majalah Ekspres, sebelum terbit majalah Tempo. “Pokoknya saya kepingin kerja cari uang,” kenangnya.
5
Dari potensi yang dia miliki itu kemudian chaerul umam terus mengasah dirinya di dunia peran dengan terus ikut berteater, pernah juga chaerul umam satu kelompok
teater dengan Alm. Abdurrahman Shaleh Mantan Mahkamah Agung dengan nama “Pentas Cuiri” diambil dari nama salah satu batik Pekalongan, karena ketika itu
semua anggotanya orang Pekalongan. Chaerul Umam dan kelompok teaternya pernah mengikuti Gestafu Festival
Teater Kampus Islam dan memenangkan festival itu, tapi setelah itu kelompok teaternya kemudian bubar, kemudian Chaerul Umam bergabung dengan Arifin C.
Noer dalam teater “Muslim”, dan ketika Arifin C. Noer pindah ke Jakarta, Chaerul Umam bergabung dengan WS. Rendra selama 2 tahun.
6
1. Biografi Chaerul Umam
Imam Setyantono Chaerul umam yang lahir di Tegal, 4 April 1943 adalah satu dari sedikit sutradara handal yang memiliki dedikasi kuat terhadap komitmen
perbaikan moral dan penebaran nilai-nilai kebajikan melalui ranah sinematografi atau film. “Harun yahya menyatakan bahwa apa yang dimaksud dengan nilai moral adalah
5
Wawancara Pribadi dengan Chaerul Umam, Rabu, 03 Februari 2010.
6
“Profil Chaerul Umam”, Artikel diakses pada 5 Desember 2009 dari
http:www.tamanismailmarzuki.com,
konsep yang diperkenalkan oleh agama sehingga membuat hidup ini indah dan berguna. Kapan pun terjadi penyimpangan atas nilai ini, kita menghadapi gambaran
masyarakat yang benar-benar buruk.”
7
Chaerul umam memiliki sejarah yang cukup panjang dalam meretas kariernya sebagai sutradara. Tercatat bahwa Mamang memulai karir di dunia perfilman nasional
adalah pada tahun 1973. Pada saat itu posisi Mamang adalah sebagai dubber pengisi suara dalam film. Kemudian dipercaya sebagai asisten sutradara. Sutradara kala itu
adalah Moetinggo Busye disusul kemudian kesempatan untuk menjadi asisten dari Asrul Sani. Empat kali Mamang menjadi asisiten sutradara.
8
Promosinya sebagai sutradara juga lahir tanpa sengaja. Pada tahun 1975, Asrul Sani menangani film Tiga
Sekawan, produksi Kwartet Jaya pimpinan Eddy Sud. Dua minggu sebelum shooting, Asrul Sani mendadak mengundurkan diri. Tiga sutrdara yakni, Misbach Jusa Biran,
Wahju Sihombing dan Nya’Abbas Acub diminta menggantikannya. Semua menolak, Acub malah mengusulkan chaerul umam, yang memang melamar sebagai sutradara
pengganti Asrul Sani.
9
Pengagum sutradara Jepang Akira Kurosawa ini mengaku belajar film dari Sjumandjaja, Motinggo Boesje, Teguh Karya, dan buku-buku.
7
Harun Yahya, Kedangkalan Pemahaman Orang-Orang Kafir, Surabaya: Risalah Gusti,
2003, cet. Ke 1, h. 67.
8
Wawancara Pribadi dengan Chaerul Umam, Rabu, 03 Februari 2010.
9
“Profil Chaerul Umam”, Artikel diakses pada 5 Desember 2009 dari
http:www.tamanismailmarzuki.com.
Dalam menerima order, ia mensyaratkan skenario yang baik, misi yang jelas, dan tidak mau didikte. Ia pernah menolak membikin film komedi seks.
10
Chaerul umam memang dikenal sebagai sutradra yang religious. Ia menuturkan bahwa akhlak orang film harus baik, ketika di depan layar kamera ataupun tidak,
tingkah laku mereka harus mencerminkan Islam. Begitu pula dengan film Islami. Menurutunya film Islami adalah film yang pengadegannya Islam. Jadi Islam bukan
hanya dijadikannya sebagai solusi konflik dalam film, jangan-jangan 99 persen pengadegan film itu jahili kemudian diakhiri dengan adegan insyaf. Chaerul umam
merasa tidak cocok jika dalam film yang bertemakan Islam, terdapat aktor atau aktris yang bukan beragama Islam. Ketidakcocokan Chaerul Umam berpulang pada
kekhawtirannya jika dalam film tersebut terdapat adegan seperti sholat yang dimainkan aktor atau aktris yang bukan muslim.
11
“Chaerul Umam memang terkenal memagang teguh ajaran Islam secara baik. Pada waktu mayoritas sineas muda yang tergabung dalam Masyarakat Perfilman
Indonesia MFI mewakili elemen liberal menuntut pembubaran Lembaga Sensor Film LSF dengan alasan yang klasik, bahwa keberadaan Lembaga Sensor Film
menghambat kreatifitas. Mereka menuntut liberalisme yang ekstrem. Chaerul Umam akhirnya berperan besar dalam menuntaskan permasalahan ini, dia menyarankan
10
http:www.tamanismailmarzuki.com, Ibid
11
“Definisi Sebuah Film Islami; Profil Chaerul Umam”, Kolam Wawasan Harian Republika,
Nomor 85Tahun Ke-16 Rabu, 2 April 2008, h. 9.
kepada LSF untuk satu ormas yang kerap memaki-maki LSF dan meminta pembubaran terhadap LSF. Saran itupun dikuti oleh LSF. Akhirnya LSF mengundang
ormas tersebut untuk melihat potongan-potongan film yang ada di LSF. Setelah melihat potongan-potongan film yang telah disensor, akhirnya ormas tersebut justru
berbalik arah mendukung LSF.”
12
2. Karya-karya Chaerul Umam dan Penghargaan Perfilmannya