29
3. Kualitas Pemeriksaan Pajak
Kualitas menurut Kotler 2001:84 adalah sebagai berikut: “Quality is the totality of features and characteristics of a product or
service that bear in its ability to satisfy started or implied needs”. Artinya kualitas merupakan totalitas ciri-ciri dan karakteristik suatu
produk atau jasa yang berpusat pada kemampuan produk tersebut untuk memuaskan atau memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Kualitas jasa
merupakan karakteristik yang harus dipenuhi dalam pemeriksaan pajak, sehingga kepuasan wajib pajak terhadap kualitas pemeriksa sesuai dengan
norma-norma yang ada. Sedangkan kualitas menurut Fandy Tjiptono 2000:51 adalah
sebagai berikut: “Kualitas pelayanan atau jasa adalah upaya pemenuhan kebutuhan dan
keinginan pelayanan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan”.
Berdasarkan definisi di atas, kualitas pemeriksaan pajak digambarkan sebagai bentuk sikap, tetapi tidak sama dengan kepuasan,
yang dihasilkan dari perbandingan antara harapan wajib pajak dengan kemampuan pemeriksa pajak. Kualitas dari sebuah pelayanan sangat
tergantung pada dua variabel, yaitu pelayanan yang diharapkan atas pelayanan dari pemeriksa pajak dan pengalaman yang telah dialami
sebelumnya. Kualitas
pemeriksaan pajak
ditentukan oleh
norma-norma pemeriksaan yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
30 199PMK.032007 tentang tata cara pemeriksaan yang pada dasarnya
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: a.
Norma pemeriksaan yang berkaitan dengan pemeriksa pajak, yang menyangkut kualifikasi tertentu yang harus dimiliki oleh pemeriksa.
b. Norma pemeriksaan yang berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan,
yang menyangkut tata cara dalam melaksanakan pemeriksaan. c.
Norma pemeriksaan yang berkaitan dengan wajib pajak, yang mengatur bagaimana hubungan pemeriksa dengan wajib pajak selama melakukan
pemeriksaan. Dalam penelitian ini pemeriksaan akan ditelaah menurut beberapa
kriteria yaitu dengan memasukkan variabel: efektivitas, efisiensi, dan kualitas dalam hubungannya dengan tingkat kemudahan penagihan
tunggakan pajak yang masih harus dibayar sebagai hasil pemeriksaan. Seperti telah diuraikan sebelumnya pemeriksaan akan mendorong
perubahan sikap wajib pajak agar patuh terhadap peraturan yang berlaku, dengan demikian wajib pajak harus diberikan pula kesempatan
mendapatkan hak-haknya saat dilakukan pemeriksaan. Pemenuhan hak secara memadai mendekatkan pada kepuasan atas kualitas pemeriksaan itu
sendiri. Pemeriksaan yang berkualitas akan ditunjukkan dengan adanya
kepastian hukum pelaksanaan uji kepatuhan dan penetapannya. Pemeriksaan yang dijalankan oleh fiskus untuk menentukan besarnya
pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak harus berkepastian hukum
31 baik mengenai subjek, objek dasar pengenaan, dan saat terutangnya. Dari
pemeriksaan tersebut wajib pajak dapat mengetahui objek pajak yang menjadi kewajibannya, sehingga apabila ternyata dikenakan sanksi
administrasi wajib pajak dapat menguji, membandingkan, dan meyakini keandalannya Santoso Brotodiharjo, 1991:32 dalam Totok Harianto
2006:25. Sedangkan menurut Fandy Tjiptono 2005:261 ada kriteria kualitas
harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: a.
Profesionalisme dan keahlian. b.
Sikap dan perilaku. c.
Keandalan dan sifat dipercaya. d.
Kredibilitas. Berdasarkan uraian diatas, kualitas pemeriksaan pajak digambarkan
sebagai adanya profesionalisme pemeriksa pajak dalam pemeriksaan pajak, dan tentunya mempunyai kredibilitas yang tinggi. Keandalan dan
perilaku juga mempunyai pengaruh dalam pemeriksaan pajak sehingga dengan demikian wajib pajak bisa patuh terhadap peraturan yang ada.
E. Kebijakan Penagihan Pajak