Mathematics Education 2. School Of Scientific And Developmental Studies, Deakin University: Burwood Ca mpus.

Mulyasa. 2007. Kurik ulum Tingkat Satuan Pendidik an. Bandung: Re ma ja Rosdakarya.

Muti’ana, Umi. 2012. Pengembangan Pembelajaran Matematika

Berbasis Masalah dengan Permainan untuk Melatih Berpikir Kreatif Siswa dalam Pemecahan dan Pengajuan Masalah pada Materi Kubus dan Balok Kelas VIII SMP YPM 2 Panjunan-Suk odono. skripsi IAIN tidak dipublikasikan.

Nuharini, Dewi. 2008. BSE Matematik a Konsep dan Aplikasin ya 2 Untuk Kelas VIII SMP dan MTs. Sura karta : Pusat Perbukuan Departe men Pendid ikan Nasional.

Pusat Bahasa Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas.

Pusat Kurikulu m, 2002. Kurik ulum dan Hasil Belajar : Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.(Jakarta : Balitbang, Depdiknas) Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran; Mengembangk an


(6)

Sardiman. 2001. Interak si dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Grafindo Persada.

Shoffa, Shoffan. 2008. Pengembangan Perangk at Pembelajaran Matematik a Dengan Pendekatan PMR Pada Pokok Bahasan Jajargenjang dan Belah Ketupat. Skripsi. Surabaya: Jurusan Matematika Fa kultas MIPA UNESA. Suma ryono, Ihsan Wakhid. 2008. Pengembangan Perangk at

Pembelajaran Matematik a Realistik untuk Melatihkan Kemampuan Berpik ir Kritis. Skripsi: IAIN t idak dipublikasikan.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplik asi PAIKEM. Surabaya: Pustaka Be laja r.

Walgito, Bimo. 1986. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyaka rta: UGM .

Widodo. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay. Dia kses dari http://wywld.wordpress.com pada tanggal 24 Maret 2015.


Dokumen yang terkait

Pembelajaran kooperatif tipe course review horay untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa SMP kelas IX

1 5 148

Upaya meningkatkan pemahaman konsep trigonometri siswa kelas X MA At-Tasyri Tangerang melalui model pembelajaran kooperatif metode course review horay

18 122 322

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN.

0 6 44

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY (CRH) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI KELAS VIII SMPN 2 SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2015 2016 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 4

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY (CRH) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI KELAS VIII SMPN 2 SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2015 2016 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY (CRH) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI KELAS VIII SMPN 2 SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2015 2016 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY (CRH) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI KELAS VIII SMPN 2 SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2015 2016 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 23

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY (CRH) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI KELAS VIII SMPN 2 SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2015 2016 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 19

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY (CRH) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI KELAS VIII SMPN 2 SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2015 2016 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 37

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) a. Pengertian Model Pembelajaran Course Review Horay - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY (CRH) TERHADAP KEJUJURAN DAN PRESTASI BELAJAR I

0 1 23