Tinjauan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur dengan Perkara No.

64 Bahwa kehidupan rumah tangga pemohon dan termohon berubah menjadi tidak harmonis dan goyah, setidaknya terjadi mulai bulan Agustus, Tahun 2006 disebabkan termohon tidak taat kepada pemohon, jika dinasehati selalu melawan. Termohon sebelum menikah dengan pemohon adalah pemeluk agama Kristen Katolik lalu ketika menikah dengan pemohon, termohon memeluk agama Islam kemudian setahun setelah menikah ia kembali memeluk agama Kristen Murtad. Termohon sering pergi meninggalkan rumah tanpa seijin pemohon. Ketidakharmonosan rumah tangga pemohon dan termohon tersebut diikuti perselisihan dan pertengkaran yang semakin tajam dan memuncak antara pemohon dan termohon diikuti dengan kepergian termohon tanpa memberikan kabar dimana keberadaannya. Bahwa pemohon telah berusaha mencari alamat termohon ke keluarganya di Jakarta ternyata tidak ada yang mengetahui keberadaan termohon, maka pemohon sangat menderita lahir bathin dan merasa rumah tangga pemohon dan termohon tidak dapat dipertahankan lagi oleh karenanya pemohon berkesimpulan jalan terbaik adalah bercerai. Untuk memperkuat permohonannya, pemohon mengajukan bukti-bukti berupa kutipan Akta Nikah Nomor: 89685VIII2005 yang dikeluarkan oleh PPN KUA Kantor Urusan Agama kecamatan Pasar Minggu, Kota Jakarta Timur. Selain bukti tersebut, pemohon juga mengajukan sakti-sakti yaitu Fulan bin Fulan kakak kandung pemohon dan Fulanah bin Fulan kakak kandung pemohon. 65 Bahwa pada hari sidang yang telah ditetapkan, pemohon hadir sendiri menghadap persidangan, sedangkan termohon tidak hadir menghadap atau menyuruh orang lain hadir menghadap sebagai wakilnya, meskipun pengadilan telah memanggilnya secara resmi dan patut dan ketidakhadirannya tersebut tidak disebabkan oleh sesuatu halangan yang sah. Selanjutnya terhadap kasus tersebut Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur mengadili sebagai berikut: 1. Mengabulkan permohonan pemohon 2. Mengabulkan permohonan pemohon dengan Verstek. 3. Menyatakan perkawinan antara pemohon dan termohon putus karena perceraian. 4. Membebankan kepada pemohon untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp. 211.000,- Dua ratus sebelas ribu rupiah.

B. Analisis Penulis

Di Indonesia terdapat empat macam Lembaga Peradilan di bawah Mahkamah Agung, yakni Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha 1 yang masing-masing memiliki kewenangan absolut dan kewenangan relatif yang sudah diatur masing-masing oleh Lembaga Peradilan, seperti yang telah kita ketahui, Undang-Undang No. 3 tahun 2006 atas perubahan UU No. 7 tahun 1989 1 Mukri Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1998, h. 15. 66 menjelaskan bahwa “Peradilan Agama merupakan Badan Peradilan pelaku kekuasaan kehakiman untuk menyelenggarakan penegakan hukum dan keadilan bagi rakyat pencari keadilan suatu perkara tertentu antara orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shodaqah dan ekonomi syari’ah.” Sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 63 1 UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan: “Yang dimaksud dengan Pengadilan Agama dalam Undang-Undang ini adalah: a. Pengadilan Agama bagi mereka yang beragama Islam b. Peradilan Umum bagi yang lainnya 2 Di dalam undang-undang No. 1 tahun 1974 tidak terdapat definisi yang jelas mengenai perceraian, hanya saja disebutkan secara umum, bahwa putusnya perkawinan itu dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu : a. Kematian Dalam hal seorang suami atau isteri atau keduanya meninggal dunia sehingga dengan sendirinya perkawinan mereka putus karena kematian atau putusnya perkawinan yang terjadi secara alami. b. Perceraian c. Atas putusan sidang. 3 2 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pasal 63 ayat 1. 3 H. Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Banjarmasin: 1992, h. 76.