menuturkan, ia selalu mengakui dan menceritakan keadaan keluarganya dengan percaya diri dan bangga apabila ada orang yang bertanya padanya. Begitu juga
hubungannya dengan istri kedua ayahnya, FJ memanggilnya dengan sebutan bunda F, karena mereka sudah tinggal serumah sejak ia berumur sepuluh tahun maka ia sudah
menganggap bunda F seprti ibunya juga. Apalagi menurutnya, bunda F juga sangat menyayanginya dan tidak membeda-bedakannya dengan anaknya sendiri.
4.1.3.6. AT
AT adalah seorang mahasiswa semester empat yang kini berusia 20 tahun. Menurutnya pandangan AT terhadap ayahnya yang memiliki empat orang istri biasa-
biasa saja. Walaupun dulu ia pernah merasa malu akan keadaan keluarganya tetapi kini ia sudah terbiasa hidup dalam keluarga yang mempunyai empat orang ibu.
Apalagi menurutnya, ibu-ibu tirinya ini sangat baik dan sangat sayang padanya, bahkan jika ibunya sedang tidak berada di Medan, ia mendapatkan pengganti ibunya
dari ibu-ibu tirinya itu. Karena itu tidak jarang ia menginap di rumah salah satu ibu tirinya.
4.2. Interaksi Sosial Keluarga Yang Berpoligami 4.2.1. Keluarga bapak AA dan ibu EF
Hubungan interaksi yang terjadi pada keluarga ibu EF dan bapak AA, setelah bapak AA berpoligami menjadi lebih tidak harmonis, bahkan anak-anak dari istri
pertamanya pernah datang ke rumah istri keduanya sehingga terjadi perkelahian.
Universitas Sumatera Utara
Seperti yang dikatakan bapak AA kepada penulis : “Anak-anak dari istri pertama saya pernah datang kesini. Tetapi sewaktu
mereka datang saya sedang tidak berada di rumah, hanya istri saya dan keponakannya saja yang sedang berada di rumah. Mereka sampai memukuli
istri saya. Untungnya saja ada tetangga yang melerainya. Selain itu juga, anak-anak saya itu menghancurkan barang-barang yang ada di rumah dan istri
kedua saya hanya bisa diam. Sampai sekarang hubungan saya dengan istri pertama dan juga anak-anak saya tidak berjalan dengan baik”.
Wawancara, Juni 2007
Hal yang sama juga di kemukakan oleh ibu EF. Wanita yang berpendidikan hanya sampai SMU ini mengatakan hubungannya kini dengan suaminya menjadi
lebih tidak baik lagi. Apalagi prilaku kasar suaminya yang sudah ada sejak dulu itu semakin lama semakin menjadi-jadi saja. Bahkan dulu pernah suami dan anak
pertamanya bertengkar karena anak pertamanya itu ingin melindungi ibu EF dari pemukulan yang ingin dilakukan suaminya terhadapnya.
Setelah suaminya berpoligami hubungannya dengan keluarga dari suaminya tetap berjalan dengan baik apalagi antara keluarga ibu EF dengan keluarga dari
suaminya masih ada hubungan keluarga. Bahkan keluarga dari pihak suaminya lebih memihak padanya daripada dengan suaminya.
4.2.2. Keluarga bapak BT dan ibu NR
Hubungan interaksi yang terjadi dalam keluarga ibu NR dan bapak BT memang sudah lama tidak harmonis. Mereka sering terlibat pertengkaran. Selama
terjadi hubungan yang tidak harmonis ini, ibu NR dan suaminya sangat jarang melakukan hubungan suami-istri, bahkan terkadang suaminya memaksanya hingga
pernah memukul dan mencekiknya. Mungkin karena permasalahan inilah yang
Universitas Sumatera Utara
mendorong suaminya untuk menikah lagi. Hingga saat ini interaksi antara ibu NR dan suaminya tidak berjalan baik dan tidak harmonis karena hanya sebulan sekali saja
suaminya pulang ke rumah bahkan bisa 2-3 bulan sekali itupun tidak lama tinggal di rumah. Begitu juga hubungan antara ibu NR dengan istri kedua suaminya dan juga
dengan anak-anak ibu NR, mereka tidak bisa membina hubungan yang baik. Setelah suaminya berpoligami, hubungan ibu NR dengan keluarga suaminya menjadi
renggang bahkan ibu NR sudah jarang berkunjung ke rumah keluarga suaminya itu. Hanya pada saat lebaran tiba atau ada acara-acara tertentu saja ibu NR datang
bersama anak-anaknya. Sementara hubungan ibu NR dengan keluarga tidak ada masalah. Mereka pernah memberikan usulan agar ia meminta cerai saja pada
suaminya. Permintaan cerai ini memang pernah dikatakannya pada suaminya tetapi suami ibu NR malah mengancam akan membunuhnya jika permintaan cerai itu
kembali diucapkannya. Hubungan yang tidak baik dan harmonis antara keluarga istri pertamanya
dengan keluarga istri keduanya diakui bapak BT sebagai kesalahannya. Karena dari awal ia menikah lagi, pak BT tidak pernah memperkenalkan istri keduanya kepada
istri pertamanya. Hubungan yang tidak baik antara istri pertama dengan istri kedua ini tentu tidak lepas dari peran pak BT yang tidak bisa menciptakan suasana yang baik
antara kedua istrinya. Menurut bapak BT, tidak mungkin ia memperkenalkan istri keduanya kepada keluarga dari istri pertamanya karena kemungkinan yang terjadi
bukan menciptakan suasana yang baik tetapi bisa menciptakan suasana yang lebih buruk lagi.
Universitas Sumatera Utara
4.2.3. Keluarga bapak DH dan ibu AN
Semenjak suaminya berpoligami, hubungan ibu AN dengan suaminya menjadi tidak harmonis dan suaminya sudah jarang sekali pulang ke rumah.
Kalaupun pulang ke rumah hanya membuat keributan dan pertengkaran tetapi menurutnya suaminya tidak pernah memukulinya. Begitu juga dengan anak-anak ibu
AN, mereka hanya mau bertemu kalau hanya ingin mengambil uang untuk biaya kebutuhan sehari-hari mereka. Uang ini mereka ambil di rumah istri kedua suaminya
tersebut. Lain halnya dengan 2 orang anak perempuannya yang paling kecil. Ibu AN mengatakan kedua anaknya ini masih mau menyapa ayahnya jika sedang berada di
rumah dan mau jika diajak untuk berjalan-jalan. Sebagai seorang kepala keluarga dan suami dari kedua orang istrinya, bapak
DH berusaha untuk adil pada kedua istrinya dan juga telah berusaha untuk membina hubungan yang baik dan dekat dengan semua anak-anaknya. Tetapi hingga saat ini ia
belum bisa juga menciptakan hubungan yang baik diantara keluarga istri pertamanya dengan keluarga istri keduanya.
4.2.4. Keluarga bapak IZ dan kak IM
Dalam membina hubungan baik antara istri pertama dan keduanya bapak IZ mengalami kesulitan. Apalagi sewaktu pak IZ menikah untuk kedua kalinya, ia
ditentang oleh orang tua dan keluarganya serta tidak ada izin dari istri pertamanya. Tetapi walaupun demikian menurut pengakuan pak IZ, ia sudah berusaha untuk
membina hubungan baik diantara kedua istrinya tetapi masing-masing pihak tidak ada yang mau mengalah. Sementara anak-anak bapak IZ yang masih kecil-kecil belum
Universitas Sumatera Utara
bisa mengerti dan memahami sepenuhnya apa yang terjadi diantara orang tuanya. Bapak IZ menyadari bahwa hubungan yang tidak baik antara istri pertama dan istri
keduanya adalah karena kesalahan bapak IZ, ini tentu merupakan salah satu dampak yang tidak baik dari perkawinan poligami. Walau keduanya tidak begitu saling
mengenal tetapi keduanya tentu sama-sama ingin mendapat perhatian dan kasih sayang yang lebih dari bapak IZ, untuk itu bapak IZ berusaha bisa bersikap cukup
adil. Berikut penuturan bapak IZ kepada penulis :
“Hubungan antara istri pertama dan istri kedua saya memang kurang baik sehingga saya kesulitan dalam membina hubungan yang baik diantara mereka.
Masing-masing pihak tidak ada yang mau mengalah dan mereka sama-sama ingin diperhatikan. Bagaimanapun statusnya, sekarang keduanya sudah
menjadi istri saya, mau diceraikan salah satunya kasihan anak-anak saya tetapi ini juga bukan salah saya saja. Namun saya berusaha untuk mempertahankan
kedua istri saya dan anak-anak dengan baik, membagi kebutuhan materi dan non materi dengan cukup adil walau saya sendiri ragu sudah adil atau belum”.
Wawancara, Juni 2007
Mengenai hari jatah gilir, bapak IZ juga telah membaginya yaitu tiga hari untuk istri pertamanya dan tiga hari untuk istri keduanya sedangkan satu hari lagi
tergantung kepada suaminya, apakah ia pergi dengan istri pertamanya atau dengan istri keduanya. Pembagian mengenai hari jatah gilir ini diterima oleh kedua istrinya
tanpa ada masalah. Hal yang sama juga dikatakan oleh kak IM. Menurutnya hubungannya dengan
istri kedua suaminya memang berjalan kurang baik walaupun ia pernah bertemu dengan istri kedua suaminya itu tetapi mereka tidak pernah bertengkar dan juga tidak
saling bertegur sapa.
Universitas Sumatera Utara
Seperti yang dikatakan kak IM kepada penulis : “Saya tidak begitu kenal dengan dia. Kami hanya beberapa kali saja bertemu
itu pun tidak pernah bertegur sapa. Bagaimanapun saya merasa dia merebut bapak dari saya, seharusnya dia tahu kalau bapak itu sudah mempunyai istri
dan anak, masak direbut juga. Sampai sekarang saya masih menyimpan kebencian dengannya”.
Wawancara, Juni 2007
Hubungan bapak IZ dengan keluarga luasnya terutama dengan orang tuanya memang sedikit renggang. Menurutnya kedua orang tuanya itu belum bisa menerima
dan tidak menyetujui perkawinan poligami yang dilakukannya. Sedangkan hubungan kak IM dengan keluarga luas bapak IZ cukup dekat, karena sejak awal keluarga
bapak IZ memang telah menyukai sikap dan kepribadian kak IM apalagi kak IM berasal dari kampung yang sama dengan mereka dan juga karena kak IM adalah
pilihan mereka.
4.2.5. Keluarga bapak PW dan ibu RP
Hubungan diantara keempat keluarganya berjalan dengan baik dan sangat harmonis dengan rasa kekeluargaan yang sangat akrab. Bapak PW cukup berhasil
dalam membina hubungan yang baik yang saling menghargai dan menghormati antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lainnya. Hubungan yang baik antara
semua keluarga yang dipimpinnya ini tidak lepas dari peran bapak PW untuk menciptakan suasana yang harmonis dalam mewujudkan kehidupan keluarga yang
lebih Islami. Hubungan yang harmonis ini tidak saja terjadi pada keempat istri bapak PW tetapi juga antara anak-anaknya yang berlainan ibu. Bapak PW mengatakan
bahwa hubungan antara anak-anaknya bisa berjalan dengan harmonis. Bapak PW
Universitas Sumatera Utara
tidak membeda-bedakan mereka dan juga berusaha untuk tetap memperhatikan segala kebutuhan anak-anaknya, pendidikannya, nilai-nilai agama serta pergaulan anak-
anaknya diantara kesibukan kerjanya dalam menjalankan usaha rumah makan ayam bakar miliknya.
Ibu RP juga mengatakan bahwa hubungan keluarganya kini semakin harmonis. Mereka berusaha untuk sering bertemu dan sillahturahmi dalam acara-
acara pengajian keluarga dan juga berusaha untuk hidup berdampingan sebagai istri- istri yang saling menghormati dan menyayangi. Selain itu juga agar hubungan
diantara anak-anak mereka harmonis maka mereka biasanya meluangkan waktu untuk mempertemukan anak-anak di acara rekreasi. Semakin seringnya mereka bertemu
maka hubungan mereka dapat berjalan baik dan lancar dan juga mereka dapat saling menyayangi.
Berikut penuturan ibu RP kepada penulis: “Hubungan keluarga kami Insya Allah sekarang labih harmonis.
Alhamdulillah hubungan kami seperti kakak-beradik. Kami hidup berdampingan sebagai istri-istri yang saling menghormati dan saling
menghargai. Sampai saat ini kami tetap harmonis dan saling mendukung satu dengan yang lainnya. Dan kami pun bahagia dan bangga karena mempunyai
seorang suami yang dapat memimpin kami ke jalan Allah dan berani untuk bersikap adil. Sedangkan untuk mngatasi rasa cemburu dengan sesama istri,
kami berusaha untuk sering bertemu dan silahturrahmi dalam acara pengajian keluarga. Demikian juga anak-anak. Mereka akur dan saling menyayangi.
Seminggu dua kali kami berusaha untuk mempertemukan anak-anak di arena rekreasi. Alhamdulillah semua bisa berjalan lancar sehingga saya merasa
bahwa ini merupakan rahmat tersendiri bagi keluarga besar kami”. Wawancara, Mei 2007
Begitu juga hubungan antara keluarga luas dengan ibu RP, suaminya maupun dengan keluarga dari istri yang lain suaminya. Menurut ibu RP, hubungan mereka
Universitas Sumatera Utara
lancar dan baik-baik saja. Walaupun pada mulanya ada masalah-masalah yang terjadi dan mereka menyayangkan mengapa ibu RP bersedia untuk dipoligami. Tetapi bagi
ibu RP, ini adalah urusannya dengan Allah SWT karena dengan poligami ibu RP sedikit demi sedikit bisa menghilangkan penyakit batin dan cinta dunia, membuatnya
lebih sabar, dan bisa menolong orang-orang miskin agama dan harta.
4.2.6. Keluarga bapak RY dan ibu J
Hubungan ibu J dengan istri kedua suaminya tidak begitu harmonis. Jika bertemu mereka jarang sekali bertegur sapa karena menurut pengakuan ibu J, ia
masih menyimpan kebencian pada wanita yang kini telah menjadi istri kedua suaminya itu. Begitu juga hubungan ibu J dengan suaminya yang tidak berjalan
harmonis tetapi walaupun hubungan antara ibu J dengan suaminya tidak berjalan baik tetapi suami ibu J tidak pernah melakukan kekerasan fisik padanya. Setiap ada acara-
acara undangan atau acara-acara penting lainnya ibu J yang selalu diajak untuk mendampinginya pergi ke acara-acara tersebut. Setelah suaminya menikah lagi, ia
tidak begitu memperdulikan apa saja yang dilakukan suaminya, karena itu mengenai hari jatah gilir ia tidak begitu mengambil pusing. Menurutnya, itu semua terserah
pada suaminya. Hal yang sama juga dikatakan oleh bapak RY. Untuk membina hubungan
yang baik antara istri pertama dengan istri keduanya, bapak RY mengalami berbagai kendala. Begitu juga dengan anak sulungnya dari istri pertamanya yang sudah
mengetahui dan mengerti bahwa ayahnya mempunyai 2 orang istri, karena itu hubungannya dengan pak RY berjalan tidak harmonis.
Universitas Sumatera Utara
4.2.7. Keluarga bapak HI dan ibu W
Hubungan istri pertama dengan istri kedua bapak HI berjalan harmonis. Hubungan yang baik antara istri pertama dan kedua ini tentu tidak lepas dari peran
dan usaha bapak HI untuk menciptakan suasana yang baik dan harmonis antara kedua istrinya agar tidak saling mencurigai dan saling cemburu satu sama lainnya. Selain itu
juga, hubungan yang harmonis ini bisa tercipta karena perkawinan poligami ini dilakukannya secara jujur dan transparan. Menurut bapak HI ia berusaha untuk
berlaku seadil-adilnya kepada kedua istri dan anak-anaknya berdasarkan ketentuan- ketentuan yang ada dalam agamanya. Dalam berlaku adil tersebut menurutnya ia
tidak membeda-bedakan atau mengutamakan salah satu dari kedua istrinya, baik dalam memberi perhatian, bimbingan atau dalam membagi uang belanja dan
keperluan rumah tangga lainnya. Menurutnya, mendidik dan membiasakan keluarga hidup dalam nilai-nilai agama adalah prinsip utama keluarga poligami.
Seperti penuturan bapak HI sebagai berikut : “Menurut saya, hubungan diantara keluarga saya dapat berjalan dengan
harmonis karena saya melakukan perkawinan poligami secara jujur dan transparan. Selain itu juga saya menjalaninya berdasarkan syariat-syariat yang
ada dalam ajaran Islam yang saya anut. Saya juga berusaha membagi rata semua yang ada antara istri pertama dan istri kedua begitu juga dengan
pembagian waktu. Saya membagi waktu saya satu minggu di rumah istri pertama dan satu minggu kemudian di rumah istri kedua”.
Wawancara, Juni 2007 Bapak HI juga mengakui, bahwa selama 6 tahun menjalani kehidupan
poligami banyak mendapat tantangan dan cobaan. Untuk mengatasi permasalahan ini, ia meyakini bahwa menanamkan pendidikan agama yang baik adalah jalan keluarnya.
Untuk kepentingan itu, sekali dalam dua minggu ia mengumpulkan kedua istri dan
Universitas Sumatera Utara
semua anak-anaknya. Tempat yang dipilih selalu bergantian. Kesempatan pertama dilaksanakan di rumah istri pertama dan pada kesempatan berikutnya dilaksanakan di
rumah istri kedua atau sesekali bapak HI mengajak seluruh keluarganya ke tempat tertentu. Kesempatan berkumpul ini dimanfaatkan bapak HI untuk memberikan
nasihat-nasihat untuk keluarganya. Menurutnya isi nasihat yang diberikannya ini berupa penjelasan tentang hak dan kewajiban masing-masing anggota keluarga.
Seperti hak dan kewajiban seorang suami terhadap istri dan anak-anaknya, seorang istri kepada suami dan anak-anaknya, dan anak-anak kepada orang tuanya. Tetapi
karena anak-anaknya masih kecil sehingga belum mengetahui dan mengerti tentang kehidupan keluarga poligami yang dijalani kedua orang tuanya.
Ibu W juga mengatakan bahwa sejauh ini hubungannya dengan istri kedua suaminya dapat berjalan dengan baik. Bahkan mereka sering pergi belanja bersama.
Menurut penuturan ibu W hubungan mereka sudah seperti kakak beradik. Apalagi istri kedua suaminya ini juga sangat sayang pada kedua anaknya.
Berikut penuturan ibu W kepada penulis: “Hubungan saya dengan istri kedua suami saya sangat dekat sekali. Kalau ada
kesulitan kami saling tolong-menolong karena kami sudah seperti kakak- beradik. Kalau pergi kemana-mana saja, kami sering bersama apalagi kalau
mau berbelanja. Begitupun hubungan antara anak-anak saya dengannya, sangat dekat dan baik sekali. Istri kedua suami saya itu sudah menganggap
anak saya seperti anaknya sendiri”. Wawancara, Juni 2007
4.2.8. Keluarga bapak MI dan ibu N
Hubungan yang terjadi antara ibu N dengan istri kedua suaminya berjalan dengan sangat baik. Apalagi ibu N sendiri yang mencarikan calon istri untuk
Universitas Sumatera Utara
suaminya, sehingga ibu N telah mengetahui bagaimana sifat dan kepribadian istri kedua suaminya ini. Sebelum menjadi istri kedua suaminya, ibu N telah
memperkenalkan calon istri suaminya ini kepada anak-anaknya sehingga hubungan anak-anaknya dengan ibu F sampai sekarang bisa sangat dekat dan saling
menyayangi, begitu juga sebaliknya hubungan diantara anak-anak mereka, mereka juga saling menyayangi. Hubungan keluarga yang harmonis ini juga bisa tercipta
karena mereka tinggal dalam satu rumah. Keinginan untuk tinggal dalam satu rumah ini merupakan keinginan kedua istri bapak MI, terutama ibu N.
Berikut hasil wawancara penulis dengan ibu N : “Berpisah rumah justru akan mempersulit kami dalam berbagi kasih sayang
dan berkomunikasi. Kami ini satu keluarga, maka jika berlainan rumah sudah menjadi dua keluarga. Kami tidak ingin hal ini terjadi. Keputusan ini juga
diambil agar anak-anak kami nantinya bisa bersatu dalam segala hal”. Wawancara, Juli 2007
Dalam mewujudkan suasana keluarga yang harmonis dan sejahtera, bapak MI selalu menanamkan dan mendidik anak-anak dan istri-istrinya dengan nilai-nilai
agama. Menurut bapak dari 8 orang anak ini, dengan menanamkan nilai-nilai dan pendidikan agama yang kuat maka kehidupan poligami itu bisa menjadi ibadah dan
bisa menyelamatkan kehidupan di dunia dan di akhirat serta orang sukses berpoligami itu bukan orang yang mampu memberi harta yang banyak pada istri-istri dan anak-
anaknya tetapi orang yang mampu memberikan pendidikan agama pada para istri dan anak-anaknya. Dari awal bapak MI tidak pernah menutupi kenyataan bahwa ia
memiliki dua orang istri. Kenyataannya semua anak-anak bapak MI selalu mengakui dan menceritakan keadaan keluarganya ini dengan percaya diri dan bangga kepada
setiap orang yang bertanya pada mereka. Kini bapak MI dan keluarga bisa
Universitas Sumatera Utara
menikmati hidup rukun bersama dua orang istrinya dan 8 orang anaknya. Meskipun pada awalnya kehidupan yang unik ini, dinilai miring baik oleh teman-temannya
maupun keluarganya sendiri.
4.2.9. Keluarga bapak AF dan ibu NS
Hubungan antara keempat istri bapak AF berjalan dengan baik dan harmonis. Menurut penuturan bapak yang memiliki 6 orang anak ini, ia sengaja memberikan
rumah kepada keempat istri secara berdekatan. Tujuannya adalah agar hubungan mereka bisa berjalan dengan baik. Kenyataannya, usaha bapak AF untuk menyatukan
mereka memang berhasil, hanya istri keduanya saja yang memilih tinggal tidak berdekatan dengan istri-istri yang lain. Meskipun pada awalnya, istri pertamanya
sempat menolak untuk tinggal berdekatan tetapi akhirnya istri pertama bapak AF menyetujui juga usulannya tersebut. Hingga kini hubungan mereka terjalin dengan
baik dan harmonis. Bahkan anak-anak dari istri pertamanya lebih banyak diasuh dan dirawat oleh istri ketiga atau keempatnya karena istri pertamanya lebih banyak berada
di Malaysia untuk bekerja. Walaupun hubungan diantara sesama istrinya dapat berjalan dengan baik dan
jarang bermasalah, lain halnya hubungannya dengan istri pertamanya. Sudah 5 tahun ini hubungannya dengan istri pertamanya tidak berjalan baik. Setiap kali bertemu
mereka selalu bertengkar dan mereka pun sudah jarang sekali bertemu. Sementara hubungan antara bapak AF dengan anak-anaknya juga berjalan harmonis. Bapak AF
berusaha untuk membina hubungan yang dekat dengan anak-anaknya. Menurutnya, ia
Universitas Sumatera Utara
juga berusaha untuk tidak membeda-bedakan mereka, dan memperhatikan segala kebutuhan anak-anaknya terutama pendidikannya.
Berikut hasil wawancara penulis dengan bapak AF : “Hubungan saya dengan anak-anak baik dan dekat. Walaupun hubungan saya
dengan ibunya ada yang tidak akur tertapi saya berusaha untuk membina hubungan yang dekat dengan anak saya karena menurut saya anak adalah
segala-galanya. Saya selalu memperhatikan segala keperluan dan kebutuhan mereka terutama untuk pendidikan”. Wawancara, Juli, 2007
Begitu juga dengan ibu NS. Ia mengatakan selama 15 tahun ia menjalani hidup sebagai istri yang dipoligami, kini ia sudah terbiasa hidup dengan ketiga orang
istri dari suaminya. Apalagi menurut penuturan ibu NS, hubungan mereka sangat rukun dan harmonis walaupun ibu NS tidak memungkiri awalnya ia sempat tidak
menyetujui suaminya untuk menikah lagi. Ibu NS juga mengakui pernah terjadi perselisihan antara ibu NS dengan istri lain suaminya. Tetapi perselisihan tersebut
tidak pernah berlangsung lama karena suaminya selalu mengajak ia dan para istri yang lain untuk bermusyawarah setiap ada permasalahan yang timbul.
4.2.10. Keluarga bapak WN dan kak ST
Hubungan antara bapak WN dengan kak ST setelah ia berpoligami berjalan tidak harmonis. Bapak WN menyadari bahwa hubungannya yang tidak baik dengan
istri pertamanya ini adalah karena kesalahannya. Menurutnya, pada saat akan ia akan dijodohkan, ia bingung sehingga tidak bisa menentukan sikap yang bijak. Sehingga
kini hubungannya dengan istri pertamanya menjadi tidak baik begitu juga hubungannya dengan orang tua dan keluarga dari istri pertamanya.
Universitas Sumatera Utara
Hal yang senada juga di kemukakan oleh kak ST. Ia mengatakan hubungan antara ia dan suaminya tidak bisa berjalan dengan baik karena menurutnya suaminya
tersebut terlalu menuruti segala kemauan dan perkataan orang tuanya tanpa memikirkan perasaannya. Begitu juga hubungannya dengan istri kedua suaminya.
Meski mereka belum pernah bertemu tetapi kak ST tidak pernah berniat untuk membina hubungan yang baik dengan istri kedua suaminya tersebut. Walaupun
suaminya telah berusaha agar hubungannya dengan mertua dan istri keduanya dapat berjalan harmonis, tetapi kak ST tidak pernah memperdulikan segala usaha yang
dilakukan suaminya tersebut.
4.3. Kebutuhan Ekonomi Keluarga 4.3.1. Keluarga bapak AA dan ibu EF