24 c.
Ruang lingkup. d.
Efektivitas biaya. e.
Akuntabilitas. f.
Ketepatan waktu. Jadi, kriteria dalam efektivitas pemeriksaan pajak yang pertama
adalah suatu prestasi dari pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan apabila melakukan kinerja yang baik. Kedua, tercapainya sasaran, tujuan
atau keberhasilan dari pemeriksa dalam merencanakan pemeriksaan. Ketiga, menggunakan cara kerja dari pemeriksa yang baik dan benar
sesuai dengan prosedur yang ada. Keempat, merupakan hasil berdasarkan penggunaan sumber daya-sumber daya yang ada seperti tenaga kerja dan
biaya. Kelima, produktivitas dalam bentuk pelayanan.
2. Efisiensi Pemeriksaan Pajak
Pengertian efisiensi menurut T. Hani Handoko 2003:7 adalah sebagai berikut:
“Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Ini merupakan konsep matematik, atau merupakan
perhitungan ratio antara keluaran out put dan masukan input”.
Sedangkan pengertian efisiensi menurut Agus Wibisono 2010:1 adalah sebagai berikut:
“Penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah
ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan
penilaian-penilaian relatif, membandingkan antara masukan dan keluaran yang diterima”.
25 Berdasarkan definisi di atas, efisiensi pemeriksaan pajak adalah
melakukan pemeriksaan dengan penghematan sumber daya yang ada. Input
yang dikeluarkan harus lebih kecil dari penerimaan pajak yang diterima, dan dengan begitu tingkat efisiensi yang optimal dapat dicapai
dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dalam perpajakan terdapat asas ekonomi yang bermakna bahwa
harus ada efisiensi dalam pemungutan pajak. Biaya yang harus dikeluarkan dalam mengadministrasikan, mengelola, dan memungut pajak harus lebih
kecil dari penerimaan pajak. Demikian pula pengorbanan masyarakat yang timbul akibat dari pemungutan pajak harus lebih kecil daripada manfaat
yang dapat dirasakan masyarakat dari pajak Diaz Priantara, 2000 dalam Sandra Buana, 2002:66.
Nasucha 2000:3 pemeriksaan yang efisien akan ditandai dengan penghematan penggunaan sumber daya berupa waktu, tenaga, material,
dan sarana yang ada. Namun pengukuran efisiensi tehadap biaya seperti organsasi laba tidak dapat dilakukan sebagai contoh biaya perjalanan dinas
pemeriksaan dibandingkan dengan penerimaan setoran pajak. Biaya perjalanan dinas yang pemeriksaan yang tetap tidak mungkin dijadikan
acuan berapa besarnya penetapan yang diterbitkan. Efisiensi waktu akan ditunjukkan dengan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian
pemeriksaan, tingkat kerelaan terhadap tersitanya waktu wajib pajak, efisiensi material ditunjukkan dengan jenis data yang dibutuhkan oleh
Fiskus Teddy Sanguadi, 2004:28.
26 Efisien adalah ukuran berapa banyak input untuk masing-masing
unit out put. Sistem pemungutan pajak adalah sistem kebijakan publik yang mencakup hubungan timbal balik antar tiga unsur, yaitu: kebijakan
publik, pelaku kebijakan, dan lingkungan Osbone dan Gaebler, 2000:23 dalam Totok Harianto, 2006:17.
Dipantau dari kebijakan publik adalah keluaran output dan dampak impacts. Keluaran kebijakan meliputi barang, layanan, atau sumber daya
yang diterima oleh sekelompok sasaran, sedangkan dampak berkenaan dengan akibat yang diharapkan. Kebijakan publik dalam penelitian ini
berupa peraturan perundangan perpajakan, pelaku kebijakan adalah aparat dan wajib pajak, sedangkan lingkungan kebijakan adalah tempat
diberlakukannya kebijakan. Peraturan perpajakan digunakan untuk mempengaruhi perilaku
setiap orang untuk tujuan ekonomi dan sosial. Efek ini begitu penting pada sistem pemungutan pajak yang berdasarkan self assesment dan kepatuhan
sukarela voluntary compliance. Mengetahui motif dan kebutuhan serta faktor pencipta kekuatan dan kelemahannya menjadi penting bagi pembuat
kebijakan pajak dalam pelaksanaan maupun evaluasi. Pencapaian penerimaan pajak pada posisi ekstrim dapat dicapai dengan menjalankan
pemeriksaan dan pengenaan sanksi yang memiliki kemungkinan timbulnya biaya tinggi.
Agar adil, sistem perpajakan yang baik sebaiknya efisien, menggunakan sesedikit mungkin dana serta sumber daya lainnya Rosen,
27 1999:88 dalam Sandra Buana 2002:66. Tiga ukuran dari efisiensi
perpajakan yaitu: biaya administrasi, biaya kepatuhan, serta beban lebih. a.
Biaya Administrasi Untuk memungut pajak, dibutuhkan biaya. Pemerintah harus
mempekerjakan petugas pemungut untuk mengumpulkan penerimaan pajak, petugas klerikal data untuk memproses laporan SPT wajib
pajak, petugas pemeriksa untuk menilaimengawasi SPT tersebut, para ahli hukum untuk menangani perkara yang mungkin timbul serta
akuntan untuk melacak aliran dana. Biaya administrasi tentu saja terdiri dari biaya seluruh sumber daya pada sektor publik untuk melaksanakan
masing-masing jenis pajak. Hal ini terdiri dari gaji, upah tenaga kerja, serta akomodasi yang digunakan oleh staf.
b. Biaya Kepatuhan
Wajib pajak sangatlah sulit untuk dihitung. Biaya mematuhi ketentuan perpajakan tidak hanya terdiri dari uang yang dibelanjakan untuk
membayar akuntan dan konsultan pajak, tetapi juga waktu yang dihabiskan wajib pajak untuk memenuhimelengkapi SPT tersebut.
Biaya tersebut termasuk pula biaya mental yang ditandai dengan penderitaan kecemasan sebagai hasil dari kegiatan perpajakan.
Walaupun biaya tersebut bukanlah merupakan pengeluaran kebutuhan langsung, tetap merupakan “Sesuatu yang setara dengan pengeluaran
dimana setiap orang berkeinginan untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari biaya tersebut”.
28 c.
Beban Lebih Sebagai bagian dari penerimaan negara yang meningkat, pajak
menimbulkan biaya ekonomi bagi masyarakat. Biaya-biaya tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: beban lebih perpajakan, biaya
kepatuhan, dan biaya adminstrasi. Biaya lebih dari suatu pajak tergantung dampak yang ditimbulkan pada mekanisme harga
berjalanberlaku. Sedangkan ada tiga tolok ukur untuk menilai administrasi pajak agar
efisien menurut Devas 2000:67, yaitu sebagai berikut: a.
Upaya pajak merupakan perbandingan antara hasil suatu sistem pajak dengan kemampuan masyarakat untuk membayar pajak.
b. Hasil guna pajak mengukur hubungan antara hasil pungutan suatu pajak
dengan potensi hasil pajak itu sendiri. Di sini semua wajib pajak diharapkan akan membayar pajak terutangnya masing-masing.
c. Daya guna pajak adalah untuk menilai kemampuan administrasi
perpajakan baik efisien, eksternal, maupun efisiensi internal. Dari penjelasan di atas, maka untuk mendapatkan suatu penerimaan
pajak yang maksimal diperlukan penerapan administrasi pajak yang efisien. Semakin besar beban lebih dari suatu jenis pajak, maka akan
semakin kecil tingkat efisiensinya. Dengan penerapan administrasi pajak oleh instansi yang berwenang ini, akan mendapatkan out put kinerja
administrasi pajak.
29
3. Kualitas Pemeriksaan Pajak