Posyandu, karena apabila si bayi pernah dibawa ke Posyandu dan walaupun penolong persalinannya bukanlah tenaga kesehatan maka bayi tersebut akan diberikan KMS
oleh petugas Posyandu. Apabila pada bagian sebelumnya dikemukakan bahwa sekitar 45,3 persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan pada tabel di atas 66,5 bayi
memiliki KMS, hal ini mengandung pengertian bahwa ada juga ibu-ibu di Kabupaten Nias Selatan yang walaupun persalinannya tidak ditolong oleh tenaga kesehatan
namun membawa bayinya ke Posyandu. Menurut pengakuan salah seorang petugas kesehatan di Puskesmas Lolomatua, keadaan ini sebagai akibat belum terdistribusinya
tenaga kesehatan khususnya bidan di setiap desa namun kegiatan posyandu tetap ada setiap bulannya.
Dari aspek pemberian makan bayi, ketersediaan KMS di setiap keluarga akan menjadi acuan bagi keluarga tersebut untuk memperhatikan makan bayinya. Sebagai
contoh, ketika si bayi berada pada garis merah maka keluarga tersebut akan memberikan perhatian yang lebih serius untuk memperhatikan makanan bayinya
dengan memberikan porsi dan jenis makanan yang memadai tentunya. Terlebih setiap bayi yang berada pada garis merah dalam KMS akan menjadi perhatian petugas
kesehatan atau paling tidak akan diberikan penyuluhan gizi secara lebih intensif yang pada gilirannya membantu percepatan peningkatan status gizi si bayi.
4.2.3. Pemberian ASI
Pemberian ASI yang disajikan berikut ini adalah: saat pertama sekali ibu menyusui bayinya, cakupan ASI Eksklusif, lamanya menyusui, jadwal pemberian
ASI, dan metode pemberian ASI.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.18. Saat Pertama Sekali Ibu Melahirkan Melakukan Penyusuan Bayi di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2008
No Saat Pertama Menyusui
Jumlah orang
Persentase
1 2
3 Segera Setelah Melahirkan
30 – 60 Menit Setelah Melahirkan 1 Jam Setelah Melahirkan
42 280
42 11,5
77,0 11,5
Jumlah 364
100,0
Tabel 4.18. di atas menunjukkan bahwa sebagian besar 76,9 ibu-ibu di Kabupaten Nias Selatan menyusui bayinya untuk pertama sekali setelah 30 – 60
menit setelah melahirkan. Selain itu, ada sekitar 11,5 yang menyusui bayinya segera setelah melahirkan dan sisanya di atas 1 satu jam setelah melahirkan. Berarti
bahwa hanya sekitar 11,5 saat pertama sekali ibu melahirkan melakukan penyusuan bayinya yang benar karena pada saat inilah kolostrum yang berpengaruh terhadap
kesehatan bayi diterima oleh si bayi. Selain itu kontak pertama antara ibu dengan si bayi yang menjadi cikal bakal kasih sayang, perhatian, dan komunikasi si ibu dan
bayinya telah dilakukan sedini mungkin. Walaupun demikian sekitar 76,9 yang menyusui bayinya antara 30 – 60 menit sebagian besar mengaku bahwa setelah
melahirkan ada sekitar 30 – 60 menit si petugas akan merawat bayi, membersihkan badan si bayi dan memberikan pakaian, sementara si ibu dibiarkan istrahat dulu
sebelum bayinya didekatkan dengan bayinya untuk disusui. Hal ini menunjukkan bahwa bukan karena si ibu tidak mau menyusui bayinya segera setelah melahirkan
tetapi karena kondisi-kondisi di atas.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.19. Cakupan Pemberian ASI Saja di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2008
No Umur Pemberian ASI Saja
Jumlah orang
Persentase
1 2
3 4
5 6
ASI Eksklusif 0 – 6 bulan 0 – 5 bulan
0 – 4 bulan 0 – 3 bulan
0 – 2 bulan 1 bulan
19 6
7 45
90 65
8,2 2,6
3,0
19,4 38,8
28,0
Jumlah 232
100,0
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Nias Selatan hanya sebesar 8,2 sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.19. di atas.
Selanjutnya cakupan ASI saja 0 – 5 bulan sebesar 2,6, 0 – 4 bulan sebesar 3,0, 0 - 3 bulan sebesar 19,4, 0 - 2 bulan sebesar 38,8, dan 1 bulan sebesar 28,0.
Tabel 4.20. Lamanya Seorang Ibu Menyusui Bayinya di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2008
No Lamanya Menyusui
Menit Jumlah
orang Persentase
1 2
≥ 15 15
140 224
38,5 61,5
Jumlah 364
100,0
Sebagian besar 61,5 ibu-ibu di Kabupaten Nias Selatan menyusui bayinya kurang atau sama dengan 15 menit dan sisanya menyusui bayinya di atas 15 menit,
sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.20. di atas. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sekitar 38,5 lamanya menyusui yang benar. Walaupun demikian, di antara 61,5
yang lamanya menyusui di bawah 15 menit memiliki alasan menyusui tidak sampai 15 menit adalah karena produksi ASI yang terbatas, menyusui yang dilatarbelakangi
Universitas Sumatera Utara
si bayi menangis akan diberhentikan ketika si bayi tertidur, tidak dapat melakukan aktifitas lain selain menyusui selama minimal 15 menit merupakan suatu masa yang
menjemukan, dan alasan-alasan lain yang bermuara pada keterbatasan produksi ASI, bayinya tertidur atau aktifitas si ibu.
Tabel 4.21. Jadwal Pemberian ASI di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2008
No Jadwal Pemberian ASI
Jumlah orang
Persentase
1 2
Tidak Dibatasi Dibatasi
185 179
50,8 49,2
Jumlah 364
100,0
Tabel 4.21. di atas menunjukkan bahwa 50,8 ibu-ibu di Kabupaten Nias Selatan tidak membatasi anaknya menyusui atau dengan kata lain bahwa ibu-ibu di
Kabupaten Nias Selatan menyusui bayinya setiap kali diperlukan tanpa harus terjadwal. Di lain pihak, ibu-ibu di Kabupaten Nias Selatan yang membatasi jadwal
menyusui bayinya adalah sekitar 49,2. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 50,8 jadwal menyusui bayi yang benar di Kabupaten Nias Selatan. Alasan yang
dikemukakan oleh ibu-ibu yang 49,2 lagi hampir sama dengan alasan tidak menyusui minimal 15 menit.
Tabel 4.22. Metode Pemberian ASI di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2008
No Metode Pemberian ASI
Jumlah orang
Persentase
1 2
Secara Langsung Disusui Melalui sendokbotolmedia lain
361 3
99,2 8
Jumlah 364
100,0
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, berdasarkan tabel 4.22. di atas diketahui bahwa 99,2 pemberian ASI yang dilakukan oleh ibu-ibu di Kabupaten Nias Selatan adalah secara langsung
atau disusui langsung tanpa melalui penggunaan sendok, botol, atau media lain. Pada hakekatnya, pemberian ASI kepada bayi di Kabupaten Nias Selatan seluruhnya
dilakukan dengan cara menyusui secara langsung, namun 3 tiga orang yang menggunakan media lain terjadi karena 1 satu orang menderita penyakit kulit di
sekitar payudaranya sehingga tidak tega apabila penyakit kulit yang dideritanya pindah kepada bayinya, sementara 2 dua orang lagi dikarenakan dalam keadaan
sakit dan sesuai anjuran orang tua agar selama sakit tidak menyusui secara langsung karena takut penyakit yang sedang dideritanya ketularan kepada bayinya.
4.2.4. Pemberian MP-ASI
Pemberian MP-ASI yang disajikan berikut ini adalah jadwal pemberian MP- ASI, frekwensi pemberian, jenis dan bentuk MP-ASI, pengolahan MP-ASI,
kecukupan takaran volume MP-ASI, pengunyahan, pemberi, serta kecukupan nilai kalori dan protein dalam MP-ASI.
Tabel 4.23. Umur Pertama Sekali Bayi Diberi MP-ASI di Kabupaten Nias
Selatan Tahun 2008
No Umur Bayi
bulan Jumlah
orang Persentase
1 2
3 4
5 6
≤ 1 2
3 4
5
≥ 6 65
90 45
7 6
19 28,0
38,8 19,4
3,0 2,6
8,2
Jumlah 232
100,0
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.23. di atas dapatlah diketahui bahwa umur pertama sekali bayi diberi MP-ASI di Kabupaten Nias Selatan adalah sebesar 28 pada umur 1
satu bulan, sebesar 38,8 pada umur 2 dua bulan, sebesar 19,4 pada umur 3 tiga bulan, sebesar 3,0 pada umur 4 empat bulan, dan sebesar 2,6 pada umur 5
lima bulan serta sisanya merupakan ASI Eksklusif yang dianjurkan. Perlu ditambahkan bahwa dari jumlah sampel penelitian sebanyak 364 bayi, ada sebanyak
132 bayi yang belum mencapai usia 6 enam bulan tetapi sampai pada saat penelitian ini dilakukan mereka belum diberikan MP-ASI. Sehingga dengan demikian sampel
sejumlah 132 tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai ASI Eksklusif atau tidak. Keadaan ini tentu merupakan parameter utama seberapa besar penerapan ASI
Eksklusif di Kabupaten Nias Selatan. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti sebagai alasan para si ibu tidak menerapkan ASI Eksklusif antara lain adalah kondisi
si bayi yang sejak lahir kurang sehat BBLR, tidak ada larangan dari orang tua keluarga untuk memberi makan bayi walaupun belum berusia di atas 6 bulan, tradisi
Nias yang tidak memperhatikan umur si bayi ketika memberi makan, produksi ASI yang rendah sebagai akibat status gizi ibu yang rendah, tidak teganya orang tua
menikmati makanan tanpa diberikan kepada si bayi, dan alasan-alasan lainnya yang bermuara pada status gizi bayi, produksi ASI dan tradisi yang ada.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.24. Jadwal Pemberian MP-ASI di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2008 No
Jadwal Pemberian MP-ASI Jumlah
orang Persentase
1 2
3 4
5 6
Pagi, Siang, dan SoreMalam Pagi dan SoreMalam
Pagi dan Siang Pagi
Siang SoreMalam
54 48
49 32
25 24
23,3 20,7
21,2 13,8
10,8 10,3
Jumlah 232
100,0
Jadwal pemberian MP-ASI setiap harinya bagi bayi di Kabupaten Nias Selatan adalah hanya sebanyak 23,3 diberikan pada pagi hari, siang, dan sore malam dan
sisanya tidaklah demikian sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.24. di atas. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sekitar 23,3 jadwal pemberian MP-ASI di Kabupaten
Nias Selatan yang benar. Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh si ibu sehingga tidak dapat memberikan MP-ASI secara benar yaitu pagi, siang, dan
soremalam, antara lain ketersediaan bahan makanan, apabila produksi ASI tidak ada baru diberi MP-ASI dan makanan si bayi tidak sama dengan makanan orang dewasa
sehingga memerlukan waktu khusus dalam pengolahannya. Tabel 4.25. Frekwensi Pemberian MP-ASI di Kabupaten Nias Selatan Tahun
2008 No
Frekwensi Pemberian MP-ASI kali
Jumlah orang
Persentase
1 2
≥ 3 3
54 178
23,3 76,7
Jumlah 232
100,0
Universitas Sumatera Utara
Hal ini sejalan dengan tabel 4.25. di atas yang menunjukkan bahwa 23,3 frekwensi pemberian MP-ASI bagi bayi di Kabupaten Nias Selatan minimal 3 tiga
kali dalam satu hari.
Tabel 4.26. Jenis MP-ASI yang Diberikan kepada Bayi di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2008
No Jenis MP-ASI
Jumlah orang
Persentase
1 2
3 Bubur, buah
Susu Formula Nasi
202 5
25 87,0
2,2 10,8
Jumlah 232
100,0
Sebanyak 87,0 jenis MP-ASI yang diberikan kepada bayi di Kabupaten Nias Selatan 87,0 adalah dalam bentuk bubur, dan buah. Bubur yang diberikan berupa
nasi tim dan ditambah dengan lauk-pauk, dan buah yang sering diberikan adalah pisang.
Selanjutnya untuk mempertajam analisa, berikut ini disajikan tabulasi silang antara umur bayi dengan jenis MP-ASI yang diberikan sebagaimana tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.27. Umur Bayi dengan Jenis MP-ASI yang Diberikan di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2008
No Umur Bayi
Jenis MP-ASI Bubur Buah
Susu Formula Nasi
n n
n
1 2
3 4
5 6
7 8
9
10 11
1 bulan 2 bulan
3 bulan 4 bulan
5 bulan 6 bulan
7 bulan 8 bulan
9 bulan
10 bulan 11 bulan
20 21
24 27
23 24
26 32
30 0,0
0,0 9,9
10,4 11,9
13,4 11,4
11,9 12,9
10,4
7,9 1
2 2
20,0 40,0
40,0
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 0,0
11 14
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 0,0
0.0
44,0 56,0
Jumlah 202
100,0 5
100,0 25
100,0
Berdasarkan tabel 4.27. di atas, dapatlah diketahui bahwa jenis susu formula hanya diberikan kepada bayi yang berumur 1 – 3 bulan yaitu 20 untuk bayi
berumur 1 bulan, 40 berumur 2 bulan, dan 40 lagi berumur 3 bulan. Selanjutnya nasi diberikan kepada umur 10 – 11 bulan yaitu 44 yang berumur 10 bulan dan 56
yang berumur 11 bulan. Di lain pihak bubur buah diberikan kepada bayi yang berumur 3 – 11 bulan dan hampir merata jumlahnya untuk setiap umur bayi.
Tabel 4.28. Bentuk MP-ASI yang Diberikan kepada Bayi di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2008
No Bentuk MP-ASI
Jumlah orang
Persentase
1 2
3 4
Diperhalus Kadang-kadang Diperhalus
Makanan Orang Dewasa Cairan
119 82
25 5
51,3 35,7
10,8
2,2
Jumlah 232
100,0
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.28. di atas, dapat diketahui bahwa 51,3 bentuk MP-ASI yang diberikan kepada bayi di Kabupaten Nias Selatan adalah dalam bentuk yang
diperhalus, 35,7 kadang-kadang diperhalus dan kadang-kadang tidak. Jenis makanan yang diperhalus tidak diperhalus adalah jenis makanan bubur dan buah.
Nasi atau makanan orang dewasa sekitar 10,8 dan sisanya adalah jenis makanan susu formula yang diberikan dalam bentuk cair. Cara memperhalus MP-ASI antara
lain dikunyah, dimasak bubur kemudian dihaluskan dengan cara digiling memakai gelas yang ditekan-putar di atas piring. Apabila jenis makanannya dianggap lunak
seperti galame jenis kue di Nias yang berbahan tepung dan gula saja kemudian dibungkus dengan menggunakan daun pisang.
Tabel 4.29. Pengolahan MP-ASI yang Diberikan kepada Bayi di Kabupaten
Nias Selatan Tahun 2008 No
Pengolahan MP-ASI Jumlah
orang Persentase
1 2
Dimasak Terlebih Dahulu Kadang-kadang Dimasak Terlebih Dahulu
226 6
97,4 2,6
Jumlah 232
100,0
Tabel 4.29. di atas menunjukkan bahwa sebagian besar atau sekitar 97,4 MP- ASI yang diberikan kepada bayi di Kabupaten Nias Selatan dimasak terlebih dahulu
dan 2,6 kadang-kadang dimasak dan kadang-kadang tidak. Tidak ditemuka n MP- ASI yang tidak pernah dimasak terlebih dahulu sebelum diberikan kepada bayi.
Keadaan ini sangatlah kondusif bagi pencegahan berbagai penyakit yang ditularkan melalu makanan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.30. Pengunyahan MP-ASI Sebelum Diberikan kepada Bayi di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2008
No Pengunyahan MP-ASI
Jumlah orang
Persentase
1 2
3 Selalu
Kadang-kadang Tidak Pernah
62 97
73 26,7
41,8 31,5
Jumlah 232
100,0
Praktek pemberian MP-ASI kepada bayi di Kabupaten Nias Selatan masih ditemuka n sebanyak 26,7 yang dikunyah sebelum diberikan, 41,8 yang kadang-
kadang dikunyah kadang-kadang tidak, dan 31,5 yang diberikan tanpa dikunyah terlebih dahulu. Hal ini dapat dilihat sebagaimana pada tabel 4.30. di atas.
Tabel 4.31. Pemberi MP-ASI kepada Bayi di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2008
No Pemberi MP-ASI
Jumlah orang
Persentase
1 2
Selalu Ibu Kadang-kadang Ibu
225 7
97,0 3,0
Jumlah 232
100,0
Sebagian besar atau sekitar 97 pemberi MP-ASI kepada bayi di Kabupaten Nias Selatan dilakukan secara langsung oleh ibu bayi sebagaimana dapat dilihat pada
tabel 4.31. di atas. Sekitar 3 yang kadang-kadang ibu mengandung arti bahwa pemberi makan si bayi selain ibunya adalah kakak si bayi, nenek si bayi atau orang
lain. Hal ini terjadi apabila si ibu memiliki kesibukan seperti memasak, mandi sebagian besar aktifitas mandi di Kabupaten Nias Selatan menggunakan Kamar
Mandi Umum ataupun kegiatan lain yang tidak bisa ditunda ataupun diwakilkan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.32. Kecukupan Kandungan Kalori dalam MP-ASI yang Diberikan kepada Bayi di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2008
No Kecukupan Kalori
Jumlah orang
Persentase
1 2
Cukup Kurang
64 168
27,6 72,4
Jumlah 232
100,0
Berdasarkan tabel 4.32. di atas, dapat diketahui bahwa hanya 27,6 kandungan kalori dalam MP-ASI yang diberikan kepada bayi di Kabupaten Nias Selatan
termasuk kategori cukup, sedangkan sisanya masih termasuk kategori kurang. Intake kalori yang tidak cukup rendah tentu akan menyebabkan status gizi bayi yang
rendah. Tabel 4.33. Kecukupan Kandungan Protein dalam MP-ASI yang Diberikan
kepada Bayi di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2008 No
Kecukupan Protein Jumlah
orang Persentase
1 2
Cukup Kurang
22 210
9,5 90,5
Jumlah 232
100,0
Demikian juga kandungan protein dalam MP-ASI yang diberikan kepada bayi di Kabupaten Nias Selatan, tabel 4.33. menunjukkan hanya 9,5 yang termasuk
kategori cukup dan sebagian besarnya 90,5 masih termasuk kategori kurang. Sama seperti halnya dengan kalori, intake protein yang tidak cukup juga akan
menyebabkan rendahnya status gizi bayi.
Universitas Sumatera Utara
4.2.5. Status Gizi