Akibat Hukum dari Perceraian

30 a. Baik ibuatau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak- anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan memberi keputusan. b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu, bilaman bapak dalam kenyataannya tidak dapt memberi kewajiban tersebut pengadilan dapat menentukan bahwa ikut memikul biaya tersebut. c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan danatau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas isteri. 2. Kompilasi Hukum Islam KHI 21 Pasal 149 Bilamana perkawinan putus karena talak, maka bekas suami wajib: a. memberikan mut`ah yang layak kepada bekas isterinya, baik berupa uang atau benda, kecuali bekas isteri tersebut qobla al dukhul; b. memberi nafkah, maskan dan kiswah kepada bekas isteri selama dalam iddah, kecuali bekas isteri telah di jatuhi talak ba1in atau nusyur dan dalam keadaan tidak hamil; c. melunasi mahar yang masih terhutang seluruhnya, dan separoh apabila qobla al dukhul; d. memeberikan biaya hadhanan untuk anak-anaknya yang belum mencapai umur 21 tahun Pasal 150 Bekas suami berhak melakukan ruju` kepada bekas istrinya yang masih dalam iddah. Pasal 151 Bekas isteri selama dalam iddah, wajib menjaga dirinya, tidak menerima pinangan dan tidak menikah dengan pria lain. 21 Kompilasi Hukum Islam, Pasal : 149-156. 31 Pasal 152 Bekas isteri berhak mendapatkan nafkah iddah dari bekas suaminya kecuali ia nusyuz. Pasal 156 Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah : a. anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dan ibunya, kecuali bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya digantikan oleh: 1. wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ibu; 2. ayah; 3. wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ayah; 4. saudara perempuan dari anak yang bersangkutan; 5. wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah. b. anak yang sudah mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan hadhanah dari ayah atau ibunya; c. apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan jasmanidan rohanianak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah dicukupi, maka atas permintaann kerabat yang bersangkutan Pengadilan Agama dapat memindahkan hak hadhanah kepada kerabat lain yang mempunyai hak hadhanah pula; d. semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah menurut kemampuannya,sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa dapat mengurus diri sendiri 21 tahun; e. bilamana terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah anak, Pengadilan Agama membverikan putusannya berdasrkan huruf a,b, dan d; f. pengadilan dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya menetapkan jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yang tidak turut padanya. Dalam Al- Qur‟an tidak ada ayat yang menyuruh atau melarang eksistensi perceraian, sedangkan untuk perkawinan ditemukan beberapa ayat yang menyuruh untuk melakukannya. 32 Dalam mengalami suatu kejadian pasti menemukan hikmah yang akan didapatkan, seperti pada permasalahan perceraian, ada beberapa pelajaran yang dapatkan baik bagi sang suami maupun bagi sang isteri. Talak pada dasarnya sesuatu yang halal tetapi hal yang palin dibenci Allah SWT, hikmah dibolehkannya talak itu adalah dinamika kehidupan rumah tangga kadang-kadang menjurus kepada sesuatu yang bertentangan dengan tujuan pembentukan rumah tangga itu. Dalam keadaan begini jika dilanjutkan akan menimbulkan mudharat bagi kedua belah pihak baik itu sang suami ataupun sang isteri bahkan kepada sang anak itu sendiri. 22 Allah SWT Yang Maha Bijaksana menghalalkan talak tetapi membencinya, kecuali untuk kepentingan suami, isteri atau keduanya, atau untuk kepentingan keturunannya. Karena sudah ada ketentuannya yang telah lama ditentukan oleh Allah SWT sehingga diharapkan semua peristiwa yang di alami dapat diambil hikmah atau sebagai pembelajaran untuk kehidupan kita kedepan agar lebih baik dan bisa lebih mendekatkan diri dengan Sang Pencipta yaitu Allah SWT. 22 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh dan Munakahat dan UU Perkawinan, Jakarta: Prenada Media, 2006, h. 109-200. 33

D. Pengertian Dan Unsur Riddah

Secara etimologi bahasa, kata riddah merupakan mashdar dari kata: ر - ري yang berarti keadaan mundur, mengembalikan dan kembali ke belakang. 23 Arti tersebut antara lain terdapat didalam firman Allah Ta‟ala:                   { روس دمح ٧ : } Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang kepada kekafiran sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan Telah menjadikan mereka mudah berbuat dosa dan memanjangkan angan- angan mereka.”{QS. Muhammad 47: 25}. Kata riddah juga mempunyai arti leksikalnya “arruju’ ‘an syain ilaa ghoirihi” kembali dari sesuatu kepada sesuatu yang lain. 24 Sayyid Sabiq berpendapat riddah adalah: عوجر سملا اعلا غلا لا ع ألا اس ّلأ ر لا ع رايتخأ اركأ دحا ءاوس ّف كل روك لا ا اا 25 “Riddah kembalinya orang yang telah beragama Islam yang berakal dan dewasa kepada kekafiran karena kehendaknya sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain baik yang kembali itu dilakukan oleh laki- laki maupun perempuan”. 23 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawir. Cet. Ke-14, Surabaya: Pustaka Progresif, 1997, h. 486. 24 Wahbah az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, Damaskus: Daar al-Fikr, 1989, Juz VI, h.183. 25 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, cet. IV, jil. II. Beirut: Daar Al-fiqr, 1983, h. 381. 34 Wahbah az-Zuhaili, riddah adalah: عوجرلا ع ي ا سأا ىلأ ر لا ءاوس ينلاب أ ع ب ر ملا أ وقلاب ءاوس لا ءا تسأ أ ا انع أ ا اقتعأ 26 ̌Kembali menuju dari agama Islam kepada kekafiran, baik hal itu dilakukan dengan sebatas niat dengan perbuatan yang akibatnya pelaku dianggap telah kafir maupun dengan ucapan baik ucapannya itu sebagai penghinaan, penentang maupun sebagai keyakinan̍. Abdul Qodir Audah berpendapat riddah adalah: وجرلا ع ع ي أا ا س أ عط ا سأا ا ك ير عتلا ىنعمب دحا 27 “Kembali dari agama Islam atau memutuskan diri dari Islam, baik kembali meninggalkan Islam maupun memutus keduanya bermakna satu.” Sedangkan secara terminologi, didalam Ensiklopedia Islam di Indonesia, riddah adalah makna asal dari kembali ke tempat atau jalan semula, namun kemudian istilah dalam penggunaannya lebih banyak dikhususkan untuk pengertian kembali atau keluarnya seseorang dari agama Islam ke kukufuran atau pindah kepada agama selain Islam. Dari pengertian riddah ini dapat dikemukakan tentang pengertian murtad, yaitu orang Islam yang keluar dari agama Islam yang dianutnya kemudian pindah memeluk agama lain atau sama sekali tidak beragama. 28 26 Wahbah az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, cet. IV, h. 5576. 27 Abdul Qadir Audah, at- Tasyri’ al-Jina’i al-Islami Muqarranan bi al-qonun al-wad’, cet XI, Jil. II Beirut: Muassah Ar-Risalah, 1992, h. 706. 28 Harun Nasution Ketua Tim, Ensiklopedia Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992, h. 696.