Analisis Wacana Pengertian Wacana Film

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Wacana Film

1. Analisis Wacana

Secara etimologi, wacana berasal dari bahasa Sansekerta wacwakvak, artinya ‘berkata’ atau berucap’. Kata ana yang berada di belakang adalah bentuk sufiks akhiran yang bermakna ‘membedakan’ nominalisasi. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Jadi kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan. 1 Namun, istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh para ahli linguis di Indonesia sebagai terjemahan dari istilah bahasa Inggris discourse. Kata discourse sendiri berasal dari bahasa Latin discursus lari kesana kemari. Kata ini diturunkan dari kata dis dandalam arah yang berbeda dan kata currere lari. 2 Sedangkan secara terminologi, istilah wacana memiliki arti yang sangat luas. Luasnya makna wacana tersebut, mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, dan sastra. 3 Dengan demikian, kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan. Dalam kamus bahasa Jawa kuno Indonesia karangan Wojowasito terdapat 1 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, h. 48. 2 Dede Oetomo, Kelahiran dan Perkembangan Analisa Wacana, Yogyakarta: Kanisius, 1993, h. 3. 3 Sobur, Analisis Teks Media, h. 47. 20 kata waca berarti baca, wacaka berarti mengucapkan dan kata wacana berarti perkataan. 4 Analisis wacana atau discourse analysis adalah suatu cara atau metode untuk mengkaji wacana yang terdapat atau terkandung di dalam pesan-pesan komunikasi baik secara tekstual maupun kontekstual. Analisis wacana berkenaan dengan isi pesan komunikasi, yang sebagian di antaranya berupa teks. 5 Di samping itu, analisis wacana juga dapat memungkinkan kita melacak variasi cara yang digunakan oleh komunikator penulis, pembicara, sutradara dalam upaya mencapai tujuan atau maksud-maksud tertentu melalui pesan-pesan berisi wacana- wacana tertentu yang disampaikan, Analisis wacana adalah ilmu baru yang muncul beberapa puluh tahun belakangan ini. Aliran-aliran linguistik selama ini membatasi penganalisannya hanya kepada soal kalimat dan barulah belakangan ini sebagai ahli bahasa memalingkan perhatiannya kepada penganalisisan wacana. 6 Meskipun pendefinisian mengenai wacana kenyataannya memang berbeda-beda sesuai dengan perspektif teori yang digunakan, pada umumnya disepakati bahwa wacana sebenarnya adalah proses sosiokultural sekaligus juga proses linguistik. Seperti yang banyak dilakukan dalam penelitian mengenai organisasi pemberitaan selama dan sesudah tahun 1960-an, analisis wacana menekankan pada “How the ideological significance of news is part and parcel of the methods 4 Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005, h.3. 5 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: LKiS, 2007, h. 170. 6 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, h. 171. used to process news” bagaimana signifikasi ideologis merupakan bagian dan menjadi paket metode yang digunakan untuk memproses media. “Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut saat ini selain demokrasi, hak asasi manusia, masyarakat sipil, dan lingkungan hidup. Akan tetapi, seperti umumnya banyak kata, semakin tinggi disebut dan dipakai kadang bukan semakin jelas, tetapi semakin membingungkan dan rancu. Ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat.” 7 Menurut Collins English Dictionary, “wacana adalah komunikasi verbal, ucapan dan percakapan. Sedangkan menurut J.S. Badudu wacana merupakan rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu.” 8 Van Dijk menyatakan bahwa wacana itu sebenarnya adalah bangun teoritis yang abstrak The abstract theoretical construct dengan begitu wacana belum dapat dilihat sebagai perwujudan wacana adalah teks. 9 Sebuah kalimat bisa terungkap bukan hanya karena ada orang yang membentuknya dengan motivasi atau kepentingan subjektif tertentu. Terlepas dari apa pun motivasi atau kepentingan orang ini, kalimat yang dituturkannya tidaklah dapat dimanipulasi semau-maunya oleh yang bersangkutan. Kalimat itu hanya dibentuk, hanya akan bermakna, selama ia tunduk pada sejumlah “aturan” gramatika yang berada di luar kemauan, atau kendali si pembuat kalimat. Aturan- 7 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 237. 8 Abdul Rani, Analisis Wacana Sebuah Kajian Malang: Bayu Media, 2004, h. 4 9 Abdul Rani, Analisis Wacana Sebuah Kajian, h. 5. aturan kebahasan tidak dibentuk secara individual oleh penutur yang bagaimanapun pintarnya. Bahasa selalu menjadi milik bersama di ruang publik. Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa wacana adalah gagasan umum bahwa bahasa ditata menurut pola-pola berbeda yang diikuti oleh ujaran para pengguna bahasa ketika mereka ambil bagian dalam domain-domain kehidupan sosial yang berbeda.

2. Pengertian Film