Sejarah Peradilan Agama Jakarta Timur

42 Dengan pembentukan kota Administratif tersebut, secara yuridis formil keberadaan Pengadilan Agama Istimewa berikut 2 dua kantor cabangnya dipadang sudah tidak aspiratif lagi untuk melayani kepentingan masyrakat pencari keadilan yang berdomisili di 5 lima wilayah. Secara cerdik, Kepala Inspektorat Peradilan Agama menyambut baik kebijakan Gubernur dimaksud seraya megnajukan nota usul kepada Direktorat Peradilan Agama melalui surat beliau Nomor BI100 tanggal 24 Agustus 1966 tentang usul pembentukan kantor cabang Pengadilan Agama dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya sesuai dengan pembagian 5 lima wilayah administrasi yang baru terbentuk. Dengan memetik rekomendasi brilian tersebut, secara sigap Direktur Peradilan Agama meneruskan nota usul dimaksud kepada Menteri Agama RI melalui surat beliau Nomor BI1049 tanggal 19 September 1966 tentang persetujuan atas usul Kepala Inspektorat Pengadilan Agama. Kedua surat pejabat teras Pengadilan Agama tersebut menjadi bahan pertimbangan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 4 Tahun 1967 tentang Perubahan Kantor-kantor Cabang Pengadilan Agama dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya, tanggal 17 Januari 1967 yang berbunyi antara lain sebagai berikut : 1. Membubarkan Kantor-kantor Cabang Pengadilan Agama bentuk lama dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya, yaitu : a. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Utara dan b. Kantor Cabang pengadilan Agama Jakarta Barat. 2. Membentuk Kantor-kantor Cabang Pengadilan Agama yang baru sederajatsetara dengan Kantor Pengadilan Agama Tingkat II, yaitu: 43 a. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Utara; b. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Barat; c. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan d. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Timur. 3. Pengadilan Agama Istimewa Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya yang daerah hukumnya meliputi wilayah kekuasaan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya, adalah Kantor Induk Pengadilan Agama Jakarta Raya, ditetapkan berkedudukan di Kota Jakarta Pusat dan secara khusus bertugas pula sebagai Pengadilan Agama sehari-hari bagi wilayah kekuasaan Jakarta Pusat. Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, akhirnya melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor Ib.3II1966 tanggal 12 Agustus 1966, maka pada tanggal 18 Februari 1967 diresmikanlah sebutan maupun operasional Pengadilan Agama di 5 lima wilayah Daerah Khusus Ibukota, terutama Pengadilan Agama Jakarta Timur menjadi sebagai berikut : 1. Pengadilan Agama Jakarta Pusat; 2. Pengadilan Agama Jakarta Utara; 3. Pengadilan Agama Jakarta Barat; 4. Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan 5. Pengadilan Agama Jakarta Timur. 44 Sejarah Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Timur Dalam Kepemimpinannya Tonggak sejarah berdirinya PENGADILAN AGAMA JAKARTA TIMUR mengalami beberapa pergantian pimpinanperiode : 1. Periode tahun 1962-1970, bahwa kantor tersebut menempati rumah Bapak Ketua Pengadilan Agama yang pertama yaitu Bapak KH. M. Ali dan dibantu oleh PaniteraSekretaris H.M. Rosyid, dengan jumlah pegawai 9 orang PNS dan ditambah tenaga honorer 5 orang yang berkantor di alamat Jl. Raya Bekasi Pulogadung, Jakarta TimurDepan Kantor Kencamatan Pulogadung Jakarta Timur. 2. Periode tahun 1970-1980, Kantor Pengadilan Agama Jakarta Timur, menempati di sebelah Walikota Jakarta Timur Jatinegara dengan status sewa, dengan ketuanya Bpk KH. Irsyad Muin, SH. dan di Bantu oleh H. M. Rosyid dan Ali Syafie sebagai PaniteraSekretaris, dengan dibantu 11 orang pegawai. 3. Periode tahun 1980-1983 Kantor Pengadilan Agama Jakarta Timur terpecah menjadi 5 wilayah dan mengikuti perkembangan kota DKI menjadi 5 wilayah Jakarta, yakni Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Pusat. Akan tetapi wilayah yuridis belum dibagi. Dengan ketuanya Bapak Drs. Asmui Kasim Lubis dengan dibantu paniteranya Bapak Ali Syafie dengan periode inilah Kantor Pengadilan Agama Jakarta Timur mulai membangun dan menambah sarana dan prasarana gedung dan peralatan dengan dana DIPA Depag RI. 45 Seperti halnya instansi-instansi lainnya, Pengadilan Agama Jakarta Timur, mengalami beberapa kali pergantian pimpinan yaitu : No. N A M A MASA JABATAN 1. KH. Moh. Ali 1962 – 1967 2. KH. Muhtar 1967 – 1969 3. KH. Irsyad 1969 – 1980 4. Drs. H. Asmu‟i Kasim Lubis, SH 1980 -1985 5. Drs. H. Supangat, SH 1985 – 1989 6. Drs. H. Muhail 1989 – 1992 7. Drs. H. Abdul Manan Lc, SH 1992 – 1994 8. H. Abdullah, SH 1994 – 1996 9. Drs. H. Sudirman Malaya 1996 – 1999 10. Drs. H. Hasan Bisri, SH, M. Hum 1999 – 2001 11. Drs. H. Sayed Usman, SH 2001 – 2004 12. H. Helmy Bakrie, SH 2004 13. Drs. H. Ruslan Harunarrasyid, SH.MH 2004 – 2006 14. Drs. H. Sarif Usman, SH., MH 2007 – 2009 15. Drs. H. Wakhidun AR., SH., M.Hum 2009 sd sekarang Pada tanggal 1 Maret 2004 Kantor Lama di Jalan Raya Bekasi KM 18 Pulogadung Jakarta Timur, pindah ke Kantor Barunya di Jalan PKP No. 24 Kelapa Dua Wetan Ciracas Jakarta Timur dan segala pelayanan masyarakat dan sidang berpindah pula di kantor tersebut. pada tanggal 16 Maret 2004, bersamaan dengan itu dilantik H. Helmy Bakrie, SH sebagai ketua yang menjabat sampai dengan tanggal 46 30 Nopember 2004.Dan selanjutnya diketuai oleh Drs. H. Ruslan Harunarrasyid, SH., MH. sampai dengan tanggal 06 juni 2006. Selanjutnya Pengadilan Agama Jakarta Timur diketuai oleh Drs. H. Sarif Usman, SH, MH. sampai tanggal 20 Oktober 2008. Dan saat ini Pengadilan Agama Jakarta Timur dipimpin oleh Drs. H. Wakhidun AR., SH., M.Hum ., calon doktor dari Universitas Muhammadiyah Surakarta yang merupakan mantan ketua dari Pengadilan Agama Semarang, Jawa Tengah. Sebagai sebuah negara yang merdeka dan berdaulat yang dibungkus dengan konstitusi made in bangsa Indonesia sendiri, dimana setelah 25 tahun seperempat abad lelap dalam mimpi indah yang panjang, kemudian tersentak bangun sehingga terbitlah undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Pada pasal 2 ayat 2 jo pasal 10 ayat 1 dari Undang- undang yang baru disebutkan, terukir bahwa lembaga Peradilan Agama dilegitimasi dan disejajarkan dengan badan-badan peradilan lainnya. Untuk selanjutnya atas berkat Rahmat Allah SWT yang dicurahkan kepada umat Islam di bumi pertiwi ini, maka terbit pula Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tersebut diatas telah diperbaiki dengan lahirnya Undang-Undang Republik Indoesia Nomor 35 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 tahun 1970 . pada pasal 11 ayat 1 menyebutkan bahwa “Badan-badan peradilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat 1 secara organisasi administrative dan financial berada dibawah kekuasaan Mahkamah Agung RI” sedangkan pada pasal 11 A ayat 2 menyebutkan bahwa “Pengadilan organisasi, administrasi, dan financial 47 bagi Peradilan Agama waktunya tidak ditentukan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 paling lama lima 5 tahun sejak undang-undang ini berlaku yaitu tanggal 31 Agustus 1999.” Menyikapi aspirasi tentang langkah untuk memasuki satu atap dibawah Mahkamah Agung RI sebagaimana tercermin pada pasal 4 ayat 1 Kepres Ri tahun 2004 tersebut diatas, maka diserah terimakan Badan Peradilan Agama itu dari Departemen Agama RI ke Mahkamah Agung RI pada hari Rabu, tanggal 30 Juni 2004 Auditorium Mahkamah Agung RI, Jalan Medan Merdeka Utara NO. 9-13 Jakarta, dengan dihadiri Bapak Ketua Mahkamah Agung RI Prof. DR. Baqir Manan, SH, M.Cl dan Menteri Agama RI Prof. DR.Said Agil Al Munawar, MA.

B. Dasar Pembentukan dan Yurisdiksi

Pengadilan Agama Jakarta Timur, dibentuk dan berdiri berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI No.4 tahun 1967 tertanggal 17 Januari 1967. Pendirian Pengadilan Agama Di Wilayah Hukum Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta. 2 Wilayah yurisdiksi yang dimaksud pada pembahasan ini bermuara pada istilah kewenangan memeriksa, memutuskan dan meyelesaikan suatu perkara bagi pengadilan. 2 http:www.pa-jakartatimur.go.idindex.php?option=com_contentview=articleid, diakses tanggal 3 juni 2011. 48 Dalam istilah “kewenangan” mengadili ini sebagaimana bersinonim dengan kata “kekuasaan”. Adapun yang dimaksud dengan kewenagnan dan kekuasaan dan atau pada HIR dikenal pula dengan istilah kompetensi. Adapun pembahasan kompetensi ini terbagi kepada 2 dua aspek yaitu : 1. Kompetensi Absolut, yaitu kewenangan atau kekuasaan untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan suatu perkara bagi Pengadilan yang menyangkut pokok perkara itu sendiri. Pada Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama disebut pada Bab III yang berjudul KEKUASAAN PENGADILAN pasal 49 ayat 1 yang berbunyi “Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan perkara-perkata ditingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dibidang : a. Perkawinan; b. Kewarisan, Wasiat dan Hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam; c. Wakaf dan Shodaqoh 2. Kompetensi Relatif, yaitu kewenangan atau kekuasaan untuk memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan suatu perkara bagi pengadilan yang berhubungan dengan wilayah atau domisili pihak atau para pihak pencari keadilan. Hal demikian tersebut pada ketentuan sebagai berikut : a. HIR pasal 118 ayat 1 sd 4 jo pasal 142 2 dan b. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 pasal 66 ayat 1 sd 5. Tentang kompentensi relatif ini bagi Pengadilan Agama yang berkedudukan di 5 lima wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta telah ditetapkan pada saat