Definisi Perceraian dan Dasar Hukum Perceraian

16 وح اط ظ ب ا نلا دي ح 4 Artinya: “Melepaskan hubungan pernikahan dengan menggunakan lafadz talak atau semisalnya”. Menurut Sayyid Sabiq talak berasal dari kata “ithlaq” yang menurut bahasa artinya melepaskan atau meninggalkan. Sedangkan menurut syara, talak yaitu: ح ار طب لا ءا إ ا علا يج لا 5 Artinya: “Sebuah upaya untuk melepaskan ikatan perkawinan dan selanjutnya mengakhiri hubungan perkawinan itu sendiri”. Mazhab Hanafi dan Mazhab Hambali mendefinisikan talak sebagai pelepasan ikatan perkawinan secara langsung atau pelepasan ikatan perkawinan di masa yang akan datang. Yang dimaksud secara langsung adalah tanpa terkait dengan sesuatu dan hukumnya langsung berlaku ketika ucapan talak tersebut dinyatakan suami. Sedangkan yang dimaksud di masa yang akan datang adalah berlakunya hukum talak tersebut tertunda oleh sesuatu hal. 6 Prof. Subekti SH, mengatakan bahwa perceraian adalah penghapusan perkawinan dengan putusan hakim atau tuntunan salah satu pihak dalam perkawinan itu. 7 Dalam ensiklopedi Islam Indonesia talak diartikan sebagai pemutusan ikatan 4 Ibnu Hajar al- „asqalani, Bulugh al-Maram, Jakarta: Dar al-Islamiyah, 2002, h. 245. 5 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Beirut: Daarul Fikr, 1983, Juz II, h.206. 6 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Talak Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru An Hoeve, 1994, Cet. Ke-3, jilid 5, h. 53. 7 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT. Intermasa, 1995, Cet. Ke- 27, h. 42. 17 perkawinan yang dilakukan oleh suami terhadap isteri secara sepihak dengan menggunakan lafal talak atau seumpamanya. 8 Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dijelaskan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. 9 Hal ini sesuai dengan Kompilasi Hukum Islam pasal 115 dikatakan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah pengadilan agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. 10 Bila kita melihat dari redaksi di atas bahwa yang dinamakan perceraian adalah menghilangkan atau melepas ikatan perkawinan sehingga setelah hilangnya ikatan tersebut maka tidak lagi halal bagi bagi suami atas isterinya. Tetapi dari pengertian diatas ada perbedaan bahwa para ulama mendefinisikan perceraian bisa dilakukan kapanpun dan dimana pun, tetapi hal ini berbeda jika kita melihat dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam bahwa perceraian hanya dapat dilangsungkan hanya di pengadilan agama. 8 Departemen Agama, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama IslamProyek Peningkatan Srana PT IAIN, 1987, Cet. Ke-3, h. 940. 9 R. Subekti, S.H dan R.Tjirtrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2006, Cet Ke-37, h. 549. 10 Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, pasal 115. 18 Sehingga apabila ada orang Islam yang berada di negara Indonesia yang melakukan pernikahan secara sah baik secara agama atau negara dan melakukan perceraian diluar pengadilan agama maka perceraian itu tidak sah demi hukum atau batal demi hukum. Tentang hukum cerai ulama fiqh berbeda pendapat. Pendapat yang paling benar diantara semua itu yaitu yang mengatakan “terlarang” kecuali karena alasan yang benar. Mereka yang mengatakan hal ini adalah golongan Hanafi dan Hambali. Ini disebabkan bercerai itu kufur terhadap nikmat Allah, sedangkan kawin adalah suatu nikmat, dan apabila seseorang muslim melakukan kufur terhadap nikmat tanpa suatu alasan yang benar maka hukumnya haram. Jadi tidak halal bercerai kecuali karena darurat. Hal darurat yang membolehkan perceraian yaitu apabila suami meragukan kebersihan tingkah laku isterinya atau sudah tidak mempunyai rasa cinta lagi terhadapnya, hal ini karena perkara hati hanya terletak dalam genggaman Allah. Akan tetapi, jika tidak ada alasan apapun, bercerai yang demikian berarti kufur terhadap nikmat Allah karena berlaku jahat kepada isteri itu dibenci dan dilarang oleh agama. Talak itu dibenci bila tidak ada suatu alasan yang benar, sekalipun Nabi SAW menamakan talak sebagai perbuatan halal karena ia merusak perkawinan yang mengandung kebaikan-kebaikan yang dianjurkan oleh agama. Karena itu, talak seperti ini dibenci. 19 Al- Qur‟an adalah kitab terakhir yang diturunkan sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman dan tuntunan umat Islam di seluruh dunia, akan tetapi tidak semua masalah kehidupan tertuang didalamnya, hal ini dapat dijelaskan melalui hadits Nabi. Sama halnya seperti masalah perceraian, tidak semua masalah terdapat dalam Al- Qur‟an ayat-ayat yang menyuruh atau melarang eksistensi perkawinan itu, namun isinya hanya sekedar mengatur bila talak terjadi. Di dalam hal perceraian dasar-dasar perceraian itu dapat kita lihat dari beberapa ayat Al- Qur‟an atau Hadits, seperti: 1. Al-Baqarah Ayat 232                                     { روس رق لا : } Artinya: “Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, Maka janganlah kamu para wali menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya 11 , apabila Telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang maruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui.” {QS. Al-Baqarah 2: 23}. 2. At-Thalaq Ayat 1             11 Maksudnya: kawin lagi dengan bekas suami atau dengan laki-laki yang lain. 20                                   { روس اطلا : } Artinya: “Hai nabi, apabila kamu menceraikan Isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat menghadapi iddahnya yang wajar dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka diizinkan ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya dia Telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru. {QS: At-Thalaq 65: 1}. 3. Hadits Nabi Muhammad SAW دح انث ري ك ب دي ع ّصمحلا دح انث دمح ب دلاح ع دي ع ها ب ولا ديل ّفاصضولا ع راح ب را تا ع د ع ها ب رمع ّضر ها ام نع : ا وسر ها ى ص ها ي ع س : اطلا ها ىلا احلا ضغبأ با ا ر جا 12 Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Katsir bin Uba’id al- Himsi, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Khalid dari Ubaidillah bin Walid al-Dzashofi dari Muharib bin Itsar dari Abdullah bin Umar R.A. : telah berkata Rasulullah Saw.: Sesuatu perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah Talak atau perceraian HR. Ibnu Majah”. Dalam perundang-undangan Indonesia mengenai perceraian ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 pada pasal 38-41. Pada pasal 38 Undang- 12 Abi Abdullah bin Yazid Al-Qawainiy, Sunan Ibnu Majah, Beirut, Lebanon, Daar al-Fikr, 1994, h. 633. 21 Undang Nomor 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa: “Perkawinan dapat putus karena: a. Kematian; b. perceraian; c. atas keputusan pengadilan”. Hal ini sejalan dengan Kompilasi Hukum Islam pasal 113. Dalam perundang-undangan Indonesia membedakan antara perceraian atas kehendak suami dan perceraian atas kehendak isteri. Hal ini karena karakteristik hukum Islam dalam perceraian memang menghendaki demikian sehingga proses penyelesaiannya pun berbeda. 13 Maksud dari hal ini perceraian dapat terjadi akibat talak yang dilakukan oleh suami kepada isteri seperti halnya talak yang dijelaskan oleh hukum Islam, dan perceraian dapat terjadi akibat gugatan perceraian yang dilakukan oleh isteri terhadap suami. Namun hal ini harus dilakukan di depan pengadilan seperti dalam pasal 115 Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi: “Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak”. 14 13 Mukri Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2003, Cet. Ke-4, h.206. 14 Kompilasi Hukum Islam. Pasal 115 22

B. Macam-Macam dan Alasan Perceraian

a. Macam-Macam Perceraian Di dalam hukum Islam maupun undang – undang nomor 1 tahun 1974 terdapat berbagai bentuk perceraian berdasarkan tata cara dan alasan pengajuannya. Undang-undang membedakan antara perceraian atas kehendak suami dan perceraian atas kehendak isteri. Hal ini karena karakteristik hukum islam dalam perceraian memang menghendaki demikian. Sehingga proses perceraian atas kehendak suami berbeda dengan proses perceraian atas kehendak isteri. Dari ketentuan-ketentuan mengenai perceraian di dalam undang- undang perkawinan pasal 39 sampai dengan pasal 41 dan tentang tata cara perceraian dalam peraturan pelaksanaan pasal 14 sampai dengan pasal 36 menurut K. Wantjik Saleh, SH dalam bukunya Perkawinan Indonesia, dapat ditarik kesimpulannya ada 2 macam perceraian, yaitu : 1. Cerai talak Istilah cerai talak disebut dalam penjelasan pasal 14 peraturan pelaksanaan. Dan tentang perceraian ini di atur dalam pasal 14 sampai dengan pasal 18 peraturan pelaksanaan yang merupakan penegasan dari pasal 39 undang-undang perkawinan. Cerai talak ini hanya khusus untuk yang beragama Islam seperti yang dirumuskan oleh pasal 14 peraturan pelaksanaan sebagai 23 berikut “Seorang suami yang telah melangsungkan perkawinan menurut Agama Islam, yang akan menceraikan isterinya, mengajukan surat kepada pengadilan ditempat tinggalnya, yang berisi pemberitahuan bahwa ia bermaksud menceraikan isterinya di sertai dengan alasan – alasan serta meminta kepada pengadilan agar diadakan sidang untuk keperluan itu”. 15 Perlu juga di tegaskan bahwa yang diajukan oleh suami tersebut adalah suatu surat permohonan akan tetap merupakan surat pemberitahuan yang memberitahukan ia akan menceraikan isterinya dan untuk itu ia meminta kepada pengadilan agar mengadakan sidang untuk menyaksikan perceraian itu. Dan jika terjadi perceraian di muka pengadilan itu, maka ketua pengadilan membuat surat keterangan tentang terjadinya perceraian yaitu surat penetapan atau surat putusan. 2. Cerai gugat. Sedangkan yang di maksud dengan cerai gugat adalah perceraian yang disebabkan oleh adanya suatu gugatan lebih dahulu oleh salah satu pihak kepada pengadilan dan dengan suatu putusan pengadilan. Menurut K. Wantjik Saleh, SH. Suatu perceraian yang di dahulukan oleh suatu gugatan dari salah satu pihak kepada pengadilan dinamakan cerai gugat. Dalam undang-undang perkawinan dan peraturan pelaksanaannya tidak 15 K.Wantjik Saleh,Hukum Perkawinan Indonesia, J a k a r t a : Ghalian Indonesia,1996 , h. 38.