Antisipasi degaan pada penonton yang dapat memancing rasa penasaran atas sebuah adegan.
e. Surprise
Surprise lebih dipahami sebagai sebuah action yang dilakukan atau terjadi di luar dugaan.
27
C. Film Sebagai Sarana Transformasi Sosial
“Film merupakan alat komunikasi yang paling dinamis, apa yang terpandang oleh mata dan terdengar oleh telinga, masih lebih cepat dan mudah
masuk akal dari pada apa yang hanya dibaca. Film sebagai media massa, dapat dimainkan peran dirinya sebagai saluran menarik untuk menyampaikan pesan-
pesan tertentu dari dan untuk manusia, termasuk pesan-pesan keagamaan atau pesan moral.”
28
“Perhatian terhadap penonton berubah bentuk ketika Jepang masuk. Film digunakan sebagai medium propaganda oleh pemerintahan pendudukan
Jepang. Misbach sendiri mengakui efektivitas propaganda ini. Ia mengaku berkat film-film propaganda yang ditontonnya, ia tak percaya bahwa Jepang
bisa kalah founding fathers film Indonesia sebagai kemampuan film untuk melakukan “komunikasi sosial”. Fase pendudukan Jepang inilah yang
dipandang oleh Misbach sebagai sebuah fase penting dalam perkembangan film Indonesia. Ini sebabkan film bertransformasi dari fungsi hiburannya
semata menjadi sebuah kekuatan pengubah masyarakat atau setidaknya mampu menjadi pembawa gagasan untuk didiskusikan oleh kaum intelektual,
pada masa itu mereka sudah mulai menunjukan kepempimpinan politik yang sangat penting.”
29
27
Bayu Widagdo dan Winastiwan Gora S, Bikin Sendiri Film Kamu, h. 31.
28
Kusnawan, dkk,, Komunikasi dan Penyiaran Islam, h.95.
29
Misbach Yusa Biran, Sejarah Film 1900-1950 Bikin Film di Jawa, Komunitas Bambu dan Dewan Kesnian Jakarta 2009, Cet ke-2, h, 31
“Transformasi menunjukan adanya proses perubahan. Transformasi sosial menunjuk pada proses perubahan-perubahan sosial yang dalam hal ini menunjuk
pada proses perubahan masyarakat.”
30
Film sebagai salah satu media massa dalam komunikasi mempunyai peranan yang penting dalam penyampaian pesannya, karena dengan kelebihan
yang dimilikinya pesan dalam film akan mudah dipahami oleh orang yang menontonnya, begitupula dengan film “Titian Serambut Dibelah Tujuh”. Film
yang bernafaskan Islam yaitu “Titian Serambut Dibelah Tujuh” yang dihasilkan oleh sutradara ternama Chaerul Umam mempunyai peranan dalam perkembangan
kegiatan dakwah di kancah perfilman nasional. Masuknya film membantu praktisi dakwah di Indonesia untuk lebih giat lagi dalam menyampaikan tentang ajaran
Islam khususnya mengenai dakwah bil’hal serta tauhid dan rohaniyah. Meskipun film ini termasuk berbentuk film klasik, namun film Titian
Serambut Dibelah Tujuh mencoba memberi tontotan bermoral dan menjunjung tinggi nilai moral yakni keyakinan, perjuangan, kepasrahan, kesetian serta
harapan. Film Titian Serambut Dibelah Tujuh yang walau terlihat usang, namun film ini adalah bentuk awal film dakwah pertama yang di presentasikan oleh
sutradara Chaerul Umam.
D. Wacana Film Dilihat dari Perspektif Teoritis