Wacana Film Dilihat dari Perspektif Teoritis

“Transformasi menunjukan adanya proses perubahan. Transformasi sosial menunjuk pada proses perubahan-perubahan sosial yang dalam hal ini menunjuk pada proses perubahan masyarakat.” 30 Film sebagai salah satu media massa dalam komunikasi mempunyai peranan yang penting dalam penyampaian pesannya, karena dengan kelebihan yang dimilikinya pesan dalam film akan mudah dipahami oleh orang yang menontonnya, begitupula dengan film “Titian Serambut Dibelah Tujuh”. Film yang bernafaskan Islam yaitu “Titian Serambut Dibelah Tujuh” yang dihasilkan oleh sutradara ternama Chaerul Umam mempunyai peranan dalam perkembangan kegiatan dakwah di kancah perfilman nasional. Masuknya film membantu praktisi dakwah di Indonesia untuk lebih giat lagi dalam menyampaikan tentang ajaran Islam khususnya mengenai dakwah bil’hal serta tauhid dan rohaniyah. Meskipun film ini termasuk berbentuk film klasik, namun film Titian Serambut Dibelah Tujuh mencoba memberi tontotan bermoral dan menjunjung tinggi nilai moral yakni keyakinan, perjuangan, kepasrahan, kesetian serta harapan. Film Titian Serambut Dibelah Tujuh yang walau terlihat usang, namun film ini adalah bentuk awal film dakwah pertama yang di presentasikan oleh sutradara Chaerul Umam.

D. Wacana Film Dilihat dari Perspektif Teoritis

“Wacana secara bahasa berasal dari bahasa Inggris yaitu discourse. Kata discourse menurut kamus besar bahasa Inggris berasal dari bahasa latin yaitu 30 Masyhur Amin, Mohammad Nadjib, Agama, Demokrasi dan Transformasi Sosial, LKPSM NU DIY 1993, h. 155. discursus, yaitu artinya lari kian kemari kata dis berarti dari dalam arah yang berbeda sedangkan currere berarti lari.” 31 Di bawah ini adalah beberapa pengertian mengenai wacana menurut beberapa pendapat. Ismail Marahimin mengartikan wacana sebagai “kemampuan untuk maju dalam pembahasaan menurut urut-urutan yang teratur dan semestinya”, dan “komunnikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur”. 32 Sedangkan Riyono Pratiko menjelaskan bahwa wacana adalah sebuah proses berpikir seseorang yang mempunyai ikatan dengan ada tidaknya sebuah kesatuan dan koherensi dalam tulisan yang disajikannya. Menurutnya, makin baik cara atau pola pikir seseorang, maka akan terlihat jelas adanya kesatuan dan koherensi itu. 33 Lain halnya dengan Samsuri yang menyatakan bahwa wacana bukan hanya sebatas tulisan semata, tetapi juga menyangkut peristiwa komunikasi, baik lisan ataupun tulisan. Seperti yang diungkapkanya dibawah ini. “Wacana ialah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri atas seprangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang lain. Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula memakai bahasa tulisan”. 34 Alex Sobur menggambarkan wacana dalam berbagai aspek makna kebahasaan, diantaranya: 31 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, h. 9. 32 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 10. 33 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 10 34 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 10. 1 Komunikasi pikiran dengan kata-kata; ekspresi ide-ide atau gagasan- gagasan; konversasi atau percakapan. 2 Komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu subjek studi atau pokok telaah 3 Risalat tulis; disertasi formal; kuliah; ceramah; khutbah. 35 Sementara itu Van Dijk mengemukakan bahwa wacana discourse memiliki arti yang sangat kompleks, karena Van Dijk melihat wacana bukan hanya dilihat dari segi kebahasaannya saja, tetapi melibatkan berbagai faktor diantaranya komunikasi, interaksi, sosial dan budaya, sebagaimana diutarakannya. “It would be nice if we could squeeze all we know about discourse inti a handy defination, unfortunately, as is also the case for such related concepts as “languange”, “communication”, “interaction”, “society” and “culture”. The notion of discourse is essentially fuzzy. As is often the case for consepts that stand for complex phenomena”. 36 Akan lebih baik jika kita bisa menekan semua kita ketahui tentang inti wacana yang berguna mendefisikan, sayangnya, seperti juga kasus terkait seperti konsep-konsep sebagai bahasa, komunikasi, interaksi, masyarakat dan budaya. Pengertian wacana pada dasarnya adalah kabur. Seperti sering terjadi untuk konsep yang berdiri untuk fenomena kompleks Van Dijk mengungkapkan bahwa suatu karakteristik yang khas yang menandai wacana adalah pada aspek fungsionalnya yaitu berupa komunikasi. Komunikasi adalah di mana orang menggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan ide-ide, kepercayaan-kepercayaan, atau ekspresi mereka, dalam peristiwa sosial yang kompleks, misalnya dalam suatu situasi tertentu seperti saat menelpon, bertemu teman, belajar di kelas, wawancara pekerjaan, waktu kunjungan ke dokter, saat menulis atau membaca laporan berita. Dari pendekatan ini, Van Dijk melihat wacana dari tiga dimensi yaitu: 1 Pengunaan bahasa. 35 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 10. 36 Ema khotimah, Analisis Wacana Ideologi Tandingan Wacana Terorisme dalam Media-Analisis Kritis Pemberitaan Abu Bakar Ba’asyir, UNISBA, 2004, h. 19. 2 Penyebaran kepercayaan. 3 Interaksi dalam situasi politik. Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa wacana adalah sebuah bentuk komunikasi baik verbal maupun nonverbal ataupula yang berupa lisan atau tulisan yang disusun dengan menggunakan kalimat-kalimat yang benar yang dipengaruhi oleh konteks-konteks situasikeadaan dalam pembentukan wacananya. Teks, Konteks, dan Wacana Apa yang dimaksud dengan teks itu? Bagi Barthes seperti dikutip Alex Sobur, teks adalah sebuah kenikmatan. “Sebuah kenikmatan dalam pembacaan sebuah teks adalah kesenangan kala menyusuri halaman demi halaman objek yang dibaca. Sebentuk keasyikan yang hanya dirasakan oleh si pembaca sendiri. Kenikmatan pembacaan itu bersifat individual. Kita tak akan bisa merasakan betapa asyiknya seseorang ketika membaca sampai tidak memperhatikan lagi apa yang ada di sekelilingnya bila kita sendiri tidak mencoba merasakan itu dengan turut membaca tulisan yang sama. Kenikmatan yang individual itu seakan-akan membangun sebuah dunia pembaca itu sendiri, yang dia secara bebas mengimajinasikannya Kurniawan, 2001:202. Imajinasi itu sendiri merupakan suatu daya yang muncul dari dalam diri manusia, yang anatara lain, memiliki ciri personal Tedjoworo, 2001:59.” 37 Kenikmatan yang dimaksud oleh Barthes di sini adalah kenikmatan terhadap isi dari bacaaan yang dibaca oleh seseorang. Barthes menggangap bahwa penggunaan bahasa yang baik akan membawa orang yang membaca teks atau naskah tersebut kedalam sebuah imajinasi pembacanya. Berbeda dengan Barthes, Ricoeur berpendapat bahwa teks adalah wacana yang berbentuk lisan yang 37 Sobur, Analisis Teks Media, h. 52. diaplikasikan kedalam sebuah bentuk tulisan, artinya bahwa teks adalah “fiksasi atau pelembagaan sebuah peristiwa wacana lisan dalam bentuk tulisan”. Sementara Van Dijk menyebutkan ada enam konsep utama dalam sebuah teks yaitu: 1 Suatu teks adalah suatu entitas yang dirangkum dalam suatu topik. 2 Beberapa teks atau beberapa rangkaian sub topik merupakan suatu wilayah pengertian yang secara hirarkis diorganisir mulai dari tingkat permukaan sampai kedalaman dan sampai pada sub topik yang lebih umum. 3 Tingkat luaran permukaan suatu teks terdiri atas kata-kata atau simbol- simbol yang sebenarnya merupakan rangkaian ungkapan. 4 Tingkat permukaan secara berurut dapat dianalisis secara logis guna menunjukan struktur logis atau hubungan linier dan koherensi linier. 5 Tidak ada satupun teks yang secara utuh dipahami secara sederhana melalui analisis logis struktur urutan linier karena semua relasi logis antar proposisi tidak pernah sepenuhnya terklarifikasi berdasarkan bukti-bukti simbolik. 6 Kadang-kadang apa yang dikatakan secara simbolik ditunjukan pada tingkat permukaan luaran memberikan kita pemahaman apa yang terdapat pada tingkat yang lebih dalam seperti yang tampak pada teks. 38 “Sementara itu Guy Cook berpendapat bahwa antara teks, konteks, dan wacana merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan, karena satu sama lainnya mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi.” 39 “Cook mengartikan bahwa teks adalah suatu bentuk bahasa baik itu kata- kata yang tercetak di kertas, tetapi juga termasuk kedalamnya berbagai ekspresi komunikasi, seperti ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan lain- lain. Sedangkan yang dimaksud konteks adalah semua situasi yang berbeda diluar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan, situasi, fungsi dan lain-lain, dan wacana adalah teks dan konteks sebagai suatu kesatuan. Oleh karena itu, Cook menekankan bahwa analisis wacana adalah upaya menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam proses komunikasi.” 40 38 Khatimah, Analisis Wacana Ideologi., h. 31. 39 Sobur, Analisis Teks Media., h. 56. 40 Khatimah, Analisis Wacana Ideologi., h. 31-32. Sehingga dalam menganalisis sebuah wacana, terlebih dahulu harus diketahui siapa pembicaranya, dan siapa pendengarnya, dengan begitu teks dan konteks akan diketahui isinya, tetapi sebelum melakukan analisis wacana, harus diketahui konteksnya terlebih dahulu, karena konteks menentukan suatu tujuan dari teks, apabila konteks berubah maka berubah pula maknanya. “Begitu pula menurut Van Dijk, dalam membahas wacana discourse sebagai aksi dan interaksi, konteks merupakan suatu hal yang krusial. Tetapi yang paling krusial diantara unsur-unsur konteks adalah para peserta yang terlibat di dalam wacana. Unsur-unsur yang terlibat dalam konteks selain partisipan adalah setting, perangkat keras, tindakan, pengetahuan, dan kesengajaan, tindakan-tindakan dalam level yang lebih tinggi, lokal atau global konteks, dan konstruksi konteks.” 41 41 Khatimah, Analisis Wacana Ideologi, h. 33.

BAB III GAMBARAN UMUM FILM TITIAN SERAMBUT DIBELAH TUJUH

A. Sekilas Tentang Chaerul Umam

Chaerul Umam adalah seorang sutradara film yang cukup konsisten mempertahankan eksisitensinya di genre keagamaan. Banyak sekali film-film yang sudah disutradarai. Pemilihan dari isi film adalah menjadi bidikan pertama untuk menggarap produksi film. Karena sutradara film-film religi ini sangat memperhatikan betul apa yang menjadi inti persoalan film yang akan di garapnya. Imam Setyantoro Chaerul Umam yaitu nama lengkap sutradara yang selalu mengingatkan kru filmnya ini akan kesadaran beragama. “Mamang” panggilan akrabnya. Lahir dari seorang mubalighah yang aktif di Aisyiah Muhamadiyah bernama Arifiah yang selalu mengajarkannya hidup beragama dan selalu dalam lingkungan agamis. Mamang kecil selalu diajak oleh ibunya untuk mendengarkan Arifiah berceramah diberbagai tempat di Tegal. Bapaknya bernama M. Chaeri adalah seorang Pegawai Negeri Sipil PNS yang bekerja sebagai Guru. 1 1 “Tema Islami Selamanya Akan Laku; Wawancara Eksklusif Bersama Chaerul Umam”, Kolom Tokoh Harian Seputar Indonesia, edisi Jum’at, 11 April 2008, h. 35. 42