Berdasarkan tabel 3.2 di atas, jumlah sampel penelitian di wilayah kerja Puskesmas Teluk Dalam sebesar 196, Amandraya 88, dan Lolomatua 80 sehingga
seluruhnya berjumlah 364. Kemudian ditentukan secara acak sederhana secara lotre untuk masing-masing desa.
Selanjutnya keluarga yang memiliki anak usia 0 – 11 bulan sebagai sampel terpilih, maka yang menjadi respondennya adalah ibunya atau orang yang mengasuh
anak tersebut setiap harinya. Sedangkan pengukuran status gizi dilakukan pada anaknya atau anak yang diasuhnya.
3.4. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Kuesioner 2.
Alat pengukur Berat Badan Bayi 3.
Alat Pengukur Panjang Badan bayi 4.
Baku Rujukan WHO-NCHS
3.5. Cara Pengumpulan data 3.5.1. Data Primer:
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden yang dilakukan melalui:
1. Kuesioner, yang meliputi:
Universitas Sumatera Utara
a. Karakterisitik responden berupa umur, suku etnik, agama, pendidikan
terakhir, jenis pekerjaan, jumlah anggota keluarga, penghasilan keluarga, penolong persalinan, frekwensi melahirkan
b. Karakteristik bayi berupa umur, jenis kelamin, berat lahir, berat badan,
panjang badan. c.
Pemberian ASI berupa waktu pemberian, frekwensi, dan cara pemberian. d.
Pemberian MP-ASI berupa: jenis makanan, waktu pemberian, frekwensi, jumlah, cara pemberian, dan pemberi.
Kuesioner diedarkan oleh Peneliti yang dibantu para kader di lokasi penelitian. 2.
Pengukuran, yang meliputi: pengukuran berat badan dan panjang badan bayi. Pengukuran dilakukan oleh Peneliti yang dibantu para kader di lokasi penelitian
dengan menggunakan timbangan dacin untuk berat badan dan alat pengukur panjang badan untuk mengetahui panjang badan bayi yang telah disediakan
sebelumnya. Dalam pengumpulan data primer peneliti dibantu oleh kader posyandu yang
ada di lokasi penelitian.
3.5.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber yang digunakan untuk melengkapi data primer, yaitu: Kartu Menuju Sehat KMS Balita, Data yang
diperoleh dari kantor Kepala Desa antara lain Jumlah anak berusia 0 – 12 bulan dan gambaran umum lainnya mengenai daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
3.6. Defenisi Operasional
1. Pemberian ASI adalah tindakan ibu dalam memberikan ASI kepada bayi, yang
meliputi: waktu pemberian, frekwensi dan cara pemberian. a.
Waktu Pemberian adalah lamanya pemberian ASI kepada bayi setiap kali menyusui
b. Frekwensi adalah berapa kali bayi diberikan ASI dalam satu hari.
c. Cara Pemberian adalah teknik metode pemberian ASI kepada bayi
2. Pemberian MP-ASI adalah tindakan ibu danatau keluarga dalam memberi makan
bayi, yang meliputi: jenis MP-ASI, waktu pemberian MP-ASI, frekwensi pemberian MP-ASI, jumlah MP-ASI, cara pemberian MP-ASI dan pemberi MP-
ASI. a.
Waktu Pemberian adalah jadwal pemberian makanan anak apakah itu pagi, siang soremalam.
b. Frekwensi adalah berapa kali pemberian makan pada anak dalam satu hari
c. Jenis MP-ASI adalah jenis makanan yang dimakan bayi dalam 1 satu hari
d. Jumlah adalah kandungan zat gizi berupa energi dan protein dalam makanan
yang diberikan kepada bayi setiap harinya. e.
Cara pemberian adalah teknikmetode pemberian MP-ASI kepada bayi apakah dikunyah oleh si pemberi MP-ASI terlebih dahulu atau tidak.
f. Pemberi adalah orang yang paling sering memberikan MP-ASI kepada bayi
baik pagi, siang atau malam.
Universitas Sumatera Utara
3. Status Gizi adalah keadaan gizi bayi yang diketahui dengan cara membandingkan
berat badan terhadap umur, panjang badan terhadap umur dan berat badan terhadap panjang badan
3.7. Aspek Pengukuran
1. Pemberian ASI dilihat dari waktu pemberian, frekwensi pemberian dan cara
pemberian a.
Waktu pemberian dikategorikan: minimal 15 menit atau kurang dari 15 menit b.
Frekwensi pemberian dikategorikan: dibatasi terjadwal dan tanpa terjadwal sesuka bayi
c. Cara pemberian dikategorikan secara langsung disusui dan secara tidak
langsung atau melalui sendok, botol, atau media lain 2.
Pemberian MP-ASI dilihat dari jenis makanan, waktu pemberian, frekwensi pemberian, dan cara pemberian.
a. Waktu pemberian, dikategorikan pagi hari, siang, soremalam hari dan selain
dari waktu tersebut. b.
Frekwensi pemberian, dikategorikan ≥ 3 kali sehari dan 3 kali sehari c.
Jenis makanan, dikategorikan bubur, buah sayuran, susu formula atau yang lainnya
d. Jumlah, nilai zat gizi terutama energi dan protein yang dikonsumsi bayi dan
dikategorikan cukup apabila energi ≥ 250 kalori dan protein ≥ 6 gram
sedangkan dikatakan kurang energi 250 kalori dan protein 6 gram. e.
Cara pemberian, dikategorikan dikunyah terlebih dahulu atau tidak.
Universitas Sumatera Utara
f. Pemberi, dikategorikan ibu bayi atau orang lain.
3. Status gizi diukur dengan menggunakan indikator BBU, PBU dan BBPB
kemudian dikonversikan dengan standra WHO-NCHS. Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan Z-score atau standar deviasi.
Status gizi berdasarkan BBU dibagi atas 4 kategori, yaitu: - Status gizi lebih
: Z-score +2 SD - Status gizi baik
: Z-score -2 ≤ sd ≤ +2
- Status gizi kurang : Z-score -3
≤ sd -2 - Status gizi buruk
: Z score -3 SD Status gizi berdasarkan PBU dibagi atas 3 kategori, yaitu:
- Normal
: Z-score ≥ -2 SD
- Pendek : Z-score -2 SD
Status gizi berdasarkan BBPB dibagi 4 kategori, yaitu: - Gemuk
: Z-score ≥ +2 SD
- Normal : Z-score -2
≤ sd ≤ +2 - Kurus
: Z-score -3 ≤ sd -2
- Kurus Sekali : Z score -3 SD
3.8. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing, yaitu memeriksa kembali kelengkapan dan kesinambungan data yang
telah dikumpulkan 2.
Coding, memberi angka pada setiap jawaban 3.
Tabulating, mempermudah analisa data dan pengambilan kesimpulan dimana data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi
Universitas Sumatera Utara
Analisa data dilakukan dengan melihat angka dari setiap tabel, kemudian disajikan secara deskriptif.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Geografi dan Demografi
Kabupaten Nias Selatan terletak di sebelah Barat Pulau Sumatera Utara yang berjarak sekitar ± 92 mil laut dari Kota Sibolga Kabupaten Tapanuli Tengah,
terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pak-pak Barat dan Kabupaten Humbang
Hasundutan di Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Nias Selatan yang beribu kota Teluk Dalam mempunyai luas
wilayah 1.825,2 Km², dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara
: Kabupaten Nias - Sebelah Selatan
: Kepulauan Mentawai Propinsi Sumatera Barat - Sebelah Timur
: Kepulauan Mursala Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Mandailing Natal
- Sebelah Barat : Samudera Hindia
Kabupaten Nias Selatan terdiri dari 104 pulau-pulau kecil dan besar, 21 pulau di antaranya berpenghuni dan 83 pulau belum berpenghuni. Walaupun demikian, hampir
seluruh pulau-pulau tersebut aktifitas pemanfaatan lahannya telah ada. Kabupaten ini meliputi 122 desa dan 2 kelurahan yang tersebar di 8 Kecamatan.
Kecamatan di daratan adalah: Teluk Dalam yang terdiri dari 37 desa + 1 kelurahan, Amandraya yang terdiri dari 18 desa, Gomo yang terdiri dari 31 desa, Lahusa yang
terdiri dari 15 desa, Lölömatua yang terdiri dari 18 desa, dan Lölöwa’u yang terdiri
Universitas Sumatera Utara