adegan yang menegangkan. Dengan adanya dramatik cerita ini, maka karya film tidak monoton atau berkesan datar.”
26
Ada beberapa unsur yang dapat menguatkan dramatik cerita sebuah film. Unsur tersebut antara lain :
a. Informasi cerita
Informasi ini dapat berbentuk : 1
Suara dialog, sound effect, dan ilustrusi musik 2
Tempat atau setting cerita 3
Waktu identifikasi waktu, flasback, lapse of time, periode sebuah masa, waktu yang biasa pada kehidupan sehari-hari
4 Informasi masa datang, semakin berlalu semakin tidak penting, dan
ketika sudah melewati informasi tersebut maka rasa ingin tahu hilang.
b. Konflik
Terjadinya action. Action muncul karena adanya alasan motif untuk mengurangi ketergantungan. Dan action yang didasari alasan, yang dilakukan
orang tersebut dinamakan kehendak untuk mencapai tujuan, dan tujuannya yaitu untuk mengurangi atau menghilangkan ketergangguan.
c. Suspence
Ketegangan yang dihasilkan oleh konflik sebuah cerita akan membuat penonton terbawa dalam suasana cerita film tersebut.
d. Curiosity
26
M. Bayu Widagdo dan Winastiwan Gora S, Bikin Sendiri Film Kamu Yogyakarta : DV Industri, 2004, h. 30.
Antisipasi degaan pada penonton yang dapat memancing rasa penasaran atas sebuah adegan.
e. Surprise
Surprise lebih dipahami sebagai sebuah action yang dilakukan atau terjadi di luar dugaan.
27
C. Film Sebagai Sarana Transformasi Sosial
“Film merupakan alat komunikasi yang paling dinamis, apa yang terpandang oleh mata dan terdengar oleh telinga, masih lebih cepat dan mudah
masuk akal dari pada apa yang hanya dibaca. Film sebagai media massa, dapat dimainkan peran dirinya sebagai saluran menarik untuk menyampaikan pesan-
pesan tertentu dari dan untuk manusia, termasuk pesan-pesan keagamaan atau pesan moral.”
28
“Perhatian terhadap penonton berubah bentuk ketika Jepang masuk. Film digunakan sebagai medium propaganda oleh pemerintahan pendudukan
Jepang. Misbach sendiri mengakui efektivitas propaganda ini. Ia mengaku berkat film-film propaganda yang ditontonnya, ia tak percaya bahwa Jepang
bisa kalah founding fathers film Indonesia sebagai kemampuan film untuk melakukan “komunikasi sosial”. Fase pendudukan Jepang inilah yang
dipandang oleh Misbach sebagai sebuah fase penting dalam perkembangan film Indonesia. Ini sebabkan film bertransformasi dari fungsi hiburannya
semata menjadi sebuah kekuatan pengubah masyarakat atau setidaknya mampu menjadi pembawa gagasan untuk didiskusikan oleh kaum intelektual,
pada masa itu mereka sudah mulai menunjukan kepempimpinan politik yang sangat penting.”
29
27
Bayu Widagdo dan Winastiwan Gora S, Bikin Sendiri Film Kamu, h. 31.
28
Kusnawan, dkk,, Komunikasi dan Penyiaran Islam, h.95.
29
Misbach Yusa Biran, Sejarah Film 1900-1950 Bikin Film di Jawa, Komunitas Bambu dan Dewan Kesnian Jakarta 2009, Cet ke-2, h, 31