Selain berat badan menurut umur sebagai salah satu indeks antropometrik dalam mengukur status gizi, tinggi badan bagi bayi sering disebut panjang badan menurut
umur merupakan antrompometrik yang menggambarkan keadaan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.
Pertumbuhan badan relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Oleh sebab itu indeks ini sering dipergunakan untuk mengetahui
status gizi pada masa lalu hingga saat ini. Keuntungan indeks tinggi badan menurut umur adalah:
a. Baik untuk menilai status gizi masa lampau
b. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa.
2.4.3. Klasifikasi
Secara konsep, klasifikasi status gizi terutama bagi bayi dan anak balita telah banyak dilakukan. Walaupun demikian klasifikasi tersebut selain berbeda menurut
parameter penilaian, dapat saja suatu klasifikasi dimodifikasi maupun dikembangkan dengan klasifikasi sesudahnya.
Menurut Supariasa, dkk 2002, dalam melakukan pengukuran antropometri gizi ukuran yang dapat dipergunakan terdiri dari:
a Linier: tinggi badan, lingkar dada, lingkar kepala. Menunjukkan keadaan gizi
gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu lampau. b
Masa jaringan: berat badan, lingkar kengan atas, tebal lemak di bawah kulit. Menunjukkan keadaan gizi gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein
yang diderita sekarang atau pada saat pengukuran.
Universitas Sumatera Utara
Kekurangan zat gizi sering diidentifikasi sebagai Kurang Energi Protein KEP. Menurut Supariasa, dkk 2002, Kurang Energi Protein KEP adalah seseorang yang
kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu.
Untuk menilai status gizi, saat ini dikenal 2 baku antropometrik, yaitu: Baku Harvard dan Baku WHO-NCHS World Health Organization – National Centre for
Health and Statistics. Dalam semiloka Antropometrik di Ciloto tahun 1991 telah disepakati bahwa untuk menyeragamkan penggunaan baku antropometrik di
Indonesia digunakan baku rujukan WHO-NCHS. Penilaian status gizi bayi dan anak balita berdasarkan berat badan menurut umur dan panjang badan menurut umur dapat
dihitung dengan menggunakan Z-score atau standar deviasi. Penilaian status gizi berdasarkan berat badan menurut umur BBU menurut
Departemen Kesehatan yang dikutip Simanjuntak 2003, dibagi atas 4 kategori sebagai berikut:
- Status gizi lebih : Z-score +2 SD
- Status gizi baik : Z-score -2
≤ sd ≤ +2 - Status gizi kurang
: Z-score -3 ≤ sd -2
- Status gizi buruk : Z score -3 SD
Selanjutnya, penilaian status gizi berdasarkan panjang badan menurut umur PBU menurut WHO yang dikutip Supariasa 2002 di bagi dalam 3 kategori
sebagai berikut: - Normal
: Z-score ≥ -2 SD
- Pendek : Z-score -2 SD
Universitas Sumatera Utara
Demikian juga penilaian status gizi berdasarkan berat badan menurut panjang badan BBPB menurut WHO yang dikutip Supariasa 2002 di bagi dalam 3
kategori sebagai berikut: - Gemuk
: Z-score ≥ +2 SD
- Normal : Z-score -2
≤ sd ≤ +2 - Kurus
: Z-score -3 ≤ sd -2
- Kurus Sekali : Z score -3 SD
Universitas Sumatera Utara
2.5. Kerangka Konsep Penelitian